Salah seorang penyumbang pesawat pertama Republik Indonesia (RI-001), Nyak Sandang mengingatkan generasi sekarang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia yang susah payah diraih para pejuang melalui Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh dan Masyarakat Relawan Indonesia (MRI).
Hal tersebut diungkapkan sendiri oleh Nyak Sandang ketika menerima kunjungan tim ACT Aceh dan MRI di kediamannya yang berada di Gampong (Desa) Lhuet, Kecamatan Jaya, Aceh Jaya, Sabtu.
"Semoga kemerdekaan ini bisa dijaga, diteruskan, dan diisi dengan baik," ucapnya singkat dalam siaran pers ACT Aceh yang diterima Antara Biro Aceh.
Saat dikunjungi tim relawan kemanusiaan ini, Nyak Sandang sedikit bicara. Di usia yang sudah lebih 90 tahun, Nyak Sandang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Ia dan istrinya, Fatimah sudah dalam kondisi sakit-sakitan.
"Ya Allah, berikan kemerdekaan ini terus berlanjut. Dan terima kasih kepada ACT, karena selama ini telah mendampingi saya," ucap Nyak Sandang.
Pesawat yang dibeli dari hasil sumbangan masyarakat di Aceh tersebut, kemudian diberi nama Dakota RI-001 Seulawah. Transportasi udara pertama milik Indonesia digunakan oleh Presiden Soekarno di era perjuangan Indonesia.
Nyak Sandang yang kala itu berusia 23 tahun bersama orang tuanya menjual sepetak tanah, dan emas guna mendukung pembelian pesawat tersebut. Pesawat ini pulalah yang menjadi cikal bakal lahirnya maskapai pelat merah Garuda Indonesia.
Pada tahun 2018, Nyak Sandang diundang oleh Presiden Joko Widodo untuk hadir ke Istana Merdeka di Jakarta, sebagai bentuk apresiasi atas kedermawanannya.
Staf Program ACT Aceh, Laila Khalidah memaparkan bahwa perjuangan orang-orang terdahulu patut dihargai dengan baik akibat darah pejuang tumpah demi merebut kembali kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah.
Menurutnya, ada banyak cara mencintai Indonesia. Salah satu di antaranya dengan menjadi pribadi yang berkontribusi untuk kebaikan, dan perbaikan Indonesia dengan peran apapun yang dijalankan sebaik mungkin.
"Tugas kita sekarang adalah mempertahankan kemerdekaan melalui penyejahteraan bangsa, menanamkan patriotisme sejak dini kepada anak-anak," terangnya.
Humas MRI Wilayah Aceh, Astri Maulida juga menyampaikan hal senada. Ia mengatakan, bangsa Indonesia harus mengeratkan persatuan demi menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh bangsa ini.
"Jangan berharap kepada orang lain untuk menyelesaikan persoalan, kita mulai dari pribadi kita sendiri. Dari hal terkecil sekalipun, seperti saling membantu, peduli terhadap lingkungan, dan mengharumkan bangsa Indonesia di kancah internasional," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
Hal tersebut diungkapkan sendiri oleh Nyak Sandang ketika menerima kunjungan tim ACT Aceh dan MRI di kediamannya yang berada di Gampong (Desa) Lhuet, Kecamatan Jaya, Aceh Jaya, Sabtu.
"Semoga kemerdekaan ini bisa dijaga, diteruskan, dan diisi dengan baik," ucapnya singkat dalam siaran pers ACT Aceh yang diterima Antara Biro Aceh.
Saat dikunjungi tim relawan kemanusiaan ini, Nyak Sandang sedikit bicara. Di usia yang sudah lebih 90 tahun, Nyak Sandang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Ia dan istrinya, Fatimah sudah dalam kondisi sakit-sakitan.
"Ya Allah, berikan kemerdekaan ini terus berlanjut. Dan terima kasih kepada ACT, karena selama ini telah mendampingi saya," ucap Nyak Sandang.
Pesawat yang dibeli dari hasil sumbangan masyarakat di Aceh tersebut, kemudian diberi nama Dakota RI-001 Seulawah. Transportasi udara pertama milik Indonesia digunakan oleh Presiden Soekarno di era perjuangan Indonesia.
Nyak Sandang yang kala itu berusia 23 tahun bersama orang tuanya menjual sepetak tanah, dan emas guna mendukung pembelian pesawat tersebut. Pesawat ini pulalah yang menjadi cikal bakal lahirnya maskapai pelat merah Garuda Indonesia.
Pada tahun 2018, Nyak Sandang diundang oleh Presiden Joko Widodo untuk hadir ke Istana Merdeka di Jakarta, sebagai bentuk apresiasi atas kedermawanannya.
Staf Program ACT Aceh, Laila Khalidah memaparkan bahwa perjuangan orang-orang terdahulu patut dihargai dengan baik akibat darah pejuang tumpah demi merebut kembali kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah.
Menurutnya, ada banyak cara mencintai Indonesia. Salah satu di antaranya dengan menjadi pribadi yang berkontribusi untuk kebaikan, dan perbaikan Indonesia dengan peran apapun yang dijalankan sebaik mungkin.
"Tugas kita sekarang adalah mempertahankan kemerdekaan melalui penyejahteraan bangsa, menanamkan patriotisme sejak dini kepada anak-anak," terangnya.
Humas MRI Wilayah Aceh, Astri Maulida juga menyampaikan hal senada. Ia mengatakan, bangsa Indonesia harus mengeratkan persatuan demi menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh bangsa ini.
"Jangan berharap kepada orang lain untuk menyelesaikan persoalan, kita mulai dari pribadi kita sendiri. Dari hal terkecil sekalipun, seperti saling membantu, peduli terhadap lingkungan, dan mengharumkan bangsa Indonesia di kancah internasional," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019