Lhokseumawe (ANTARA) - Populasi tanaman kemiri semakin berkurang di Aceh Utara seiring terjadinya pengalihan ke jenis tanaman perkebunan produktif lainnya, sehingga memicu kenaikan harga jual kemiri di tingkat pedagang.

Kasi Perlindungan Tanaman dan Pengembangan Lahan pada Dinas Perkebunan dan Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPPKH) Kabupaten Aceh Utara, Selasa, Muslim, mengatakan populasi tanaman kemiri berkurang.

"Budidaya tanaman kemiri sudah jarang dilakukan, bahkan banyak yang dialihkan ke jenis tanaman perkebunan lainnya, seperti kakao dan lainnya,” ujar Muslim.

Ia mengatakan berdasarkan data, luas tanaman kemiri di Aceh Utara mencapai 709 hektare yang dikelola 1.544 petani, dengan produktivitas  809 kilogram per hektare.

"Jumlah keseluruhan populasi tanaman kemiri di Aceh Utara sekarang hanya 709 hektare. Populasi tanaman kemiri banyak terdapat di Kecamatan Nisam Antara, Sawang, dan beberapa kecamatan lainnya di Aceh Utara," ujarnya.

Sementara harga komoditas kemiri mengalami peningkatan. Menurut salah seorang pedagang di Pasar Inpres Lhokseumawe, Furqan, harga biji kemiri yang sudah dikupas naik menjadi Rp45.000 dari sebelumnya Rp38.000 per kilogram.

Dia mengatakan kenaikan harga salah satu bahan rempah dan bumbu dapur tersebut, karena pasokan menipis dari daerah penghasil kemiri ke pedagang di sejumlah pasar tradisional di Lhokseumawe dan sekitarnya.

Pasokan kemiri di daerah itu, kata dia, biasanya berasal dari daerah perkebunan di sekitar wilayah Lhokseumawe, seperti  Nisam, Sawang Aceh Utara, dan Bireun.

Pewarta: Mukhlis

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019