Meulaboh, (ANTARA Aceh) - Masyarakat dan nelayan wilayah Permukiman Meureubo, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh, bergotong royong menggali pasir di lintasan armada karena sudah dangkal akibat terjadinya sendimentasi di muara.

"Kondisinya sudah sangat dangkal, armada kecil saja tidak bisa lewat, kalau dipaksakan pasti kandas. Boad tidak masuk untuk membokar ke pasar tersebut, tapi ditambat pada pulau kecil dekat muara," kata Ahyar, salah seorang Meureubo, di Meulaboh, Minggu.

Momen tersebut dimanfaatkan masyarakat nelayan mayoritas dari Desa Meureubo tersebut, karena libur melaut, sudah menjadi tradisi dan hukum adat Aceh untuk hari Jumat, merupakan hari pantang atau dilarang malaut bagi semua nelayan.

Masyarakat bersama nelayan membawa peralatan manual seperti ember, karung, skop, serta timpa untuk menggeruk pasir kemudian mengangkatnya kepinggir, lebih sederhananya masyarakat menggeruk sepanjang jalur lintasan boad sampai bisa di lintasi.

Beberapa waktu belakangan, kawasan muara itu terjadi air pasang, kemudian saat air surut maka terjadilah pendangkalan muara yang sangat serius sehingga membuat armada yang berukuran 2-3 grosstongage tidak bisa melintas.

Masyarakat nelayan yang masih dalam wilayah Desa Ujong Drien, Kecamatan Meureubo tersebut, merupakan nelayan tradisional yang menentang penggunaan alat tangkap tidak ramah lingkungan, sejalan dengan harapan pemerintah pusat.

"Nelayan lhok Meureubo adalah nelayan yang patuh, mereka tidak menggunakan alat tangkap tidak ramah lingkungan dan menentang penggunaan trawl mini. Tapi justru kondisi mereka juga kurang mendapat kepedulian," sebutnya.

Sementara itu Kepala Bidang Perikanan Tangkap pada Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh Barat, Mahli yang dikonfirmasi sebelumnya menyampaikan, sudah menjadi perhatian ke depan untuk mencarikan solusi terkait permasalahan nelayan itu.

Malahan kata dia, beberapa kendala lain yang dilaporkan nelayan sudah disikapi untuk ditindak lanjuti, termasuk kondisi jembatan di Desa Padang Seurahet, Kecamatan Johan Pahlawan, lintasan sungai itu terbatas untuk armad besar tidak bisa masuk TPI.

Mahli, menyampaikan, pemerintah daerah terus berupaya mencarikan solusi untuk mengoptimalkan infrastruktur nelayan, termasuk pengerukan dan normalisasi muara sungai Meureubo yang menjadi objek utama lintasan kapal nelayan daerah itu.

"Memang permasalahan nelayan masih banyak dan terus terjadi, apalagi karena kondisi alam yang berpengaruh, hasil tangkapan hingga pendangkalan muara. Kami tentunya tidak diam melihat kondisi itu untuk mencari cara penanganan," katanya menambahkan.

Pewarta: Anwar

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2017