Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Barat mengerahkan tim  gugus penyelamatan satwa liar (Wildlife Response Unit/WRU) sebagai upaya mengatasi gangguan gajah di Desa Pulo Teungoh, Kecamatan Pante Ceureumen, kabupaten setempat.

“Tim WRU yang kita kerahkan ini untuk meningkatkan pemantauan di daerah rawan konflik satwa liar,” kata Kepala Pelaksana BPBD Aceh Barat, Teuku Ronal Nehdiansyah kepada wartawan di Aceh Barat, Jumat.

Menurutnya, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, menunjukkan bahwa sekitar 300 batang tanaman sawit milik warga mengalami kerusakan akibat aktivitas kawanan gajah.

Dengan adanya temuan tersebut, kata Ronal, tim di lapangan akan berusaha menghalau gajah yang berpotensi mengganggu pemukiman dan perkebunan warga. 

Saat ini, kata dia, Tim WRU BPBD Aceh Barat bersama BKSDA Aceh terus melakukan penanganan darurat untuk menghalau gajah liar di Gampong Pulo Teungoh, Kecamatan Pante Ceureumen, Kabupaten Aceh Barat.

Dia menyebutkan, koordinasi dengan BKSDA Aceh dan pihak swasta terus dilakukan untuk memastikan langkah jangka panjang dalam penanganan gajah di wilayah Aceh Barat. 

"Penanganan darurat tidak selalu efektif, terutama di wilayah Pante Ceureumen. Kami mempertimbangkan metode penanganan yang lebih permanen, seperti pemasangan kawat kejut khusus satwa dan penggunaan GPS untuk memantau pergerakan gajah," katanya menambahkan.

Penjabat (Pj) Bupati Aceh Barat, Mahdi Efendi, menghimbau masyarakat agar selalu waspada terhadap potensi konflik dengan satwa liar, terutama gajah. 

"Masyarakat diharapkan untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama di malam hari, mengingat aktifitas kawanan gajah cenderung meningkat. Terutama di area perkebunan yang baru ditanami sawit, yang menjadi makanan favorit gajah liar," katanya.

Mahdi juga menginstruksikan BPBD Aceh Barat dan instansi terkait lainnya untuk terus memantau kondisi di wilayah-wilayah rawan konflik gajah sebagai langkah antisipatif. 

"Tim WRU BPBD dan instansi terkait harus siaga penuh, terutama di kawasan Kecamatan Pante Ceureumen,” katanya.

Pemerintah daerah mengharapkan agar petugas melakukan pemantauan intensif dan mengambil langkah-langkah mitigasi dini untuk mengurangi risiko yang dapat membahayakan masyarakat.

Pewarta: Teuku Dedi Iskandar

Editor : Febrianto Budi Anggoro


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024