Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB) meluncurkan panduan teknis pembentukan/pengembangan rumah ibadah tangguh bencana kurikulum pelatihan fasilitator sebagai langkah pengurangan risiko bencana.
"Panduan ini diharapkan mampu meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana," kata Deputi Pencegahan BNPB, Prasinta Dewi saat peluncuran panduan, di Banda Aceh, Rabu.
Panduan teknis rumah ibadah tangguh bencana tersebut disusun bersama Islamic Relief Indonesia, dan juga melibatkan unsur Kemenag, akademisi, praktisi, organisasi keagamaan, dan kemanusiaan.
Baca juga: Disabilitas keluhkan akses edukasi bencana di Indonesia minim
Prasinta mengatakan, rumah ibadah merupakan salah satu objek vital yang harus dibangun ketangguhannya selain rumah, sekolah, rumah sakit, pasar, gedung perkantoran, dan lokasi strategis lainnya.
Dirinya menegaskan, rumah ibadah tangguh bencana bukan hanya berfokus pada bangunan saja, tetapi juga terhadap aspek sosial dan lingkungan. Artinya, jamaah harus memahami bagaimana langkah penyelamatan jika terjadi bencana.
"Risiko bencana umumnya akibat dari dampak, misal bangunan runtuh dan ini harus kita antisipasi. Ini memberikan pemahaman bagaimana masyarakat mampu menyelamatkan diri secara mandiri. Kita terus lakukan secara bertahap," ujarnya.
Kata Prasinta, rumah ibadah memiliki kedudukan yang istimewa, karena selain berfungsi untuk beribadah juga menjadi pusat kegiatan sosial, pendidikan, bahkan pengungsian saat terjadi bencana.
"Karena itu, rumah ibadah harus dibangun menjadi pusat ketangguhan, karena tidak hanya melindungi jamaah, tetapi juga memberdayakan komunitas untuk mengurangi risiko bencana," katanya.
Baca juga: Bagaimana kaum perempuan kelola sampah untuk atasi dampak bencana
Dirinya menuturkan, panduan teknis pengembangan rumah ibadah tangguh bencana ini merupakan salah satu upaya BNPB dalam mendukung pengurangan risiko bencana di tingkat komunitas dengan pendekatan berbasis budaya dan agama yang melekat pada rumah ibadah.
Panduan ini diharapkan mampu meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat serta memperkuat koordinasi berbagai pihak dalam menghadapi risiko bencana yang efektif dan berkualitas.
Ia menambahkan, panduan teknis rumah ibadah tangguh bencana ini juga menjadi inspirasi bagi pemimpin agama dan masyarakat luas untuk terus berkolaborasi dalam menghadapi ancaman bencana.
"Terima kasih kepada tim penyusun atas kerjasamanya, kolaborasi ini telah menghasilkan langkah konkret untuk mencapai tujuan bersama dan melahirkan masyarakat tangguh bencana," demikian Prashinta Dewi.
Baca juga: BNPB dan Kemenkeu sosialisasi pentingnya pooling fund bencana di Aceh
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024
"Panduan ini diharapkan mampu meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana," kata Deputi Pencegahan BNPB, Prasinta Dewi saat peluncuran panduan, di Banda Aceh, Rabu.
Panduan teknis rumah ibadah tangguh bencana tersebut disusun bersama Islamic Relief Indonesia, dan juga melibatkan unsur Kemenag, akademisi, praktisi, organisasi keagamaan, dan kemanusiaan.
Baca juga: Disabilitas keluhkan akses edukasi bencana di Indonesia minim
Prasinta mengatakan, rumah ibadah merupakan salah satu objek vital yang harus dibangun ketangguhannya selain rumah, sekolah, rumah sakit, pasar, gedung perkantoran, dan lokasi strategis lainnya.
Dirinya menegaskan, rumah ibadah tangguh bencana bukan hanya berfokus pada bangunan saja, tetapi juga terhadap aspek sosial dan lingkungan. Artinya, jamaah harus memahami bagaimana langkah penyelamatan jika terjadi bencana.
"Risiko bencana umumnya akibat dari dampak, misal bangunan runtuh dan ini harus kita antisipasi. Ini memberikan pemahaman bagaimana masyarakat mampu menyelamatkan diri secara mandiri. Kita terus lakukan secara bertahap," ujarnya.
Kata Prasinta, rumah ibadah memiliki kedudukan yang istimewa, karena selain berfungsi untuk beribadah juga menjadi pusat kegiatan sosial, pendidikan, bahkan pengungsian saat terjadi bencana.
"Karena itu, rumah ibadah harus dibangun menjadi pusat ketangguhan, karena tidak hanya melindungi jamaah, tetapi juga memberdayakan komunitas untuk mengurangi risiko bencana," katanya.
Baca juga: Bagaimana kaum perempuan kelola sampah untuk atasi dampak bencana
Dirinya menuturkan, panduan teknis pengembangan rumah ibadah tangguh bencana ini merupakan salah satu upaya BNPB dalam mendukung pengurangan risiko bencana di tingkat komunitas dengan pendekatan berbasis budaya dan agama yang melekat pada rumah ibadah.
Panduan ini diharapkan mampu meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat serta memperkuat koordinasi berbagai pihak dalam menghadapi risiko bencana yang efektif dan berkualitas.
Ia menambahkan, panduan teknis rumah ibadah tangguh bencana ini juga menjadi inspirasi bagi pemimpin agama dan masyarakat luas untuk terus berkolaborasi dalam menghadapi ancaman bencana.
"Terima kasih kepada tim penyusun atas kerjasamanya, kolaborasi ini telah menghasilkan langkah konkret untuk mencapai tujuan bersama dan melahirkan masyarakat tangguh bencana," demikian Prashinta Dewi.
Baca juga: BNPB dan Kemenkeu sosialisasi pentingnya pooling fund bencana di Aceh
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2024