Banda Aceh (ANTARA) - Pemerintah memastikan operasi pencarian dan pertolongan (search and rescue/SAR) korban bencana hidrometeorologi di tiga provinsi yakni Aceh, Sumatera Utara dan Sumatra Barat terus dilanjutkan secara terukur dan terkoordinasi.
“Operasi SAR kami sesuaikan dengan data korban hilang yang dilaporkan di masing-masing kabupaten/kota," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, di Banda Aceh, Minggu.
Pernyataan tersebut ditegaskan Abdul Muhari saat menggelar konferensi pers Update Penanganan Bencana Hidrometeorologi Aceh di Pusat Informasi dan Media Center, di kantor Gubernur Aceh, Banda Aceh.
Keputusan ini diambil setelah adanya koordinasi intensif antara BNPB dan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas), dengan mempertimbangkan dinamika laporan korban hilang di lapangan.
Muhari mengatakan, perpanjangan operasi SAR ini merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam rangka memastikan seluruh laporan korban hilang ditindaklanjuti secara serius dan akurat.
"Meski di beberapa wilayah laporan korban hilang telah nihil, tim Basarnas tetap bersiaga karena ada kemungkinan korban ditemukan di wilayah administratif lain yang berdekatan,” ujarnya.
Ia menjelaskan, untuk Aceh, operasi SAR masih berlangsung di enam kabupaten, yaitu Bener Meriah, Aceh Utara, Aceh Tengah, Bireuen, Aceh Tamiang, dan Nagan Raya.
Kemudian di Sumatera Utara, pencarian dan pertolongan dilanjutkan pada Kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Kota Sibolga.
"Lalu Sumatra Barat, operasi SAR diteruskan di empat wilayah, yaitu Kabupaten Agam, Kota Padang Panjang, Kabupaten Padang Pariaman, dan Kabupaten Tanah Datar," katanya.
Muhari menegaskan, korban yang ditemukan pada wilayah berbeda bakal tetap diidentifikasi secara ketat berdasarkan nama dan alamat (by name by address), kemudian dicocokkan dengan data kependudukan untuk memastikan asal daerah korban.
Langkah ini dinilai penting untuk menjaga keakuratan data nasional dan mencegah duplikasi pencatatan.
Selain wilayah yang masih aktif melaksanakan SAR, beberapa kabupaten lain juga berstatus Basarnas siaga. Apabila, terdapat laporan baru dari keluarga atau masyarakat terkait dugaan korban hilang, operasi pencarian akan kembali dibuka.
Dalam perkembangan terbaru, tim gabungan SAR yang dipimpin Basarnas pada Minggu (14/12/2025) kembali menemukan 66 korban meninggal dunia, terdiri atas 33 korban di Aceh, 19 korban di Sumatera Utara, dan 14 korban di Sumatera Barat. Pemerintah menyampaikan belasungkawa mendalam kepada seluruh keluarga korban.
Dalam kurun waktu sepekan terakhir, lanjut dia, jumlah korban hilang berkurang 58 orang, seiring ditemukannya sejumlah korban yang sebelumnya dilaporkan hilang.
Penurunan ini juga dipengaruhi oleh hasil verifikasi ulang berbasis kecamatan yang dilakukan pemerintah daerah.
“Proses identifikasi di lapangan sangat dinamis. Ada kasus khusus, misalnya jasad yang ditemukan di area pemakaman dan ternyata merupakan warga yang telah meninggal sebelum bencana. Setelah diverifikasi, data korban akan disesuaikan,” ujarnya.
Pada hari yang sama, tim SAR juga kembali menemukan 10 jasad, masing-masing sembilan korban di Aceh dan satu korban di Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Dengan penambahan tersebut, total korban meninggal dunia di tiga provinsi meningkat dari 1.006 jiwa menjadi 1.016 jiwa.
"Sementara itu, jumlah korban hilang menurun dari 217 orang menjadi 212 orang, seiring proses identifikasi dan sinkronisasi data kependudukan lintas daerah," demikian Abdul Muhari.
Baca juga: BNPB ungkap alasan jumlah pengungsi bencana banjir Aceh berkurang
