Bank Indonesia Perwakilan Aceh menggandeng ulama dan dayah di provinsi itu untuk mensosialisasikan penerapan keuangan digital, terutama penggunaan sistem pembayaran digital melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS).
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Aceh Rony Widijarto di Banda Aceh, Kamis, mengatakan Bank Indonesia memandang strategis ulama sebagai tokoh panutan masyarakat, baik dari sisi spiritual maupun sosial ekonomi. Apalagi Aceh, daerah yang menerapkan syariat Islam.
“Kami melihat ini menjadi media yang tepat menjembatani antara digital, teknologi dengan umat masyarakat,” kata Rony di sela-sela acara sosialisasi, edukasi QRIS dan pelindungan konsumen (PK) bersama ulama dan dayah Aceh.
Ia menjelaskan perkembangan teknologi memberi kemudahan terhadap berbagai aspek kehidupan. Salah satunya digitalisasi keuangan, yang memudahkan transaksi melalui pembayaran non tunai, seperti internet mobile banking, uang elektronik yang sudah lahir lebih dulu, serta kini layanan QRIS.
“QRIS ini memudahkan karena bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat,” ujarnya.
Rony mengatakan, sistem pembayaran QRIS ini tidak hanya menyasar sektor komersial seperti UMKM, tetapi juga dapat diterapkan pada pemungutan pajak dan retribusi pemerintahan hingga sedekah di masjid, melalui layanan QRIS.
Apalagi Aceh yang juga telah memiliki qanun lembaga keuangan syariah (LKS), maka Bank Indonesia menilai penting untuk melibatkan para ulama dan dayah sebagai panutan, untuk ikut mengkampanyekan penerapan keuangan digital.
“Karena QRIS itu digitalisasi yang bermanfaat ke semuanya, tidak hanya komersial, tetapi juga ada QRIS yang memudahkan masyarakat melakukan sedekah, makanya kita ada QRIS masjid,” ujarnya.
Di sisi lain, kata Rony, hingga Juni 2024, masyarakat pengguna QRIS di Indonesia mencapai 50 juta pengguna, dengan total 33 juta merchant atau pedagang. Perkembangan penggunaan layanan QRIS mulai berkembang begitu pesat pasca pandemi COVID-19.
Begitu juga dari sisi transaksi, lanjut dia, pada awal pengenalan QRIS tahun 2022, transaksi QRIS hanya sekitar 670 juta transaksi, sedangkan hingga Juni 2024, penggunaan QRIS di Indonesia mencapai 2,3 miliar transaksi.
“Dengan capaian itu, kita memproyeksikan tahun 2030 secara nasional sudah bisa menembus 10 miliar transaksi QRIS,” ujarnya.
Sementara untuk Aceh, Rony menambahkan, perkembangan QRIS hingga Juni 2024 sudah mencapai 586 ribu lebih pengguna, dengan jumlah merchant sebanyak 155 ribu lebih, yang 90 persen di antaranya merupakan sektor UMKM.
Oleh sebab itu, Bank Indonesia terus melakukan akselerasi digitalisasi keuangan di Aceh. Apalagi, dalam waktu dekat, Aceh juga menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI sehingga menjadi momentum yang tepat bagi UMKM untuk memudahkan pengunjung dalam kemudahan transaksi pembayaran.
“Kita terus mendorong UMKM untuk menggunakan QRIS karena memberi kemudahan,” ujarnya.
Baca juga: BI Aceh siapkan uang kartal Rp2,5 triliun untuk kebutuhan PON XXI
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
Kepala Bank Indonesia Perwakilan Aceh Rony Widijarto di Banda Aceh, Kamis, mengatakan Bank Indonesia memandang strategis ulama sebagai tokoh panutan masyarakat, baik dari sisi spiritual maupun sosial ekonomi. Apalagi Aceh, daerah yang menerapkan syariat Islam.
“Kami melihat ini menjadi media yang tepat menjembatani antara digital, teknologi dengan umat masyarakat,” kata Rony di sela-sela acara sosialisasi, edukasi QRIS dan pelindungan konsumen (PK) bersama ulama dan dayah Aceh.
Ia menjelaskan perkembangan teknologi memberi kemudahan terhadap berbagai aspek kehidupan. Salah satunya digitalisasi keuangan, yang memudahkan transaksi melalui pembayaran non tunai, seperti internet mobile banking, uang elektronik yang sudah lahir lebih dulu, serta kini layanan QRIS.
“QRIS ini memudahkan karena bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat,” ujarnya.
Rony mengatakan, sistem pembayaran QRIS ini tidak hanya menyasar sektor komersial seperti UMKM, tetapi juga dapat diterapkan pada pemungutan pajak dan retribusi pemerintahan hingga sedekah di masjid, melalui layanan QRIS.
Apalagi Aceh yang juga telah memiliki qanun lembaga keuangan syariah (LKS), maka Bank Indonesia menilai penting untuk melibatkan para ulama dan dayah sebagai panutan, untuk ikut mengkampanyekan penerapan keuangan digital.
“Karena QRIS itu digitalisasi yang bermanfaat ke semuanya, tidak hanya komersial, tetapi juga ada QRIS yang memudahkan masyarakat melakukan sedekah, makanya kita ada QRIS masjid,” ujarnya.
Di sisi lain, kata Rony, hingga Juni 2024, masyarakat pengguna QRIS di Indonesia mencapai 50 juta pengguna, dengan total 33 juta merchant atau pedagang. Perkembangan penggunaan layanan QRIS mulai berkembang begitu pesat pasca pandemi COVID-19.
Begitu juga dari sisi transaksi, lanjut dia, pada awal pengenalan QRIS tahun 2022, transaksi QRIS hanya sekitar 670 juta transaksi, sedangkan hingga Juni 2024, penggunaan QRIS di Indonesia mencapai 2,3 miliar transaksi.
“Dengan capaian itu, kita memproyeksikan tahun 2030 secara nasional sudah bisa menembus 10 miliar transaksi QRIS,” ujarnya.
Sementara untuk Aceh, Rony menambahkan, perkembangan QRIS hingga Juni 2024 sudah mencapai 586 ribu lebih pengguna, dengan jumlah merchant sebanyak 155 ribu lebih, yang 90 persen di antaranya merupakan sektor UMKM.
Oleh sebab itu, Bank Indonesia terus melakukan akselerasi digitalisasi keuangan di Aceh. Apalagi, dalam waktu dekat, Aceh juga menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI sehingga menjadi momentum yang tepat bagi UMKM untuk memudahkan pengunjung dalam kemudahan transaksi pembayaran.
“Kita terus mendorong UMKM untuk menggunakan QRIS karena memberi kemudahan,” ujarnya.
Baca juga: BI Aceh siapkan uang kartal Rp2,5 triliun untuk kebutuhan PON XXI
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024