Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Pemerhati transportasi di Aceh mengatakan, baru maskapai Garuda Indonesia yang menurunkan harga tiket penerbangan domestik di rute Banda Aceh-Jakarta hampir 50 persen dari harga awal menjadi Rp1,6 juta per kursi.

"Hanya Garuda Indonesia yang benar-benar menurunkan tarif hampir separuh dari harga awalnya Rp3 juta per kursi," ucap pemerhati transportasi di Aceh, Zainal Abidin di Banda Aceh, Rabu.

Ia mengatakan, kebijakan yang diambil Asosiasi Perusahaan Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) yang menurunkan harga tiket pesawat 20 hinga mencapai 60 persen pekan lalu belum sepenuhnya berjalan di provinsi memiliki penduduk lima juta jiwa.

Sementara tiga operator lain yang beroperasi di Bandara Sultan Iskandar Muda, Aceh Besar di antaranya Batik Air, Citilink, dan Lion Air hingga kini belum membuka harga tiket murah alias batas bawah baik rute ke Medan atau langsung ke Jakarta.

Ketiga maskapai domestik tersebut masih membuka tarif kelas atas sesuai Peraturan Menteri Nomor Perhubungan No.14/2016 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas dan Tarif Batas Bawah Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri. 

"Tapi kita tahu siapa yang naik Garuda, yakni kalangan birokrat atau pejabat yang notabene tiket tersebut mahal atau murah tetap dibayar oleh institusi mereka," terang Zainal yang juga menjabat Ketua Lembaga Riset, Pelatihan, dan Publikasi Publik Natural Aceh.

Sejumlah maskapai mengungkapkan sulitnya kondisi penerbangan dewasa ini, di mana biaya operasional yang terus naik, terutama harga avtur ditambah nilai tukar rupiah terus melemah.

Direktur Utama Citilink Indonesia Juliandra Nurtjahjo kemarin mengatakan, alokasi untuk operasional biaya operasional sebagian besar dalam bentuk dolar AS, sementara pendapatan dalam bentuk rupiah.

"Kemarin itu 2018 bagaimana Citilink sangat berat dalam menciptakan keuntungan," katanya.

Harga rata-rata avtur sepanjang 2017 itu 55,1 sen dolar AS per liter dan melonjak 19 persen menjadi 65,4 sen per dolar AS per liter sepanjang 2018.

"Kenaikan satu sen per liter itu akan menambah biaya operasi 4,7 juta dolar AS satu tahun penuh," katanya.

Kemudian, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus melemah yang menyebabkan biaya operasional semakin membengkak.

"Setiap penurunan Rp100, karena kenaikan kurs melemah, dia akan mengurangi pendapatan kita setahun penuh 5,3 juta dolar AS," katanya.

Direktur Utama Garuda Indonesia Ari Askhara menambahkan, sebanyak 40-45 persen biaya operasional adalah biaya avtur dan sewa pesawat 20 persen dan 10 persen untuk biaya pegawai.

"10 persen ada biaya pegawai yang harus dikasih makan, dari Garuda sendiri 10.000 pegawai, Citilink 2.000, Sriwijaya 4.500, jadi ini masyarakat yang perlu kami biayai dan masuk dalam komponen biaya kita," katanya.

Pewarta: Muhammad Said

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019