Banda Aceh (ANTARA Aceh) - Sesuai dengan namanya, Pantai Jilbab, setiap pengunjung yang datang ke objek wisata tersebut harus mengenakan busana bernuansa Islami, khusus wanita wajib berjilbab.
Pantai Jilbab yang berada di Desa Palak Kerambil, Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya, sama seperti objek-objek wisata bahari lainnya di Aceh, yakni memiliki panorama alam yang lestari dan eksotis, sehingga setiap hari libur ramai dikunjungi warga, baik lokal maupun dari daerah tetangga lainnya.
Pantai Jilbab ini memiliki sejarah tersendiri, sehingga mempunyai nama yang unik dan sangat kental dengan adat istiadat masyarakat Aceh yaitu syariat Islam.
Bagi pengunjung yang datang akan merasa ingin berlama-lama berada di Pantai Jilbab, dengan memiliki daya tarik keindahan pantai.
Letaknya berada di sebelah barat arah Kota Blangpidie, Ibu Kota Aceh Barat Daya, yang jarak tempuh sekitar 15 menit dengan kendaraan bermotor. Jika melakukan perjalanan dari Banda Aceh, jarak tempuhnya 7 jam.
Menurut Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Aceh Barat Daya Hardiyuzar, nama Pantai Jilbab itu muncul pada saat Aceh masih dilanda konflik pada tahun 1998.
Mulanya pantai tersebut bernama Pantai Susoh. Karena konflik, masyarakat Aceh Barat Daya sering menggelar razia jilbab bagi para pengunjung. Akhirnya karena sering menyebut pakai jilbab, berubahlah Pantai Susoh menjadi nama Pantai Jilbab.
Ditambahkan Hardiyuzar, selain itu, menurut cerita, dari masyarakat setempat, pada saat dikeluarkannya Qanun (Perda) Syariat Islam, masyarakat Kecamatan Susoh mengusulkan agar nama pantai itu diberi nama Pantai Jilbab, agar sesuai dengan aturan syariat.
Di sisi lain, bila ditelusuri, penamaannya juga sangat erat dengan situs religi yang ada di kawasan tersebut, yaitu memiliki sebuah masjid tua yang berdiri kokoh di pinggir pantai, juga terdapat sebuah makam ulama kharismatik bernama Teuku Labaidin dengan Sapaan Abu Labai.
"Beliau dianggap memiliki keramat, makam tersebut berhadapan langsung dengan pantai berpasir putih. Ulama itu namanya Tengku Labaidin, zaman dulu beliau tinggal di kawasan pantai ini mengajarkan Agama Islam. Makam beliau ada di belakang mesjid pusaka itu," kata Hardiyuzar.
Karena dianggap penting, nama pantai harus sinergik dengan sebuah masjid yang tertua di Kecamatan Susoh itu, apalagi ada kuburan ulama yang dianggap keramat oleh masyarakat setempat, disepakatilah nama Pantai Jilbab, tambah Hardiyuzar.
Dia juga menceritakan, konon dahulu kala beredar kabar di Pantai Jilbab itu terjadi peristiwa keajaiban pada tahun 1901, saat itu tiba-tiba gelombang air laut meninggi setinggi pohon kelapa.
Teuku Labaidin pada saat itu lari ke bibir pantai untuk mengumandangkan azan. Ajaibnya, usai azan dikumandangkan, gelombang biasanya tinggi pecah dan menghantam daratan, namun gelombang tersebut berbalik ke arah lautan lepas.
"Peristiwa gelombang yang berbalik arah, menjadi cerita sampai sekarang di masyarakat Abdya," ungkapnya.
Jadi, dengan adanya sejarah tersebut, maka banyak masyarakat yang ingin berwisata sekaligus berziarah ke makam ulama tersebut.
Lokasi tersebut didukung oleh budaya masyarakat setempat yang ramah bagi pendatang, sehingga pengunjung merasa aman dan nyaman, katanya.
