Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak melemah seiring dengan pelemahan mata uang regional Asia.

"Pagi ini mata uang kuat Asia HK dolar dan Sin dolar dibuka melemah terhadap USD dan menjadi sentimen pelemahan rupiah," kata ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih di Jakarta, Rabu.

Dolar Hong Kong melemah 0,01 persen ke posisi 7,85 per dolar AS, sedangkan Dolar Singapura melemah 0,09 persen ke posisi 1,35 per dolar AS.

Dalam sepekan terakhir, nilai tukar rupiah memang cenderung menguat dari sebelumnya di level Rp14.100 per dolar AS hingga menuju di bawah level Rp14.000 per dolar AS, sehingga dinilai rawan terkoreksi.

Selain itu, naiknya harga minyak mentah pada pagi ini juga menjadi sentimen negatif bagi rupiah. Harga minyak mentah jenis Brent naik menjadi 65,21 dolar per barel.

Sebelumnya, harga minyak justru mengalami tren penurunan dalam minggu ini, didorong oleh aksi AS yang menjadi konsumen minyak bumi terbesar dunia, untuk menahan kenaikan harga minyak, bahkan setelah OPEC dan Rusia setuju untuk memotong produksi 1,2 juta barel per hari.

Namun, harga minyak yang telah "rally" sebelumnya didorong oleh optimisme tercapainya kesepakatan perang dagang, sanksi AS terhadap Venezuela dan pengecualian larangan impor minyak untuk 8 negara AS untuk membeli minyak Iran yang berakhir pada Mei 2019.

"Hari ini rupiah kemungkinan melemah ke level Rp14.000 per dolar AS hingga Rp.14.010 per dolar AS," kata Lana.

Hingga pukul 10.09 WIB, nilai tukar rupiah masih bergerak melemah 22 poin menjadi Rp14.014 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp13.992 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.004 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp13.990 per dolar AS.

Pewarta: Citro Atmoko

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019