Surin Industri Smart City Aceh Barat Daya atau disingkat dengan sebutan SISCA bukan nama seorang janda ataupun gadis, melainkan nama sebuah teluk di Desa Lama Tuha, Kecamatan Kuala Batee.

Teluk yang luasnya sekitar 50 hektar berhadapan dengan Samudra Hindia itu awalnya diberi nama SISC Abdya oleh director project KEK Jurong Borneo Integrateg City, Ir Andy Yudi Hendriawan, MRE, lalu oleh Bupati Abdya Akmal Ibrahim menyebutnya SISCA.

Belum diketahui alasan kepala daerah sehingga menyematkan kalimat kiasan itu pada teluk Surin. Apakah karena pantai dengan pasir halus yang putih, air berwarna biru muda, atau pemandangan teluk yang luar biasa indah karena dihiasi ombak Samudra Hindia.

Teluk Surin memang memiliki pesona tersendiri. Keindahannya bagaikan seorang gadis cantik yang belum dirias. Disamping tubuhnya menjorok ke daratan. Teluk SISCA juga menyimpan sejarah perdagangan dunia. 

Konon, pada masa kerajaan Quaalah Battoo (Kuala Batu) sekitar tahun 1830.  Teluk Surin itu bagian dari Samudra Hindia, dimana perairannya menjorok ke daratan dan dibatasi oleh daratan pada ketiga sisinya.

Tidak sedikt kapal-kapal ukuran besar milik saudagar dari berbagai negara dibelahan dunia kala itu memasuki kawasan teluk SISCA untuk berlabuh demi mendapatkan sebuah kargo lada hitam.

Lada hitam kala itu merupakan komoditi primadona masyarakat Aceh yang bermukim diwilayah pantai barat-selatan. Setiap musim panen tiba hasil pertanian itu dijual ke saudagar-saudagar belahan dunia.

Seperti saudagar Portugis, Inggris, Turki  dan bahkan kapal milik saudagar Amerika Serikat bernama Prienship pernah berlabuh di lepas pantai Desa Lama Tuha, Kuala Batee untuk membeli lada masyarakat.

Ekonomi masyarakat kerajaan Kuala Batu kala itu sangat bergeliat. Kehidupan warga lebih sejahtera lantaran hasil pertanian lada hitam yang ditanam pada lahan-lahan kebun dibeli dengan harga mahal.

Tetapi sayang, kejayaannya hilang. Sementara teluk yang dulunya bagian dari lautan, kini sudah terpisahkan, mulut muaranya menyempit, sedimentasi menebal, Kapal-kapal tidak bisa masuk lagi pelabuhan.

Teluk itu kini terlihat bagaikan sebuah danau disisi lautan. Sepi tidak ada aktiftas apa-apa. Dibeberapa sudut terlihat cukup banyak pohon-pohon merambat tumbuh menutupi sebagian teluk SISCA itu.  

Kembalikan Harapan Rakyat

Bupati Akmal Ibrahim pada periode 2007-2012 lalu memiliki naluri untuk mengembalikan masa ke emasan tempo dulu di teluk Surin melalui program pembangunan pelabuhan dan pusat kawasan industri terpadu.

Ia mencetuskan program tersebut mengingat letak teluk Surin yang sangat strategis di tengah-tengah delapan kabupaten/kota di Aceh.

“Kita sudah memulainya sejak 10 tahun lalu. Dulu 2008, saya sudah menetapkan kawasan teluk Surin sebagai kawasan industri dan pelabuhan. Mungkin kalian masih ingat, waktu itu saya sering pidato. Abdya akan jadi Singapure mini,” tutur Akmal Ibrahim.  

Memang benar, pidato Akmal tentang Abdya akan menjadi Singapure mini mendapat cibiran dari beberapa elit politik, malah ada yang mengatakan bupati Akmal mimpi di siang hari. 

Tanggapan negatif dari elit politik kala itu tidak menyurutkan Akmal. Ia malah tambah bersemangat merancang pembangunan teluk Surin dengan diawali pembangunan infrastruktur jalan lingkar lebar 30 meter. 

Disamping pembangunan infrastruktur pendukung menuju pelabuhan dibangun secara bertahap, kepala daerah kala itu juga mengeluarkan Surat Keputusan (SK) dan menyiapkan lahan seluas 745 hektar di teluk Surin untuk kawasan industri terpadu.

Program kawasan industri dan pelabuhan tersebut sempat berhenti ditengah jalan lantaran Akmal Ibrahim tidak terpilih lagi pada pilkada tahun 2012. Warga pada pesta demokrasi kala itu lebih banyak memilih Jupri Hasannuddin yang maju melalui Partai Aceh (PA).

