Banda Aceh (ANTARA) - Salah seorang tokoh Aceh H Harun Keuchik Leumiek meninggal dunia di kediamannya kawasan Lamseupeng, Simpang Surabaya Kota Banda Aceh, Provinsi Aceh, pada Rabu.
Kabar duka itu beredar di sejumlah pesan whatsapp group. Tokoh pers Aceh, yang juga donatur tunggal untuk pembangunan Masjid H Keuchik Leumiek tersebut menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 14.00 WIB.
"Bagi kita orang pers, ini adalah kehilangan tokoh besar, tokoh besar yang tiada tara. Dia adalah wartawan, dia budayawan, dan dia juga hartawan. Jadi predikat yang jarang dimiliki orang lain," kata Mantan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh Adnan NS, di Banda Aceh.
Menurut Adnan, H Harun Keuchik Leumiek merupakan sosok yang berjiwa sosial tinggi. Dalam pergaulannya, dia tidak pernah membedakan antara seorang senior dan junior, setiap orang di semua kalangan dihormatinya.
"Dia sangat membangun habluminallah maupun habluminannas. Kita sudah lihat bukti sebuah monumen besar yang dibangun, masjid yang sangat indah, yang sekarang menjadi tujuan wisatawan spiritual," katanya.
Saudagar emas itu tercatat sebagai Kepala Perwakilan Harian Analisa Aceh, dan wartawan penerima Press Card Number One (PCNO) atau kartu pers nomor satu PWI Pusat, sekaligus Dewan Penasehat Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI).
"Dia juga orang yang paling peduli terhadap nasib-nasib wartawan. Dimana wartawan kadang-kadang ada saat sedang genting, datang ke tempat dia, sama dia diberikan perhatian. Dan setiap kegiatan di PWI dia selalu hadir," kata Adnan.
Di PWI Aceh, kata Adnan, H Harun Keuchik Leumiek terakhir menjabat sebagai penasehat. Sebelumnya juga cukup lama menjabat sebagai bendahara, serta mengurusi berbagai bidang lainnya di organisasi kewartawanan pertama di Indonesia itu.
"Dan sering menalangi dana-dana PWI ketika PWI dalam keadaan sulit, bahkan mungkin sampai sekarang. Dia itu PWI seumur hidup, dan penerima Press Card Number One karena ada karya tulis, jadi dia itu kolomnus dan penulis buku," katanya.
Adnan mengaku mulai kenal dengan H Harun Kecuhik Leumiek pada tahun 70-an. Disamping kedua orang tua mereka berhubungan emosional baik, saat Keuchik Leumiek, ayah dari H Harun Kecuhik Leumik berdagang emas ke wilayah pantai Barat Selatan.
"Ketika orang tua mereka Keuchik Leumiek itu dulu berdagang emas sampai ke Trumon (Aceh Selatan) dengan mendayung sepeda, dan pasti bermalam di rumah saya di Kreung Sabee (Aceh Jaya) jadi hubungan sudah dari zaman Belanda," katanya.
Lanjut Adnan, H Harun Keuchik Leumiek merupakan sosok dengan sikap sopan santun yang sangat terpuji dan luar biasa, rasanya kita perlu mencontoh keteladanan beliau, baik dari segi habluminallah maupun habluminannas, kata Adnan.
"Saya rasa, saya belum mendengar ada yang tersinggung perasaan dengan beliau, dia selalu baik dan selalu ramah dan senyum. Jadi makanya saya bilang kita betul-betul kehilangan tokoh yang banyak memiliki predikat," ujarnya.
H Harun Keuchik Leumiek; wartawan, budayawan dan hartawan
Rabu, 16 September 2020 18:18 WIB