Pantai Jilbab sangat pantas bila disebut sebagai destinasi wisata Islam di nusantara, selain tidak lepas dari syariat Islam, hal itu terlihat jelas dengan nama tempat wisatanya, katanya.
Pulau Kecil
Pantai Jilbab selain memiliki panorama yang indah dengan lambaian pohon nyiur dan cemara, daerah itu juga memiliki deburan ombak Samudera Hindia yang sangat cocok untuk penikmat selancar (surfing).
Di dekat pantai ini juga terlihat sebuah pulau kecil berterumbu karang dangkal yang jaraknya sekitar 1 km dari Pantai Jilbab, terasa semakin lengkap keindahan yang dimilikinya.
Di pulau kecil yang diberi nama Gosong, juga terdapat sajian terumbu karang di alam bawah laut yang sangat indah, dengan beraneka ragam ikan hias, jadi sangat cocok untuk diving (penyelaman).
Saat ini di kawasan tersebut, bagi pengunjung, khususnya kaum hawa diwajibkan untuk memakai jilbab dan tidak diperkenankan menggunakan pakaian seksi apalagi berduaan yang bukan suami istri.
Sudirman, warga Sumatera Utara mengakui dia bersama keluarganya sengaja datang ke Aceh untuk bersilahturahmi dengan keluarganya di Kabupaten Aceh Selatan.
Berhubung anaknya ada mendengar objek wisata Pantai Jilbab, sehingga dia memutuskan untuk berliburan ke Aceh Barat Daya.
"Baru kali ini saya kemari, ini pun anak saya yang ajak, berhubung pantai namanya unik, karena pengen tau Pantai Jilbab makanya kami memutuskan berlibur ketempat ini," ujar Sudirman.
Ditanya tentang keindahan laut, Sudirman mengaku Pantai Jilbab cukup menawan, selain keindahan alam, pantai ini sangat cocok tempat surfing karena ombaknya yang panjang dan lama baru pecah.
"Tempat wisata ini kurang promosi kali ya, makanya wisatawan gak rame ke sini, padahal panorama alamnya indah, ombak laut pun saya lihat sangat cocok untuk berselancar, sangat menakjubkan," demikian tuturnya.
Pantai Jilbab yang berada di Desa Palak Kerambil, Kecamatan Susoh, Kabupaten Aceh Barat Daya, sama seperti objek-objek wisata bahari lainnya di Aceh, yakni memiliki panorama alam yang lestari dan eksotis, sehingga setiap hari libur ramai dikunjungi warga, baik lokal maupun dari daerah tetangga lainnya.
Pantai Jilbab ini memiliki sejarah tersendiri, sehingga mempunyai nama yang unik dan sangat kental dengan adat istiadat masyarakat Aceh yaitu syariat Islam.
Bagi pengunjung yang datang akan merasa ingin berlama-lama berada di Pantai Jilbab, dengan memiliki daya tarik keindahan pantai.
Letaknya berada di sebelah barat arah Kota Blangpidie, Ibu Kota Aceh Barat Daya, yang jarak tempuh sekitar 15 menit dengan kendaraan bermotor. Jika melakukan perjalanan dari Banda Aceh, jarak tempuhnya 7 jam.
Menurut Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Aceh Barat Daya Hardiyuzar, nama Pantai Jilbab itu muncul pada saat Aceh masih dilanda konflik pada tahun 1998.
Mulanya pantai tersebut bernama Pantai Susoh. Karena konflik, masyarakat Aceh Barat Daya sering menggelar razia jilbab bagi para pengunjung. Akhirnya karena sering menyebut pakai jilbab, berubahlah Pantai Susoh menjadi nama Pantai Jilbab.
Ditambahkan Hardiyuzar, selain itu, menurut cerita, dari masyarakat setempat, pada saat dikeluarkannya Qanun (Perda) Syariat Islam, masyarakat Kecamatan Susoh mengusulkan agar nama pantai itu diberi nama Pantai Jilbab, agar sesuai dengan aturan syariat.
