Lhokseumawe (ANTARA Aceh) - Harga komoditas pinang di Kabupaten  Aceh Utara, Provinsi Aceh melonjak akibat produksinya berkurang karena tanaman sedang tidak musim berbuah, padahal permintaan tinggi.

Menurut salah seorang petani pinang di Desa Alue Papeun, Kecamatan Nisam Antara, Kabupaten Aceh Utara, Azhar Jafar, Jumat, saat ini harga pinang sedang naik.

Dia menyebutkan harga pinang basah (baru dipetik dan dibelah) mencapai Rp12 ribu/kg, sedangan untuk jenis pinang kering harganya mencapai Rp22 ribu/kg. Padahal sebelumnya, harga pinang tidak sampai mencapai harga seperti itu.

Harga pinang tinggi antara lain karena produksi pinang sendiri sedang sepi karena tanaman belum berbuah. Menurutnya, jika pun berbuah maka diperkirakan pada bulan Desember mendatang.

"Sekarang pinang sedamg tidak berbuah, kemungkinan pada bulan Desember mendatang baru mulai memasuki masa berbuah," kata petani pinang tersebut.

Pada kawasan Kecamatan Nisam Antara, jenis tanaman perkebunan yang dominan dibudidayakan oleh masyarakat adalah pinang, selebihnya, sawit, karet, dan kakao.  
    
Hampir pada setiap kebun warga di Kecamatan Nisam Antara, umumnya ditanami pohon pinang. Namun saat ini, tanaman terlihat sedang tidak berbuah.

Sedangkan pemasaran komoditas pinang di kecamatan tersebut adalah dibeli oleh pedagang pengumpul yang datang setiap hari pasaran di kecamatan tersebut.

Menurut salah seorang pengusaha hasil bumi di Lhokseumawe Irdan Tomi bahwa harga pinang saat ini merupakan harga tertingi dalam kurun waktu setahun terakhir.

Dia menyatakan, kenaikan harga pinang tersebut dipicu oleh tingginya permintaan dari negara pengimpor pinang dari Indonesia seperti India dan Pakistan.

Kedua negera tersebut merupakan negara tujuan ekspor untuk jenis komoditas perkebunan dimaksud, kata Irdan Tomi.


Pewarta: Mukhlis

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017