Banda Aceh (ANTARA) - Tim Riset Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh menyebutkan sekitar 14 persen virus COVID-19 yang disekuensing di Aceh merupakan varian delta.
Dr Harapan selaku anggota Tim Riset USK di Banda Aceh, Kamis mengatakan dalam penelitian tersebut USK mengirimkan 49 sampel COVID-19 dari Laboratorium dr. Imai Indra USK ke Lembaga Eijkman Jakarta.
Sampel tersebut berasal dari 49 pasien yang terpapar COVID-19 sejak Oktober 2020 sampai Juli 2021.
“Pasien yang terpapar COVID-19 berasal dari Banda Aceh, Aceh Besar, Nagan Raya, Bener Meriah dan pengunjung dari Yogyakarta,” katanya.
Menurut dia dari 49 sampel tersebut, sebanyak 36 sampel berhasil disekuensing atau dikaji DNA virusnya untuk menentukan varian corona virusnya dan 13 sampel lainnya gagal disekuensing.
“Dari hasil riset tersebut, ternyata terdapat 5 virus atau 13,8 persen di antaranya varian delta. Jadi bisa dikatakan, varian delta sudah masuk ke Aceh. Ini harus menjadi perhatian kita bersama,” kata Ahli Virus USK tersebut.
Menurut dia semua virus varian delta tersebut berasal dari pasien yang diswab pada Juli 2021 dan dari temuan tersebut virus corona varian delta sudah bersikulasi di Aceh sejak Juli 2021.
Adapun kondisi kelima pasien yang terpapar varian delta ini memiliki gejala klinis yang memburuk. Bahkan salah satu pasiennya merupakan pasien reinfeksi atau infeksi berulang.
“Ini menunjukkan, walau sudah pernah terinfeksi masih memiliki potensi bisa terinfeksi kembali oleh varian delta,” kat Dr. Harapan.
Temuan tersebut merupakan hasil dari dua penelitian USK yang diketuai Rektor USK Prof Samsul Rizal dan Dr. Mudatsir dengan sumber dananya berasal dari Lembaga Pengelola Dana Penelitian (LPDP), melalui dana Riset Inovatif Produktif (Rispro) skema Rispro International Collaboration dan dana penelitian dari USK.
Kerja sama riset ini dikoordinasi Dr. Harapan, Dr. Mudatsir dan Dr.-Ing. Rudi Kurniawan dengan angota Tim Riset USK ini terdiri dari beberapa peneliti yang memiliki bidang ilmu yang berbeda yakni Prof. Maimun Syukri, Prof. Razali Thaib, Dr. Hamdani, Dr. Irwansyah, Dr. Sarwo Edhy, dr. Agung Pramana dan Dr. Kurnia F. Jamil.
Terkait hasil riset tersebut, Rektor mengatakan, temuan 14 persen varian delta di Aceh tergolong tinggi sehingga harus menjadi perhatian serius semua pihak, baik masyarakat maupun Pemerintah Aceh.
Rektor mengimbau masyarakat untuk lebih disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan dan ia juga meminta Pemerintah Aceh untuk lebih pro aktif dalam menggalakan sebaran vaksinasi di masyarakat.
“Pemerintah Aceh juga harus segera mengambil langkah strategis untuk menghadapi kemungkinan terburuk dari varian baru virus ini. Jangan lengah lagi, agar wabah ini segera berakhir,“ demikian Rektor.