Meulaboh (ANTARA Aceh) - Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, Cut Agam, berjanji akan merevisi beberapa kegiatan adat yang sudah membudaya dalam menyambut kedatangan tamu atau "Peumulia Jamee".

"Salah satunya Ranup Lampuan, tariannya bagus, sebagai tradisi memuliakan tamu, tapi ada kebisaan yang lazim saya lihat, tamu disodorkan periuk sirih oleh penari, kemudian tamu memasukkan uang setelah ambil sirih," katanya di Meulaboh, Kamis.

Pernyataan itu disampaikan saat memberi sambutan setelah dilantik sebagai Ketua MAA di Aula Setdakab, oleh Bupati Aceh Barat, H Ramli, MS, menurut Cut Agam, budaya "meminta uang" pada tamu, bukanlah adat Aceh yang sebenarnya.

Meski demikian, dirinya akan meminta masukan dan membahasnya dengan cara musyawarah ataupun melalui pertemuan semua pemangku adat dan budaya lokal, serta tokoh ulama dari Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Barat dan Aceh.

Demikian juga mengenai prosesi masyarakat yang melaksanakan akad nikah perkawinan di dalam Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh, Aceh Barat, dengan menggunakan pakaian dan kain yang membentang hingga ke lantai.

"Perkawinan dalam Masjid Agung dengan pemakaian-pakaian bukan baju adat, apakah benar budaya Aceh seperti bentuknya dalam pernikahan. Tidak salah, tapi kita ingin mengembalikan seperti apa sebenarnya tata cara adat perkawinan Aceh," imbuhnya.

Cut Agam juga mengomentari terkait tradisi "peusijuk" atau tepung tawar Aceh yang menggunakan bahan-bahan tertentu, menurut dia masih banyak kegiatan adat budaya yang dilaksanakan masyarakat harus dibenahi untuk kemudian di buat Qanun (perda).

Sementara itu Bupati Aceh Barat, Ramli, MS dalam sambutanya menyampaikan, MAA yang merupakan muspida plus di Aceh, sangat berperan dalam menjaga adat dan budaya Aceh agar tidak tegerus oleh perkembangan zaman yang serba moderen.

Ramli, mencontohkan seperti adanya penempatan pohon-pohon bunga kertas hias yang disebut-sebut "pohon natal", yang peletakkannya tidak sesuai, yakni di depan-depan masjid dalam Kota Meulaboh, sehingga mengundang asumsi negatif terhadap Aceh.

"Bunga pohon natal itu tidak salah, yang salah kita sebagai sebagai masyarakat Aceh yang mungkin sudah tidak mengenal budaya kita sendiri. Harusnya pembangunan daerah bermotif Aceh, sebagaimana dilakukan oleh Bupati Teuku Rusman, dulu," sebutnya.

Selain itu Ramli, MS juga berkomitmen untuk melakukan pembenahan dan pemugaran situs-situs sejarah pahlawan, terutama pahlawan nasional Teuku Umar yang namanya sudah dikenal dunia, namun sebagai masyarakat Aceh masih kurang peduli.

Hal tersebut perlu, sebagai beban moral masyarakat dan Pemerintah Aceh Barat untuk menunjukkan bukti sejarah, ketika wisatawan dalam dan luar negeri berkunjung ke daerah berjuluk "Bumi Teuku Umar" itu.

"Kita harus menata kembali situs sejarah pahlawan dan kegagahan Aceh. Jangan sampai kita tidak bisa menunjukkan apapun kepada wisatawan mancanegera yang datang ke sini, kita punya wisata yang bagus," katanya menambahkan.

Acara pelantikan ketua dan pengurus MAA Aceh Barat priode 2017-2021 itu, dihadiri unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), Kepala Dinas, Badan dan Kantor, serta tamu dari Provinsi Aceh.


Pewarta: Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017