Dinas Pariwisata, Kepemudaan, dan Olahraga (Disparpora) Aceh Tengah menyatakan pacuan kuda tradisional Gayo yang digelar mulai 26 Agustus hingga 1 September 2019 akan mendongkrak tingkat kunjungan wisatawan ke Takengon.

"Pacuan kuda ini, sudah ada sejak zaman Belanda di Aceh Tengah ini kuda tradisional Gayo. Dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-74 Kemerdekaan Republik Indonesia, minimal dongkrak kunjungan wisatawan," ujar Kepala Disparpora Aceh Tengah Jumadil Enka di Takengon, Kamis.

Ia mengatakan lomba pacuan kuda tersebut bakal diikuti khusus kuda lokal dengan tinggi mencapai 1,35 meter berasal dari tiga daerah serumpun, yakni Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara.

Kegiatan tersebut bakal akan diselenggarakan di Arena Pacuan Kuda Haji Muhammad Hasan Gayo di Belang Bebangka, Kecamatan Pegasing, Aceh Tengah.

Pihaknya juga telah mengundang Pengurus Cabang (Pengcab) Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi) sejumlah daerah di Aceh, supaya mengirimkan kuda-kuda terbaiknya.

"Untuk peserta terutama dari tiga kabupaten di dataran tinggi Gayo, setiap tahun terus bertambah. Kita perkirakan untuk tahun ini sekitar 230 ekor kuda pacu, bakal ikut 'event' pacuan kuda tradisional Gayo," katanya.

Ia mengaku pacuan kuda tradisional Gayo telah menjadi agenda rutin yang dilaksanakan dua kali dalam setahun, yakni memperingati HUT Aceh Tengah pada Februari dan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia setiap Agustus.

Selama pelaksanaan, pihaknya bakal mengadakan festival mobil kopi Gayo di sekitar lapangan pacuan kuda agar lebih meriah.

"Ada 12 kelas yang kita pertandingkan, baik dari usia dan tinggi badan sebagai kriteria kita tentukan. Kalau mobil kopi akan dinilai tim juri, seperti rasa kopi, pelayanan, dan beberapa kategori lainnya," ungkap Jumadil.

Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah tetap melestarikan dan menjaga populasi kuda asal Gayo guna mempertahankan budaya asli yang dimiliki daerah setempat.

"Perkawinan silang dengan kuda dari daerah lainnya, seperti Australia, penting dilakukan agar banyak kuda-kuda kita yang bisa mengikuti ajang tingkat profesional dan mempertahankan populasi kuda Gayo juga penting," kata Wakil Bupati Aceh Tengah Firdaus.

Ia menjelaskan pemerintah daerah setempat akan terus mempertahankan populasi dan atraksi pacuan kuda tradisional Gayo dengan joki cilik menunggangi kuda tanpa pelana sebagai budaya asli yang memiliki nilai dan daya tarik.

Pihaknya berjanji merawat tradisi itu dengan melibatkan beberapa daerah agar berpartisipasi dan menyemarakkan lomba pacuan kuda tradisional yang diselenggarakan di daerah dataran tinggi penghasil kopi arabika terbaik tersebut.

"Kita berharap pacuan kuda tradisional Gayo, masuk dalam agenda pariwisata Aceh setiap tahunnya, dan bisa masuk dalam kalender wisata nasional," katanya.
 

Pewarta: Muhammad Said

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019