Idi, Aceh Timur (Antaranews Aceh) - Orangutan Sumatera (pongo abelie) berusia dua tahun dibawa ke Sibolangit, Sumatera Utara, untuk pengobatan intensif, karena mengalami luka setelah ditemukan warga di pedalaman Kabupaten Aceh Timur.
Pengurus Forum Konservasi Leuser (FKL) Wilayah Aceh Timur, Mukhlis kepada wartawan di Idi, Sabtu menyatakan, anak orangutan yang ditemukan di Desa Peunarun Lama, Kecamatan Peunarun, Kamis (15/3) malam itu pada Jumat (16/3) sudah dibawa ke Sumut.
Awalnya anak orangutan ditemukan warga kemudian diserahkan kepada petugas FKL. Kemudian petugas FKL menginformasikannya ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Resort Langsa dan lembaga Orangutan Informasi Center (OIC) di Sumatera Utara.
"Anak orangutan jantan itu diserahkan warga dalam kondisi malnutrisi, cacingan dan luka di lengan kiri," ujar Mukhlis.
Tak lama kemudian, anak orangutan itu diboyong ke Pusat Rehabilitasi Orangutan Sumatera di Batumbelin, Sibolangit, Sumatera Utara.
"Untuk perawatan dan rehabilitasi, maka anak orangutan sekarang sudah kita serahkankan ke BKSDA Aceh dan pihak OIC. Harapan kita segera pulih," ujar Mukhlis.
Konflik manusia dengan orang utan di wilayah Sumatera Utara (Sumut) dan Aceh masih tinggi. Ancaman perburuan liar dan perambahan hutan yang kian tinggi menyebabkan populasi orangutan kian terancam.
"Tren konflik manusia dengan orangutan di Aceh dan Sumut hampir sama. Tapi di Kabupaten Aceh Tamiang dan Kabupaten Aceh Selatan merupakan konflik tertinggi," kata Direktur Yayasan Orangutan Sumatera Lestari -Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) Panut Hadisiswoyo.
Panut menyebutkan pada 2017, terjadi 103 perburuan, 28 pembalakan liar, 128 jerat, 21 perambahan hutan, 21 gubuk dan hanya 8 pelaku yang berhasil ditangkap. Jumlah itu cenderung naik jika dibandingkan tahun sebelumnya yakni, 87 perburuan, 27 pembalakan liar, 34 jerat, 22 perambahan, 28 gubuk dan 8 pelaku.
"Selama 2017, kami berhasil merescue 23 orang utan di Aceh-Sumut masing-masing 15 evakuasi dan 8 penyitaan, sedangkan di 2016 ada 29 orang utan yang berhasil direscue melalui penyitaan," kata Panut.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018
Pengurus Forum Konservasi Leuser (FKL) Wilayah Aceh Timur, Mukhlis kepada wartawan di Idi, Sabtu menyatakan, anak orangutan yang ditemukan di Desa Peunarun Lama, Kecamatan Peunarun, Kamis (15/3) malam itu pada Jumat (16/3) sudah dibawa ke Sumut.
Awalnya anak orangutan ditemukan warga kemudian diserahkan kepada petugas FKL. Kemudian petugas FKL menginformasikannya ke Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh Resort Langsa dan lembaga Orangutan Informasi Center (OIC) di Sumatera Utara.
"Anak orangutan jantan itu diserahkan warga dalam kondisi malnutrisi, cacingan dan luka di lengan kiri," ujar Mukhlis.
Tak lama kemudian, anak orangutan itu diboyong ke Pusat Rehabilitasi Orangutan Sumatera di Batumbelin, Sibolangit, Sumatera Utara.
"Untuk perawatan dan rehabilitasi, maka anak orangutan sekarang sudah kita serahkankan ke BKSDA Aceh dan pihak OIC. Harapan kita segera pulih," ujar Mukhlis.
Konflik manusia dengan orang utan di wilayah Sumatera Utara (Sumut) dan Aceh masih tinggi. Ancaman perburuan liar dan perambahan hutan yang kian tinggi menyebabkan populasi orangutan kian terancam.
"Tren konflik manusia dengan orangutan di Aceh dan Sumut hampir sama. Tapi di Kabupaten Aceh Tamiang dan Kabupaten Aceh Selatan merupakan konflik tertinggi," kata Direktur Yayasan Orangutan Sumatera Lestari -Orangutan Information Centre (YOSL-OIC) Panut Hadisiswoyo.
Panut menyebutkan pada 2017, terjadi 103 perburuan, 28 pembalakan liar, 128 jerat, 21 perambahan hutan, 21 gubuk dan hanya 8 pelaku yang berhasil ditangkap. Jumlah itu cenderung naik jika dibandingkan tahun sebelumnya yakni, 87 perburuan, 27 pembalakan liar, 34 jerat, 22 perambahan, 28 gubuk dan 8 pelaku.
"Selama 2017, kami berhasil merescue 23 orang utan di Aceh-Sumut masing-masing 15 evakuasi dan 8 penyitaan, sedangkan di 2016 ada 29 orang utan yang berhasil direscue melalui penyitaan," kata Panut.
Editor : Heru Dwi Suryatmojo
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018