Warga Desa Seuneubok Rawang, Kecamatan Peureulak Timur, Kabupaten Aceh Timur, memblokir atau menutup jalan ke lokasi penampungan imigran etnis Rohingya di Kuala Parek, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Aceh Timur.
Muzakir, warga Seuneubok Rawang di Aceh Timur, Selasa, mengatakan, penutupan jalan menuju Kuala Parek tersebut dipicu kerusakan jalan dan jembatan di desa tersebut.
"Berbagai jenis kendaraan menuju Kuala Parek melintasi jalan Seuneubok Rawang. Dampaknya, jalan serta jembatan rusak, sehingga sulit dilintasi masyarakat. Jalan tersebut menuju ke lokasi penampungan imigran etnis Rohingya," kata Muzakir.
Muzakir menyebutkan selama ini banyak kendaraan pengangkut logistik dan mobil yang berkepentingan ke lokasi penampungan imigran etnis Rohingya di Kuala Parek.
Menurut Muzakir, kerusakan bukan hanya pada jalan di pemukiman penduduk saja. Akan tetapi juga jalan di sepanjang tambak budi daya bandeng, kepiting, dan udang masyarakat akibat lalu lintas kendaraan ke penampungan imigran etnis Rohingya.
Baca: Sebanyak 14 imigran etnis Rohingya di Aceh Timur melarikan diri
"Jalannya masih bertanah. Kalau panas, badan jalan berdebu. Warga yang rumahnya sepanjang jalan tersebut terpaksa menghirup debu saat kendaraan pengangkut logistik dan mobil berkepentingan ke lokasi penampungan imigran etnis Rohingya di Kuala Parek," katanya.
Dampak penutupan jalan menuju Kuala Parek, dua unit mobil pengangkut air bersih tidak bisa dilewati, sehingga air untuk kebutuhan mandi cuci kakus (MCK) imigran etnis Rohingya.
Namun setelah berkoordinasi akhirnya penutupan dibuka sementara. Setelah dua unit mobil tersebut selesai mengangkut air ke penampungan etnis Rohingya, warga kembali memblokir.
Selanjutnya, mobilisasi konsumsi imigran di Kuala Parek menggunakan kendaraan roda dua, sehingga tidak mengakibatkan jalan tersebut rusak, kata Muzakir.
"Selain kerusakan badan jalan, salah satu jembatan juga rusak sejak sebulan lalu. Hingga saat ini tidak ada yang pihak yang merasa bertanggung jawab atas kerusakan jalan tersebut," kata Muzakir.
Baca: Hikmahanto Juwana sarankan imigran Rohingya dipulangkan ke Bangladesh, tidak langgar hukum internasional
Kepala Desa Kuala Parek Syahrial Abdullah mengatakan jalan yang diblokir atau ditutup tersebut adalah jalan pribadi. Jalan tersebut sebelumnya digunakan sebagai jalan alternatif ke lokasi penampungan imigran etnis Rohingya karena ada jembatan rusak, sehingga tidak bisa dilalui.
"Jalan yang diblokir itu jalan pribadi. Jalan yang selama ini dilalui untuk membawa bantuan kepada imigran Rohingya tidak bisa dilewati karena ada jembatan rusak, sehingga dipakai jalan alternatif. Namun, jalan itu jalan pribadi jadi wajar jika ada yang keberatan dan ditutup," katanya.
Sementara itu, Camat Pereulak Timur Taharuddin mengatakan saat ini jalan yang menjadi akses utama ke penampungan imigran etnis Rohingya sudah bisa dilalui setelah kerusakan di jembatan diperbaiki.
"Saat ini, perbaikan jembatan sudah selesai, sehingga akses jalan sudah kembali normal dan penyaluran logistik untuk imigran etnis Rohingya tidak terhambat," kata Taharuddin.
Sebelumnya, 137 imigran tersebut mendarat di Pantai Kuala Parek, Sungai Raya, Kabupaten Aceh Timur, Kamis (1/2) sekira pukul 04.00 WIB. Mereka terdiri 40 laki-laki dewasa, 47 wanita dewasa, 23 anak perempuan dan 27 anak laki-laki.
Seratusan imigran tersebut keluar dari Cox s Bazar, lokasi pengungsian di Bangladesh, dengan menumpangi kapal kayu sejak 5 Desember 2023. Setelah mengapung 55 hari di laut, akhirnya 137 imigran itu mendarat di Pantai Kuala Parek.
