Meulaboh (ANTARA Aceh) - Masyarakat dan nelayan di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, menaruh harapan agar konstruksi lama jembatan di aliran sungai atau Krueng Cangkoi, segera dibongkar karena sangat menghambat aktivitas nelayan.

Tokoh masyarakat Desa Ujong Baroh, Abdul Manan, di Meulaboh, Kamis, mengatakan, masyarakat nelayan sudah sangat terganggu sehingga sulit keluar masuk muara untuk proses pembongkaran hasil tangkapan di Tempat Pendaratan Ikan (TPI).

"Kondisi ini menyebabkan penumpukan kapal nelayan karena lokasi tambatan kapal tidak beraturan, armada lain sulit masuk karena sudah terjadi penyempitan aliran sungai jalur yang dilintasi armada nelayan," kata Kepala Desa Ujong Baroh itu.

Pria yang akrab disapa Alek, itu menjelaskan, aliran Krueng Cangkoi merupakan satu-satunya lintasan dari muara menuju TPI Ujong Baroh dan merupakan lintasan nelayan Lhok Meureubo untuk keluar masuk armada dalam aktivitas pulang pergi melaut.

Dalam kurun beberapa tahun terakhir memang ada dilakukan perbaikan dan renovasi konstruksi bahan jembatan yang terbuat dari kayu, akan tetapi kondisi ketinggian tiang jembatan itu masih rendah sehingga tidak bisa dilewati armada nelayan.

Apabila beberapa unit armada besar nelayan yang berhasil melewati bawah jembatan, itupun harus membongkar sebagian rumah anak kapal serta tiang bendera dan lampu, barulah bisa lewat dan sampai ke TPI, namun saat melewati bawah jembatan sangat ekstra hati-hati karena aliran sungai sudah menyempit.

Sementara itu Panglima Laot (ketua pemangku adat laut) Kabupaten Aceh Barat, Amiruddin, menambahkan, bukan hanya jembatan Kreung Cangkoi, namun juga jembatan yang berada di Desa Rundeng, masih menjadi masalah besar bagi nelayan.

"Ada dua jembatan di aliran Krueng Cangkoi yang masih bermasalah bagi nelayan, sudah berulang kali disampaikan agar ditinggikan, sebab dengan kondisi armada nelayan daerah kita yang ukurannya semakin besar," tuturnya.

Untuk jembatan di Desa Rundeng, sudah dilakukan pembangunan konstruksi baru dan sudah ditinggikan, namun masih ada konstruksi lama yang belum dibongkar secara menyeluruh sehingga masih menghambat aktivitas keluar masuk nelayan.

Amiruddin menyampaikan, Ramli, MS sebagai Bupati Aceh Barat periode 2017-2022 saat ini memiliki visi dan misi yang sangat memihak kepada nelayan, diharapkan selama pemerintahannya lima tahun ke depan sudah ada perubahan kehidupan nelayan.

Akibat tidak bisa dilewati armada nelayan, akhirnya terjadi penumpukan armada-armada berkapasitas 20 Grosstonage (GT) di sepanjang aliran sungai dari muara Krueng Cangkoi hingga jembatan dengan panjang sekitar 500 meter.

Amir juga menyampaikan, pendangkalan Krueng Cangkoi saat ini kian parah, ditambah lagi dengan kecilnya debit air sungai yang masuk ke aliran sungai yang berasal dari hantaran Sungai Meureubo di Desa Rundeng, Kecamatan Johan Pahlawan.

"Kita sudah mengusulkan juga, agar pada pintu masuk air dari Sungai Meurebo, dibuatkan penahan semacam tanggul, agar air lebih banyak masuk. Pendangkalan Krueng Cangkoi sudah parah, apalagi ketika musim kemarau," katanya menambahkan.


Pewarta: Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017