Di sisi lain, bila ditelusuri, penamaannya juga sangat erat dengan situs religi yang ada di kawasan tersebut, yaitu memiliki sebuah masjid tua yang berdiri kokoh di pinggir pantai, juga terdapat sebuah makam ulama kharismatik bernama Teuku Labaidin dengan Sapaan Abu Labai.
"Beliau dianggap memiliki keramat, makam tersebut berhadapan langsung dengan pantai berpasir putih. Ulama itu namanya Tengku Labaidin, zaman dulu beliau tinggal di kawasan pantai ini mengajarkan Agama Islam. Makam beliau ada di belakang mesjid pusaka itu," kata Hardiyuzar.
Karena dianggap penting, nama pantai harus sinergik dengan sebuah masjid yang tertua di Kecamatan Susoh itu, apalagi ada kuburan ulama yang dianggap keramat oleh masyarakat setempat, disepakatilah nama Pantai Jilbab, tambah Hardiyuzar.
Dia juga menceritakan, konon dahulu kala beredar kabar di Pantai Jilbab itu terjadi peristiwa keajaiban pada tahun 1901, saat itu tiba-tiba gelombang air laut meninggi setinggi pohon kelapa.
Teuku Labaidin pada saat itu lari ke bibir pantai untuk mengumandangkan azan. Ajaibnya, usai azan dikumandangkan, gelombang biasanya tinggi pecah dan menghantam daratan, namun gelombang tersebut berbalik ke arah lautan lepas.
"Peristiwa gelombang yang berbalik arah, menjadi cerita sampai sekarang di masyarakat Abdya," ungkapnya.
Jadi, dengan adanya sejarah tersebut, maka banyak masyarakat yang ingin berwisata sekaligus berziarah ke makam ulama tersebut.
Lokasi tersebut didukung oleh budaya masyarakat setempat yang ramah bagi pendatang, sehingga pengunjung merasa aman dan nyaman, katanya.
Pantai Jilbab sangat pantas bila disebut sebagai destinasi wisata Islam di nusantara, selain tidak lepas dari syariat Islam, hal itu terlihat jelas dengan nama tempat wisatanya, katanya.
Pulau Kecil
Pantai Jilbab selain memiliki panorama yang indah dengan lambaian pohon nyiur dan cemara, daerah itu juga memiliki deburan ombak Samudera Hindia yang sangat cocok untuk penikmat selancar (surfing).
Di dekat pantai ini juga terlihat sebuah pulau kecil berterumbu karang dangkal yang jaraknya sekitar 1 km dari Pantai Jilbab, terasa semakin lengkap keindahan yang dimilikinya.
Di pulau kecil yang diberi nama Gosong, juga terdapat sajian terumbu karang di alam bawah laut yang sangat indah, dengan beraneka ragam ikan hias, jadi sangat cocok untuk diving (penyelaman).
Saat ini di kawasan tersebut, bagi pengunjung, khususnya kaum hawa diwajibkan untuk memakai jilbab dan tidak diperkenankan menggunakan pakaian seksi apalagi berduaan yang bukan suami istri.
Sudirman, warga Sumatera Utara mengakui dia bersama keluarganya sengaja datang ke Aceh untuk bersilahturahmi dengan keluarganya di Kabupaten Aceh Selatan.
Berhubung anaknya ada mendengar objek wisata Pantai Jilbab, sehingga dia memutuskan untuk berliburan ke Aceh Barat Daya.
"Baru kali ini saya kemari, ini pun anak saya yang ajak, berhubung pantai namanya unik, karena pengen tau Pantai Jilbab makanya kami memutuskan berlibur ketempat ini," ujar Sudirman.
Ditanya tentang keindahan laut, Sudirman mengaku Pantai Jilbab cukup menawan, selain keindahan alam, pantai ini sangat cocok tempat surfing karena ombaknya yang panjang dan lama baru pecah.
"Tempat wisata ini kurang promosi kali ya, makanya wisatawan gak rame ke sini, padahal panorama alamnya indah, ombak laut pun saya lihat sangat cocok untuk berselancar, sangat menakjubkan," demikian tuturnya.