Meulaboh (Antaranews Aceh) -  Harga udang vaname versi pengusaha eksportir di Kabupaten Aceh Barat mulai mengalami penurunan dari Rp102.000/ kg menjadi Rp89.000/kg akibat melimpahnya pasokan udang dari India untuk pasar Eropa.

Pengusaha tambak sekaligus eksportir udang vaname Aceh Amiruddin, di Meulaboh, Jum'at, mengatakan, usaha budidayanya terpaksa harus melakukan efesiensi anggaran agar operasional industri perikanan tersebut tetap berjalan.

"Dari dulu India merupakan negara terbesar memproduksi udang untuk pasar negara - negara Eropa, sehingga ketika negara mereka panen besar, maka harga udang dari kita pasti akan jatuh, dan itu sudah sering terjadi," katanya. 

Harga udang vaname dari pengusaha eksportir Aceh Barat, sempat mengalami kenaikan pada 12 Oktober 2018, kemudian turun perlahan hingga 25 November 2018 untuk semua jenis ukuran udang yang terdapat dalam satu kilogram (size).

Ia menjelaskan, turunnya harga komoditas ekspor ini secara berangsur, seperti udang vaname dengan size 20 seharga Rp102.000/ kg turun menjadi Rp89.000/ kg, sementara udang vaname size 100 dari Rp56.000/ kg turun menjadi Rp44.000/kg.

Udang vaname dengan size 30 dari harga Rp89.000/ kg turun menjadi Rp76.000/ kg, size 50 dari harga Rp70.000/ kg turun ke harga Rp56.000/ kg, size 200 dari harga Rp55.000/ kg turun ke harga Rp24.000/ kg, demikian juga untuk size lainnya.

"Kita hanya bertahan, kalau produksi tetap kita lakukan karena ini adalah tantangan bagi kami pengusaha sekaligus petambak yang baru berkembang. Dalam minggu depan ini saya juga akan panen dan tetap di ekspor seperti biasa," sebutnya.

Meski pun demikian, Amiruddin, pesimis pada bulan Januari atau hingga Maret 2019 mendatang, harga udang vaname akan kembali naik seiring prediksi akan tingginya kebutuhan untuk pasar seperti Negara China.

Namun yang menjadi persoalan saat ini adalah harga pakan tidak turun, sementara saat terjadi kenaikan harga udang vaname sebelumnya, harga pakan ikut naik akan tetapi tidak begitu dipersoalkan karena ada keberimbangan.

Akan tetapi, sejak 25 November 2018 ini, harga udang jatuh, sementara harga pakan tetap bertahan, sehingga untuk bertahan pengusaha terpaksa harus melakukan efesiensi operasional usaha tersebut.

"Operasional berjalan, tetapi untuk bertahan harus kita lakukan efesiensi, termasuk penggunaan listrik, bisanya siang menyalakan empat kincir, mungkin agar jangan mengganggu budidaya kita gunakan dua kincir, malam harus empat," pungkasnya.

Pewarta: Anwar

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2018