Kutacane (Antaranews Aceh) - Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mengajak masyarakat di provinsi paling Utara di Sumatera tersebut untuk berinvestasi membangun energi terbarukan menggunakan tenaga mikrohidro.
"Tidak ada salahnya, bagi orang yang berpunyai dan kelebihan dana. Tidak cuma di kabupaten ini, tapi di wilayah Aceh untuk berinvestasi pembangkit listrik mikrohidro," kata Irwandi di Kutacane, Jumat.
Gubernur Irwandi hadir untuk meresmikan jaringan melalui program listrik pedesaan di 11 desa di Kecamatan Leuser, Kabupaten Aceh Tenggara, Kamis (25/1).
Pemerintah Aceh, lanjutnya, telah berkoordinasi dengan PT PLN (Persero) Wilayah Aceh untuk menjual energi terbarukan ini kepada para pelanggan baik rumah tangga maupun industri.
Selama ini mayoritas pembangkit listrik di Aceh, termasuk yang terhubung jaringan interkoneksi Sumatera Bagian Utara masih menggunakan bahan bakar minyak sebagai penggerak listrik.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) merupakan pembangkit dalam skala kecil menggunakan tenaga air sebagai tenaga penggerak seperti saluran irigasi dan sungai.
"Tadi, pihak PLN sudah berbicara kepada saya. Dia (PLN) mewajibkan diri untuk membeli listrik dari energi terbarukan ini," kata Irwandi.
Pemerintah awal tahun lalu, telah mengoperasikan PLTMH bernilai Rp6,4 miliar bersumber APBN 2016 dengan kapasitas 100 Kilowatt (KW) untuk mengalirkan listrik di Pulau Bima, Nusa Tenggara Barat.
Presiden Joko Widodo akhir tahun lalu mengungkapkan, sampai saat ini masih terdapat sekitar 3.000 desa di Indonesia yang gelap gulita karena tidak dialiri listrik.
"Masih ada beberapa desa di Aceh belum ada listriknya, padahal sumbernya banyak seperti air, dan matahari. Tetapi sumber matahari ini di tempat kita kurang layak, karena baterai rusak, lalu ditinggalkan," terang Gubernur Irwandi.
Bupati Aceh Tenggara Raidin Pinim sehari sebelumnya mengatakan, wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara tersebut banyak memiliki sungai.
"Di sini pak gubernur, banyak terdapat sungai. Selama ini, masyarakat baru memanfaatkan sungai sebagai saluran irigasi bagi pertanian," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018
"Tidak ada salahnya, bagi orang yang berpunyai dan kelebihan dana. Tidak cuma di kabupaten ini, tapi di wilayah Aceh untuk berinvestasi pembangkit listrik mikrohidro," kata Irwandi di Kutacane, Jumat.
Gubernur Irwandi hadir untuk meresmikan jaringan melalui program listrik pedesaan di 11 desa di Kecamatan Leuser, Kabupaten Aceh Tenggara, Kamis (25/1).
Pemerintah Aceh, lanjutnya, telah berkoordinasi dengan PT PLN (Persero) Wilayah Aceh untuk menjual energi terbarukan ini kepada para pelanggan baik rumah tangga maupun industri.
Selama ini mayoritas pembangkit listrik di Aceh, termasuk yang terhubung jaringan interkoneksi Sumatera Bagian Utara masih menggunakan bahan bakar minyak sebagai penggerak listrik.
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) merupakan pembangkit dalam skala kecil menggunakan tenaga air sebagai tenaga penggerak seperti saluran irigasi dan sungai.
"Tadi, pihak PLN sudah berbicara kepada saya. Dia (PLN) mewajibkan diri untuk membeli listrik dari energi terbarukan ini," kata Irwandi.
Pemerintah awal tahun lalu, telah mengoperasikan PLTMH bernilai Rp6,4 miliar bersumber APBN 2016 dengan kapasitas 100 Kilowatt (KW) untuk mengalirkan listrik di Pulau Bima, Nusa Tenggara Barat.
Presiden Joko Widodo akhir tahun lalu mengungkapkan, sampai saat ini masih terdapat sekitar 3.000 desa di Indonesia yang gelap gulita karena tidak dialiri listrik.
"Masih ada beberapa desa di Aceh belum ada listriknya, padahal sumbernya banyak seperti air, dan matahari. Tetapi sumber matahari ini di tempat kita kurang layak, karena baterai rusak, lalu ditinggalkan," terang Gubernur Irwandi.
Bupati Aceh Tenggara Raidin Pinim sehari sebelumnya mengatakan, wilayah yang berbatasan dengan Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara tersebut banyak memiliki sungai.
"Di sini pak gubernur, banyak terdapat sungai. Selama ini, masyarakat baru memanfaatkan sungai sebagai saluran irigasi bagi pertanian," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018