Tapaktuan (Antaranews Aceh) - Ratusan petani di empat desa di Kecamatan Meukek, Kabupaten Aceh Selatan, mengalami kendala mengolah sawah pada musim tanam rendengan awal tahun 2018, karena pintu irigasi induk pinggir sungai tertimbun kerikil.

Keujruen Blang Gampong (lembaga adat sawah) Ie Dingin, Khairuman kepada wartawan di Meukek, Kamis menyatakan, puluhan hektare sawah di empat desa tersebut mengalami krisis air sejak beberapa bulan terakhir karena irigasi induk tertimbun kerikil akibat dibawa arus sungai.

Jika, irigasi di Desa Drien Jalo tidak ditangani segera dipastikan petani akan mengalami gagal tanam tahun 2018 ini, katanya.

Dia mengatakan, bangunan irigasi induk tersebut merupakan satu-satunya jaringan irigasi yang berfungsi mengaliri atau menyuplai air dari Krueng (sungai) Meukek ke lahan persawahan milik masyarakat di empat desa yakni Gampong Drien Jalo, Ie Dingen, Kuta Buloh I dan Kuta Buloh II.

Menurutnya, sedimen lumpur dan batu kerikil yang menutup pintu irigasi di Gampong Drien Jalo telah terjadi sejak beberapa bulan lalu pasca meluapnya air Krueng Meukek.

Pihaknya, sambung Khairuman, menyesalkan kinerja Pemkab Aceh Selatan melalui dinas terkait yang terkesan membiarkan mulut irigasi tersebut tertutup batu kerikil dan sedimen lumpur selama ini. Padahal fasilitas irigasi sangat dibutuhkan masyarakat petani untuk mengolah lahan sawahnya.

"Padahal kejadian tertutupnya pintu irigasi tersebut telah berlangsung lama, tapi sampai saat ini belum ada kebijakan serius dari Pemkab Aceh Selatan untuk menormalisasi kembali agar suplai air ke lahan persawahan warga bisa normal kembali," sesalnya.

Edy Azman, salah seorang petani lainnya menambahkan, selain persoalan pintu irigasi sudah tertutup kerikil, juga mengakibatkan muara Krueng Meukek berpindah.

"Asal sudah terjadi banjir, muara sungai yang berhulu dari Gampong Jambo Papeun tersebut sering berpindah-pindah. Kondisi ini juga menjadi faktor utama, sehingga suplai air dari irigasi tersebut sering macet bahkan terhenti," ucap Edy.

Dia pun mengkritisi perencanaan awal saat dilakukan pembangunan irigasi induk di Gampong Drien Jalo tersebut. Seharusnya, kata dia, letak bangunan irigasi tersebut harus lebih rendah atau setidaknya memiliki permukaan yang sama dengan muara sungai bukan justru lebih tinggi dari muara sungai.

"Jika permukaan pintu irigasi lebih rendah ataupun sama dengan muara sungai maka jikapun aliran sungai berpindah dampak banjir tidak berpengaruh terhadap aliran air di irigasi. Namun yang terjadi sekarang justru berbanding terbalik, setiap terjadi banjir secara otomatis suplai air melalui irigasi terganggu," sesalnya.

Menurutnya, jika persoalan krisis air tersebut tidak ditangani segera oleh Pemkab Aceh Selatan maka sebagian petani di wilayah itu khususnya di Gampong Ie Dingen telah mengambil ancang-ancang akan mengganti bercocok tanam dari sebelumnya tanaman padi akan menanam kacang tanah.

"Dengan kondisi lahan sawah tadah hujan sekarang ini, maka satu-satunya solusi untuk tetap bisa bercocok tanam harus menggantinya dengan tanaman kacang tanah dan tanaman jagung," sebutnya.

Persoalan krisis air ke lahan persawahan tersebut, tambah Edy, merupakan persoalan rutin yang saban tahun dialami oleh para petani di empat desa tersebut setiap kali terjadi banjir menyusul tingginya curah hujan.

Namun, meskipun persoalan tersebut sudah sangat meresahkan petani setempat, namun belum terlihat keseriusan Pemkab Aceh Selatan melalui dinas terkait mencari solusi konkrit, katanya.

"Kami tidak tahu lagi harus mengadu kemana. Persoalan ini bukan terjadi kali ini saja tapi sudah berulang-ulang," katanya.

Kepala Bidang Pengairan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Aceh Selatan Surya Rahmadi saat dimintai konfirmasi mengatakan pihaknya berjanji akan turun langsung ke lokasi dalam waktu dekat untuk meninjau pintu irigasi di Gampong Drien Jalo yang sudah tertimbun kerikil tersebut.

"Akan kami tinjau langsung ke lokasi untuk mencari solusi penanganannya ke depan," kata Surya Rahmadi Singkat.

Pewarta: Hendrik

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018