Banda Aceh (ANTARA Aceh) - Bupati Aceh Besar Mawardi Ali menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo yang telah menganugrahkan gelar pahlawan nasional kepada Laksamana Malahayati.

"Masyarakat Aceh umumnya dan Aceh Besar khususnya patut bangga dan berterima kasih atas anugerah yang diberikan oleh Presiden Jokowi kepada Laksamana Malahayati sebagai pahlawan nasional," kata Mawardi Ali di Aceh Besar, Jumat.

Pernyataan itu disampaikan usai mempimpin upacara peringatan Hari Pahlawan 10 November 2017 yang di pusatkan di Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran (BP2IP) Malahayati, Kecamata Masjid Raya, Aceh Besar dan turut dihadiri langsung unsur Forkopimda setempat.

Ia menjelaskan Laksamana Malahayati merupakan perempuan muslim pertama di dunia yang pernah menjadi seorang laksamana yang memimpin armada perang Kesultanan Aceh di abad ke-16.

Berdasarkan bukti sejarah (manuskrip) yang tersimpan di University Kebangsaan Malaysia dan Berangka tahun 1254 H atau sekitar tahun 1875 M, Keumalahayati berasal dari keluarga bangsawan Aceh.

Laksamana Malahayati adalah putri dari Laksamana Mahmud Syah. Kakeknya bernama Laksamana Muhammad Said Syah, putra dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah Kesultanan Aceh Darussalam sekitar tahun 1530-1539 M. Sultan Salahuddin Syah merupakan putra dari Sultan Ibrahim Ali Mughayat Syah (1513-1530 M) yang merupakan pendiri Kesultanan Aceh Darussalam.

Ia mengatakan jiwa bahari yang dimiliki ayah dan kakeknya tersebut berpengaruh besar terhadap kepribadiannya dan dirinya tetap ingin menjadi seorang pelaut yang gagah berani seperti ayah dan kakeknya tersebut.

Setelah tamat dari Mahad Baitul Makdis, Laksamana Keumalahayati berkonsentrasi pada dunia pergerakan dan perjuangan dan dia diangkat oleh Sultan Alauddin Riayat Syah al- Mukammil (1589-1604 M) sebagai Komandan Protokol Istana Darud-Dunia di Kesultanan Aceh Darussalam.

Jabatan tersebut merupakan kepercayaan sultan terhadap dirinya, sehingga ia perlu menguasai banyak pengetahuan tentang etika dan keprotokolan.

Menurut dia kisah perjuangan Laksamana Malahayati dimulai dari sebuah perang di perairan Selat Malaka, yaitu antara armada pasukan Portugis dengan Kesultanan Aceh Darussalam yang dipimpin oleh Sultan Alauddin Riayat Syah al- Mukammil dan dibantu oleh dua orang laksamana.

Pertempuran tersebut dimenangkan oleh armada Aceh meskipun dalam peperangan tersebut menewaskan suaminya Laksamana Malahayati. Setelah suaminya meninggal dunia dalam peperangan tersebut, ia bertekad meneruskan perjuangan suaminya.

Ia mengatakan guna memenuhi tujuannya tersebut, Laksamana Malahayati meminta kepada Sultan Al-Mukammil untuk membentuk armada Aceh yang semua prajuritnya adalah wanita- wanita janda karena suami mereka gugur dalam Perang Teluk Haru.

Laksamana Malahayati diberikan tugas memimpin Armada Inong Balee dan diangkat sebagai laksamananya. Ia merupakan wanita Aceh pertama yang berpangkat laksamana (admiral) di Kesultanan Aceh Darussalam..

Armada tersebut awalnya hanya berkekuatan 1.000 orang, namun kemudian diperkuat lagi menjadi 2.000 orang.

"Menjadi pemimpin 2.000 pasukan, merupakan hal yang sangat luar biasa dan Laksamana malahayati sangat pantas dinobatkan sebagai pahlawan nasional karena di dalam sosok Malahayati terdapat jiwa pemberani, pemimpin, dan mengguncangkan ?dunia saat memimpin armada laut Kesultanan Aceh abad ke 16," katanya.

Ia mangatakan Teluk Lamreh Krueng Raya dijadikan sebagai pangkalan militernya dan di sekitar teluk tersebut, ia membangun Benteng Inong Balee yang letaknya di perbukitan.

Setelah memangku jabatan sebagai laksamana, Malahayati mengkoordinir pasukannya di laut, mengawasi berbagai pelabuhan-pelabuhan yang berada di bawah penguasaan syahbandar, dan mengawasi kapal-kapal jenis galey milik Kesultanan Aceh Darussalam.

"Keberhasilan Laksamana Malahayati merupakan sebuah prestasi yang sungguh luar biasa. Malahayati ternyata bukan hanya sebagai seorang Laksamana dan Panglima Angkatan Laut Kesultanan Aceh Darussalam, namun ia juga pernah menjabat sebagai Komandan Pasukan Wanita Pengawal Istana," katanya.

Mawardi menambahkan sosok kepahlawanan Laksamana Malahayati tidak lekang dimakan usia di mana salah satu pelabuhan yang terletak di Krueng raya, Aceh Besar, memakai namanya menjadi Pelabuhan Malahayati dan tempat pelaksanaan kegiatan upacara yakni BP2IP juga ditebalkan Malahayati.

Ia berharap kepada penerus bangsa dan penerus generasi Aceh menjadikan semangat dan kegigihan yang dimiliki Laksamana Malahayati menjadi inspirasi guna meneruskan perjuangan para pahlawan.

Pewarta: Muhammad Ifdhal

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017