Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Kelompok gandum-ganduman mendominasi komoditas bukan minyak dan gas bumi (nonmigas) yang diimpor Aceh pada September 2018 dengan nilai 7,10 juta dolar AS.

Kepala Bidang Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, Kenda Prayatno di Banda Aceh, Jumat, mengatakan, "impor nonmigas pada September 2018 senilai 8,19 juta dolar AS, dan 7,10 juta dolar AS di antaranya adalah komoditas gandum-ganduman."

Tidak ada kelompok migas diimpor ke provinsi tersebut selama kesembilan tahun ini.?

Ia menjelaskan, gandum-ganduman yang diimpor merupakan jenis barang beras setengah giling atau sepenuhnya digiling bisa dipoles atau dihaluskan di negara asal, Thailand.

Dibanding dengan bulan sebelumnya, lanjut dia, impor gandum-ganduman melonjak drastis, karena pada Agustus 2018 hanya senilai 906 dolar AS.

"Gandum-ganduman ini diolah oleh pelaku industri hilir menjadi makanan, dan minum siap saji yang diproduksi pelaku usaha kuliner di Aceh," kata dia. ?

Setelah kelompok gandum-ganduman, ucap Kenda, sebagian barang yang impor ke Aceh komoditas bahan kimia organik senilai 1,08 juta dolar AS, dan kendaraan dan bagiannya dengan nilai 1.224 dolar AS.?

Barang-barang rajutan untuk industri hilir tercatat senilai 379 dolar AS, mesin-mesin/peralatan listrik yang nilainya mencapai 374 dolar AS, dan mainan untuk anak-anak 134 dolar AS.

"Total terdapat lebih dari enam item kelompok komoditas yang diimpor oleh Aceh di September 2018 dengan volume seberat 15.809 ton," tuturnya.

Presiden Joko Widodo menyatakan sediha bila mendengar laporan bahwa Indonesia masih mengimpor pangan. Beberapa pangan yang bisa ditanam, kenyataannya masih diimpor, seperti buah, jagung, dan beras.

"Saya kalau dengar yang namanya impor pangan itu sedih banget," ujar Presiden saat acara pemberian penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara di Istana Negara, Jakarta.
 

Pewarta: Muhammad Said

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018