Bireuen (ANTARA) - Belasan perahu motor nelayan dijadikan alat penyeberangan di Krueng (sungai) Tingkeum setelah Jembatan Kuta Blang, Kabupaten Bireuen, Provinsi Aceh.
Muhammad Rayyan, juru mudi perahu penyeberangan, di Bireuen, Senin, mengatakan penggunaan perahu nelayan untuk menyeberangkan warga merupakan inisiatif nelayan setempat membantu masyarakat berpergian dari kedua sisi jembatan yang putus tersebut.
"Tidak ada jalur alternatif menyeberangi Krueng Tingkeum. Di sungai ini ada tiga jembatan, tetapi ketiganya putus saat banjir terjadi beberapa waktu lalu," kata Muhammad Rayyan.
Baca juga: Update Bencana Aceh, Stok logistik di Aceh Singkil hanya tersisa untuk sehari
Ia mengatakan penggunaan perahu nelayan untuk penyeberangan sudah berlangsung sejak empat hari terakhir. Sedangkan ongkos per orang berkisar Rp5.000 hingga Rp20 ribu untuk sekali penyeberangan.
"Jarak penyeberangan tidak terlalu dengan waktu tempuh kurang dari lima menit. Penyeberangan hanya untuk orang dan barang bawaan, tidak dengan kendaraan," kata Muhammad Rayyan.
Camat Kuta Blang Erizal mengatakan layanan penyeberangan tersebut merupakan inisiatif masyarakat. Dengan adanya penyeberangan tersebut membantu masyarakat melanjutkan perjalanan, baik dari arah Kota Banda Aceh maupun dari Kota Lhokseumawe.
"Penyeberangan ini bisa melayani ribuan warga dalam sehari. Apalagi pada waktu hari pertama, banyak warga terjebak setelah Jembatan Kuta Blang putus. Kami juga mengingatkan pengelola layanan penyeberangan, tidak membebani ongkos mahal," kata Erizal.
Sementara itu, Fajri, warga Bireuen, mengaku terbantu dengan adanya penyeberangan menggunakan perahu nelayan tersebut. Penyeberangan tersebut membuka akses transportasi masyarakat setelah terputusnya Jembatan Kuta Blang.
"Masyarakat cukup terbantu, walau tidak bisa menyeberang kendaraan. Di kedua sisi sungai juga banyak angkutan umum, baik yang menuju arah Kota Lhokseumawe maupun arah Kota Banda Aceh," kata Fajri.
Senada juga diungkapkan Riki, warga lainnya. Penyeberangan tersebut tidak hanya dimanfaatkan masyarakat yang sedang bepergian ke berbagai kabupaten kota di Aceh, tetapi juga dimanfaatkan warga setempat.
"Dengan adanya jasa penyeberangan orang ini, saya bisa menjemput anak di Kuta Blang setelah beberapa hari terpisah akibat putusnya jembatan tersebut," kata Riki.
Titik di jembatan putus tersebut menjadi jalur terjauh yang dapat dilewati kendaraan bermotor dari Kota Banda Aceh pascabanjir melanda sejumlah wilayah di Provinsi Aceh.
Jembatan putus tersebut juga menjadi titik pertemuan masyarakat yang terputus komunikasi selama beberapa hari karena listrik dan jaringan internet yang padam total.
Baca juga: Bupati Aceh Tamiang: Banyak daerah bencana banjir masih terisolir
