Meulaboh (ANTARA Aceh) - Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, memulai penggantian imunisasi campak dengan imunisasi "measles rubella" atau MR pada pertengahan 2018.

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Aceh Barat dr Syuhada di Meulaboh, Senin, mengatakan, secara kewilayahan Provinsi Aceh baru akan memulai program wajib MR secara serentak pada 2018.

"Awal 2018 sudah disusun perencanaan yang jelas serta target capaian. Walau demikian selama ini juga ada warga yang sudah dilayani MR di fasilitas pelayanan kesehatan, tapi bukan wajib, MR saat ini adalah sifatnya pilihan," katanya.

Dalam rangka menghadapi program tersebut, pihaknya mulai melakukan pengenalan pengganti, meskipun belum secara kolektif karena fase dan tahapan kegiatan tersebut diperkirakan efektif mulai dilaksanakan pada Agustus 2018.

Terhadap usia sasaran imunisasi MR sama seperti wilayah lain di Indonesia karena sudah ada ketentuan dari Kementerian Kesehata. Hanya jumlah sasar yang berbeda, tergantung kepada jumlah penduduk daerah setempat.

Menurut Syudaha, imunisasi MR sangatlah penting karena virus penyebab campak itu sudah naik kelas. Karena itu pemerintah menganti imunisasi campak dengan imunisasi MR yang juga disubsidi oleh pemerintah sehingga gratis.

"Karena dikhawatirkan efek MR itu bisa berdampak kepada ibu hamil, lebih berat. Untuk sasaran bayi sembilan bulan hingga usia SMP. Harapannya kita bisa seratus persen, saat ini kita masih dalam tahapan pengenalan dan sosialisasinya, nanti di 2018," katanya.

Sebelum melangkah ke imunisasi pengganti tersebut, saat ini daerah itu mengejar pencapaian target imunisasi campak yang hingga kini masih berkisar 65 persen. Capaian itu masih sangat rendah.

Beberapa kendala yang disampaikan terjadi secara variatif di Aceh Barat. Pertama karena kesibukan orang tua, masih ada pemahaman yang kontra kehalalannya serta masih ada kekhawatiran orang tua terhadap efek dialami bayi setelah imunisasi campak.

Syuhada mengakui, kelemahan dari petugas juga masih ditemukan. Namun yang sangat jelas persoalan di lapangan adalah masih rendahnya pemahaman masyarakat untuk mencegah berbagai ancaman penyakit akibat campak tersebut.

"Capaian Aceh Barat masih rendah, karena dari target dari angka 90 persen, kita hanya tercapai 65 persen, penyebabnya variatif, tapi yang sangat menonjol adalah kurangnya kesadaran orang tua untuk membawa anak mereka," katanya. 


Pewarta: Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017