Aceh (ANTARA) - Gubernur Aceh Nova Iriansyah menyatakan ada lima klaster yang ikut berperan penting dalam pembangunan Aceh yakni pemerintah, elemen perguruan tinggi, civil society atau LSM, swasta dan tokoh masyarakat.
“Ke lima klaster tersebut harus saling berkolaboratif membangun Aceh, sehingga upaya meningkatkan kesejahteraan dapat terwujud,” kata Nova Iriansyah di Banda Aceh, Selasa.
Pernyataan itu disampaikannya di sela-sela menerima tim Aksi Cepat Tanggap (ACT) Aceh di Pendopo Gubernur Aceh, Banda Aceh.
Ia menjelaskan untuk membangun Aceh juga harus dilakukan secara komprehensif dan kolaboratif dengan ikut serta melibatkan berbagai elemen pemangku kepentingan.
“Saya yakin dengan pola tersebut atau akselerasi pembangunan Aceh akan tercapai, karena tidak hanya mengandalkan upaya dari pemerintah, namun juga melibatkan jajaran swasta atau lintas pemangku kepentingan,” katanya.
Menurut dia untuk mewujudkan pembangunan di daerah tidak bisa menerapkan pola superman, atau dengan kekuatan sentral di top managernya, karena zaman sekarang hal tersebut tidak berlaku lagi.
“Sesuatu hal yang muara akhirnya adalah kesejahteraan masyarakat, harus dilakukan secara kolaboratif lintas pemangku kepentingan,” kata Nova.
Gubernur Aceh itu mencontohkan bencana gempa dan tsunami yang melanda Aceh tahun 2004 silam, Saat itu Aceh dapat bangkit kembali dari keterpurukan dan kehancuran, karena ikut dibantu oleh berbagai elemen, bukan oleh kalangan pemerintah saja.
“Keberadaan civil society sangat dibutuhkan untuk pembangunan Aceh, salah satunya ACT,” kata Nova.
Pjs Kepala Cabang ACT Aceh, Laila Khalida mengatakan keberadaan pihaknya di Aceh sejauh ini sudah berumur empat tahun.
Selama di Aceh ACT telah melakoni berbagai program kemanusiaan, baik di bidang kebencanaan, kesehatan, lingkungan, dan ekonomi.
“Per tahun 2021 sudah lebih 100 ribu masyarakat Aceh yang kita bantu dalam berbagai program,” kata Laila.
Pada tahun 2021 ini, pihaknya juga sedang menggencarkan gerakan sedekah pangan sebagai antisipasi permasalahan kelangkaan pangan di masa pandemi COVID-19.