Bupati Jupri tidak membiarkan program pro rakyat itu berhenti. Ia melanjutkan pembangunan jalan lebar 30 meter yang dicetus oleh Akmal sebelumnya dan bahkan dimasukkan dalam Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN) sekitar tahun 2015.  

Setelah jabatan bupati Jupri Hasannuddin berakhir 2017. Pasangan Akmal – Muslizar yang ikut maju pilkada serentak terpilih kembali menjadi bupati/wakil bupati Abdya periode 2017 - 2022.

Setelah dilantik, bupati Akmal bersama wakilnya Muslizar kembali memikirkan kelanjutan program pembangunan kawasan industri dan pelabuhan teluk Surin yang pernah di cetusnya 10 tahun silam.

Mimpi 10 tahun silam Abdya akan dijadikan Singapure mini mulai di gembar-gemborkan kembali setiap adanya acara pemerintahaan. Kepala daerah terus berupaya mempromosikan SISCA untuk diwujudkan sebagai pintu gerbang ekonomi ke Asia Selatan, terutama India.

“India itu negara pengimpor CPO Indonesia terbesar mencapai 9,6 juta ton per tahun. Sementara Abdya dengan India sangat berdekatan. Nelayan tradisonal perahu kecil saja bisa kesasar ke pulau Andaman-Nikobar. India itu pasar CPO cukup besar,”kata Akmal

Apalagi, lanjut Akmal, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo belum lama ini telah bertemu dengan Perdana Menteri India, Narendra Modi di Jakarta dalam rangka menjalin hubungan ekonomi yang lebih intensif antar kedua negara bertetangga.

Atas pertimbangan itulah, bupati Abdya sejak awal dilantik kembali melanjutkan pembangunan infrastruktur jalan lebar 30 meter dan mempromosikan SISCA untuk diwujudkan menjadi pusat perdagangan regional dan internasional, agar ekonomi masyarakatnya meningkat.

Sungguh diluar dugaan, apa yang dicetuskan oleh bupati Akmal Ibrahim itu ternyata sejalan dengan gagasan Plt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah yang ingin membuka pusat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Ekonomi Terpadu (KIT) barat-selatan Aceh. 

Bahkan pada acara Ekspo ternak di Abdya, Gubernur pernah menyampaikan teluk Surin Abdya masuk sebagai calon pusat KEK barat-Selatan bersama Calang, Aceh Jaya, dan bahkan Nova telah memerintahkan tim persiapan penbentukan KEK turun meninjau teluk Surin di Kuala Batee, Abdya.


ISMI Lirik Kemolekan SISCA

Ketua Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) Aceh, Nurchalis ikut serta dalam rombongan tim persiapan penbentukan KEK saat itu. Ia mengaku terpesona melihat keindahan dan ‘kemolekan’ teluk SISCA.

“Saya melihat dari sisi geografis, teluk Surin ini memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai pusat kawasan ekonomi khusus, dan sangat dekat dengan sejumlah negara di Asia Selatan,” kata Nurchalis

Setelah melihat keberadaannya yang strategis, Nurchalis langsung meminta izin pada bupati Akmal Ibrahim untuk mempromosikan Surin ke pulau Jawa, terutama kepada saudagar-saudagar terkenal di Jakarta agar mereka bersedia menanam modal pada teluk SISCA.

Tidak butuh waktu lama bagi Nurchalis untuk menarik investor ke Abdya. Hanya berselang waktu beberapa pekan proses ‘pinangan’ melalui sebuah MoU dilakukan baru-baru ini.

Jalinan kerjasama antara Pemkab Abdya dengan ISMI pusat untuk mendorong SISCA menjadi pusat ekonomi telah ditandatangani oleh Bupati Abdya Akmal Ibrahim bersama ketua MPP ISMI DR Ing Ilham Akbar Habibie, MBA di Bakrie Tower Jakarta.

Selain ketua umum saudagar muslim se-Indonesia, Ilham Habibie juga merupakan putra sulung dari mantan Presiden Republik Indonesia ke-3, yakni almarhum Prof Dr Bacaruddin Jusuf Habibie atau BJ Habibie.

“Saya sangat optimis karena kawasan industri Surin yang kita rencanakan bersama-sama setidaknya memiliki empat faktor untuk sukses kita kembangkan masa mendatang,” kata wakil ketua umum MPP ISMI pusat, Drifa Alisjahbana saat mengujungi SISCA dua hari lalu.

Sementara Director project KEK Jurong Borneo Integrateg City, Ir Andy Yudi Hendriawan di sela-sela kunjungan mengatakan bahwa teluk SISCA di Desa Lama Tuha itu bagaikan harta karun yang diberikan oleh Allah, SWT untuk dimamfaatkan dalam meningkatkan ekonomi umat. SEMOGA !
 

Pewarta: Suprian

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019