Baca: Terima Kunjungan UNHCR, ini tanggapan Kakanwil Kemenkumham Aceh soal Rohingya
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
Muzakir, warga Seuneubok Rawang di Aceh Timur, Selasa, mengatakan, penutupan jalan menuju Kuala Parek tersebut dipicu kerusakan jalan dan jembatan di desa tersebut.
"Berbagai jenis kendaraan menuju Kuala Parek melintasi jalan Seuneubok Rawang. Dampaknya, jalan serta jembatan rusak, sehingga sulit dilintasi masyarakat. Jalan tersebut menuju ke lokasi penampungan imigran etnis Rohingya," kata Muzakir.
Muzakir menyebutkan selama ini banyak kendaraan pengangkut logistik dan mobil yang berkepentingan ke lokasi penampungan imigran etnis Rohingya di Kuala Parek.
Menurut Muzakir, kerusakan bukan hanya pada jalan di pemukiman penduduk saja. Akan tetapi juga jalan di sepanjang tambak budi daya bandeng, kepiting, dan udang masyarakat akibat lalu lintas kendaraan ke penampungan imigran etnis Rohingya.
Baca: Sebanyak 14 imigran etnis Rohingya di Aceh Timur melarikan diri
"Jalannya masih bertanah. Kalau panas, badan jalan berdebu. Warga yang rumahnya sepanjang jalan tersebut terpaksa menghirup debu saat kendaraan pengangkut logistik dan mobil berkepentingan ke lokasi penampungan imigran etnis Rohingya di Kuala Parek," katanya.
Dampak penutupan jalan menuju Kuala Parek, dua unit mobil pengangkut air bersih tidak bisa dilewati, sehingga air untuk kebutuhan mandi cuci kakus (MCK) imigran etnis Rohingya.
Namun setelah berkoordinasi akhirnya penutupan dibuka sementara. Setelah dua unit mobil tersebut selesai mengangkut air ke penampungan etnis Rohingya, warga kembali memblokir.
Selanjutnya, mobilisasi konsumsi imigran di Kuala Parek menggunakan kendaraan roda dua, sehingga tidak mengakibatkan jalan tersebut rusak, kata Muzakir.
"Selain kerusakan badan jalan, salah satu jembatan juga rusak sejak sebulan lalu. Hingga saat ini tidak ada yang pihak yang merasa bertanggung jawab atas kerusakan jalan tersebut," kata Muzakir.
Baca: Hikmahanto Juwana sarankan imigran Rohingya dipulangkan ke Bangladesh, tidak langgar hukum internasional
Kepala Desa Kuala Parek Syahrial Abdullah mengatakan jalan yang diblokir atau ditutup tersebut adalah jalan pribadi. Jalan tersebut sebelumnya digunakan sebagai jalan alternatif ke lokasi penampungan imigran etnis Rohingya karena ada jembatan rusak, sehingga tidak bisa dilalui.
"Jalan yang diblokir itu jalan pribadi. Jalan yang selama ini dilalui untuk membawa bantuan kepada imigran Rohingya tidak bisa dilewati karena ada jembatan rusak, sehingga dipakai jalan alternatif. Namun, jalan itu jalan pribadi jadi wajar jika ada yang keberatan dan ditutup," katanya.
Sementara itu, Camat Pereulak Timur Taharuddin mengatakan saat ini jalan yang menjadi akses utama ke penampungan imigran etnis Rohingya sudah bisa dilalui setelah kerusakan di jembatan diperbaiki.
"Saat ini, perbaikan jembatan sudah selesai, sehingga akses jalan sudah kembali normal dan penyaluran logistik untuk imigran etnis Rohingya tidak terhambat," kata Taharuddin.
Sebelumnya, 137 imigran tersebut mendarat di Pantai Kuala Parek, Sungai Raya, Kabupaten Aceh Timur, Kamis (1/2) sekira pukul 04.00 WIB. Mereka terdiri 40 laki-laki dewasa, 47 wanita dewasa, 23 anak perempuan dan 27 anak laki-laki.
Seratusan imigran tersebut keluar dari Cox s Bazar, lokasi pengungsian di Bangladesh, dengan menumpangi kapal kayu sejak 5 Desember 2023. Setelah mengapung 55 hari di laut, akhirnya 137 imigran itu mendarat di Pantai Kuala Parek.
Baca: Terima Kunjungan UNHCR, ini tanggapan Kakanwil Kemenkumham Aceh soal Rohingya
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024