Banda Aceh (Antaranews Aceh) - Anggota DPR Aceh Asrizal H Asnawi menduga ada mafia yang bermain dan memainkan harga terkait murahnya harga sawit di tingkat petani. 

"Terkait hal ini, kami mendesak Pemerintah Aceh menurunkan tim ke lapangan meninjau persoalan harga sawit yang sangat merugikan petani," tegas Asrizal H Asnawi di Banda Aceh, Kamis (31/1).

Asrizal menjelaskan, persoalan di lapangan saat ini para petani tidak bisa langsung menjual sawit langsung ke pabrik. Untuk menjual sawit ke pabrik, harus ada surat pengantar. 

"Hanya pihak memiliki ikatan kontrak yang dapat menjual sawit ke pabrik. Untuk menjual ke pabrik harus dengan skala besar. Jadi, pihak pabrik menggunakan pihak ketiga suplai sawit ke pabrik," ungkap Asrizal.

Hal ini, membuat para petani terpaksa harus menjual sawit mereka, meski dengan harga murah. Selisih harga yang terlalu jauh antara petani dan prabrik disebabkan adanya permainan harga pihak tertentu.

Oleh karena itu, Pemerintah Aceh harus mengancam mencabut izin pabrik kelapa sawit (PKS) jika harganya terlalu jauh antara petani dan di pabrik. Sebab, perizinannya dari pemerintah provinsi.

“Ini seperti ada monopoli besar, yang akhirnya merugikan para petani sawit. Kami minta kepolisian turun dan memantau siapa mafia yang mempermaikan harga sawit di tingkat petani,” ungkapnya.

Di Aceh Tamiang, Asrizal menjelaskan, harga buah sawit di tingkat petani yaitu Rp900 per kilogram, sedangkan di pabrik harganya yaitu Rp1.200.

“Memang selisihnya tidak terlalu jauh, tetapi terasa juga untuk para petani. Kalau Rp200, bisa lah untuk ongkos angkut dan keuntungan pihak ketiga,” jelasnya.

Sementara itu di wilayah barat selatan Aceh, seperti diberitakan AntaraAceh sebelumnya, harga buah sawit berkisar Rp500 hingga Rp700 per kilogram, sedangkan harga di pabrik yaitu Rp1.000 hingga Rp1.030 per kilogram.

“Jauhnya pengangkutan buah sawit ke pabrik memang menjadi kendala, tetapi hal itu tidak membuat harganya terlalu jauh, paling selisih Rp200 per kilogram. Kalau sampai setengah harga, itu sangat merugikan petani,” ungkap Asrizal. 
 

Pewarta: Reza Gunawan

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019