Singkil (ANTARA Aceh) - Para nelayan pencari lokan (kerang sungai) di pesisir Kabupaten Aceh Singkil minta agar Pemerintahan setempat menyalurkan bantuan perahu untuk meningkatkan pendapatan mereka yang berada di sepanjang daerah aliran sungai (DAS).
"Saya berharap pemerintahan setempat segera secara trasparan mendata nelayan pencari lokan dan memberikan bantuan perahu sebagai pendongkrak kontribusi nelayan sngai," kata Sahirudin, nelayan sungai pencari lokan kepada wartawan di Singkil, Senin.
Perkembangan nelayan pencari lokan, kata Sahirudin, hasilnya dari tahun ke tahun tak ada perkembangan karena keterbatasan fasilitas perahu kayu yang sangat sederhana panjang 2,5 meter.
"Kami berharap Dinas Perikanan membantu kami, dalam sisi fasilitas transportasi kendati tanpa mesin, ciptakan rasa adil, jangan yang dapat bantuan hanya nelayan laut dan pemancing," kata Sahirudin.
Lanjutnya, nelayan sungai pencari lokan yang umumnya bertempat di DAS Kecamatan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil yakni, Desa Siti Ambia, Suka Makmur, Kuta Simboling, Ranto Gedang, Teluk Rumbia,Teluk ambun, dan Takal pasir sangat membutuhkan sekali perahu.
Padahal, zona pencarian lokan dengan menyelam secara manual di Sungai Lae Rintis, Kuala Baru, dan Muara yang tergolong jauh kadang hanya menggunakan perahu berdayung.
Dikatakannya, jadwal mencari lokan seharian mulai dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB dan tak jarang penyelam lokan terkadang berhadapan dengan buaya maka sudah sangat layak asuransi nelayan juga berhak untuk penyelam lokan.
Sahirudin mengaku, asuransi untuk nelayan sungai tidak ada, sementara tantangan nelayan pencari lokan kerap diterkam buaya.
Lokan Aceh Singkil terkenal hingga ke Kepulauan Nias, Sumatera Utara, dan menjadi buah tangan bila wisatawan berkunjung ke daerah tersebut.
Harga lokan juga bervariasi yang perbutirnya dari yang paling kecil 100 butir Rp5 ribu, menengah 100 butir Rp12 ribu dan yang paling besar 100 butir Rp15 ribu.
Sementara kulit lokan bisa diolah jadi kapur sirih asli, kendati pengrajin lokan masih sangat minim. "Artinya komoditas lokan semua bermanfaat, " ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017
"Saya berharap pemerintahan setempat segera secara trasparan mendata nelayan pencari lokan dan memberikan bantuan perahu sebagai pendongkrak kontribusi nelayan sngai," kata Sahirudin, nelayan sungai pencari lokan kepada wartawan di Singkil, Senin.
Perkembangan nelayan pencari lokan, kata Sahirudin, hasilnya dari tahun ke tahun tak ada perkembangan karena keterbatasan fasilitas perahu kayu yang sangat sederhana panjang 2,5 meter.
"Kami berharap Dinas Perikanan membantu kami, dalam sisi fasilitas transportasi kendati tanpa mesin, ciptakan rasa adil, jangan yang dapat bantuan hanya nelayan laut dan pemancing," kata Sahirudin.
Lanjutnya, nelayan sungai pencari lokan yang umumnya bertempat di DAS Kecamatan Singkil, Kabupaten Aceh Singkil yakni, Desa Siti Ambia, Suka Makmur, Kuta Simboling, Ranto Gedang, Teluk Rumbia,Teluk ambun, dan Takal pasir sangat membutuhkan sekali perahu.
Padahal, zona pencarian lokan dengan menyelam secara manual di Sungai Lae Rintis, Kuala Baru, dan Muara yang tergolong jauh kadang hanya menggunakan perahu berdayung.
Dikatakannya, jadwal mencari lokan seharian mulai dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB dan tak jarang penyelam lokan terkadang berhadapan dengan buaya maka sudah sangat layak asuransi nelayan juga berhak untuk penyelam lokan.
Sahirudin mengaku, asuransi untuk nelayan sungai tidak ada, sementara tantangan nelayan pencari lokan kerap diterkam buaya.
Lokan Aceh Singkil terkenal hingga ke Kepulauan Nias, Sumatera Utara, dan menjadi buah tangan bila wisatawan berkunjung ke daerah tersebut.
Harga lokan juga bervariasi yang perbutirnya dari yang paling kecil 100 butir Rp5 ribu, menengah 100 butir Rp12 ribu dan yang paling besar 100 butir Rp15 ribu.
Sementara kulit lokan bisa diolah jadi kapur sirih asli, kendati pengrajin lokan masih sangat minim. "Artinya komoditas lokan semua bermanfaat, " ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017