Kuala Simpang (ANTARA) - Sabtu (12/11) menjelang sore sekira pukul 15.00 WIB sejumlah pengendara sepeda motor tampak kesulitan saat melintas melewati jalan utama kampung di perbatasan Provinsi Aceh dan Sumatera Utara. Seorang pria tampak sedang meratakan batu koral di jalan yang rusak.
Pria paruh baya itu bernama Sukarman warga Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Selain menimbun lubang jalan dia juga membantu mendorong sepeda motor warga yang terjebak.
Menurutnya perbaikan jalan ini hasil sumbangan warga, kemudian dibelikan batu koral.
"Setelah terkumpul uang Rp1 juta dibelanjakan material batu. Besok rencana kepala desa/datok penghulu Desa Seumadam, Kabupaten Aceh Tamiang (desa tetangga) akan bantu satu dump truk batu koral,” kata Sukarman, Sabtu (12/11).
Sementara itu iring-iringan pengendara sepeda motor yang terjebak di jalan rusak tadi tampak belok ke kanan memilih jalan alternatif saat hendak pulang ke Kampung Alur Mentawak, Kecamatan Kejuruan Muda, Kabupaten Aceh Tamiang.
Jalan potong tersebut baru selesai dibangun oleh Satgas TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) Reguler ke 115 Kodim 0117/Aceh Tamiang.
“Lumayan sejak ada jalan ini bisa langsung tembus ke kampung Alur Mentawak,” ucap Hariadi seorang pekerja yang hendak pulang.
Hariadi adalah warga Lorong 2 Alur Mentawak. Dia bekerja di perusahaan perkebunan sebagai karyawan kontrak. Menurutnya manfaat jalan TMMD sudah bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat.
Dulu, ujar Hariadi jalan ini bisa tembus keluar tapi kondisinya rusak berat, kecil dan tidak dirawat. Kalau dibandingkan sekarang jalan lebar setelah dibuka menggunakan greder dan beko.
Sasaran fisik TMMD ini meliputi separuh jalan milik HGU perusahaan perkebunan dan separuh lagi jalan milik pemerintah desa Alur Mentawak.
“Sebelum ada TMMD ya, jalannya rusak, rusak sekali pun hanya sepeda motor yang bisa lewat,” ujarya.
Tahun 2022 program TMMD Reguler ke 115 Kodim 0117/Aceh Tamiang menyasar Desa Alur Mentawak, Kecamatan Kejuruan Muda. Desa ini bersandingan dengan Desa Halban Jati, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara (Sumut).
Sebagai desa di perbatasan provinsi Aceh-Sumut kondisi Alur Mentawak jauh tertinggal terutama dari segi pembangunan infrastruktur.
Desa yang dihuni oleh sekitar 500 kepala keluarga (KK) ini, mayoritas warganya menggantungkan hidup pada sektor pertanian dan perkebunan. Komoditas karet dan sawit menjadi andalan penduduk di sana.
Namun kondisi ketimpangan telah mendera warga di perbatasan Aceh-Sumut itu selama bertahun-tahun. Keluhan utama warga di sana adalah akses jalan. Geografis desa yang dikelilingi perkebunan kelapa sawit ini jauh dari kata maju. Ruas jalan utama desa selain terjal juga berbatu, licin dan hancur.
Apalagi saat musim hujan sepeda motor terpaksa dituntun. Selama ini biaya perbaikan jalan ditanggung bersama oleh kedua desa lain provinsi tersebut.
Waktu lebih singkat
Warga Alur Mentawak lain Ariyanto (42) mengaku baru pulang belanja dari grosir melalui jalan potong TMMD. Meski dia warga Aceh tapi memilih belanja barang kebutuhan kios di wilayah Sumatera Utara karena lebih dekat.
Ariyanto dan orang tuanya merupakan warga asli Alur Mentawak. Profesinya sebagai petani karet. Untuk mengeluarkan hasil kebun dan komoditi pertanian hanya ada satu jalan kampung yang hancur.
Kerusakan jalan Alur Mentawak ini diperparah oleh lalu lalang truk pengangkut TBS. Selama ini masyarakat yang hendak keluar kampung terpaksa memutar dari Dusun Sidorejo.
“Baru ini lah kami merasakan ada jalan bagus. Alhamdulillah dampaknya sangat membantu petani dengan adanya jalan ini akses bagus waktu bisa singkat,” ujar petani karet ini.
Biasanya lanjut Ariyanto alias Iyan, aktivitas petani ramai melintas di pagi hari. Bila turun hujan seluruh akses jalan hancur, becek dan licin. Dari Alur Mentawak keluar ke jalan raya sejauh 5 km atau memakan waktu 15-20 menit lewat jalan kampung.
“Sekarang ini kalau kita keluar kampung dari akses jalan TMMD lebih kurang 4 km hanya memakan waktu lima menit paling lama. Pernah ketika badan jalan baru selesai disekraf saya uji coba naik sepeda motor lewat jalan ini cuma tiga menit sampai jalan raya,” jelasnya.
Sebelum dibuka oleh tentara masuk desa, menurut Iyan jalan tersebut jarang dilalui. Kalau pun ada warga yang melintas hanya sepeda motor, kalau mobil tidak bisa karena di pos security ada palang/portal. Portal besi itu tak pernah dibuka dengan alasan untuk keamanan aset.
“Maaf cakap kalau bawa ibu hamil belum sampai rumah sakit sudah melahirkan duluan di jalan. Sementara kalau kami dari jalan kampung lebih jauh lagi dan rusak,” katanya.
Demi jalan TMMD terbangun warga Alur Mentawak ikut berpartisipasi menjaga alat berat malam dan gotong royong menunas dahan pohon kelapa sawit yang menutupi jalan supaya kena sinar matahari.
Iyan pun mengisahkan dulunya jalan ini hanya setapak dipenuhi tumbuhan anak kayu dan tertutup pelepah sawit yang rimbun. Saat gotong royong warga tidak berani menumbang satu pun batang pohon sawit. Namun begitu Satgas TMMD masuk banyak pohon sawit yang diratakan untuk pembukaan jalan. Portal di pos security juga sudah dibuka untuk akses warga.
“Biasanya kan, di palang saja itu karena jalan kebun hanya orang perusahaan yang melintas, warga tidak bisa. Alhamdulillah sekali lagi, masuk TMMD baru terbuka jalan ini menjadi jalan masyarakat,” ungkap ayah dua orang anak ini.
Baru-baru ini, kata Iyan jalan hasil TMMD sudah pernah dilalui kendaraan roda empat menjemput orang sakit dan langsung diberi izin oleh satpam kebun. Petani muda ini senang saat ini pihak perusahaan perkebunan sudah mulai membuka diri dengan masyarakat sekitar.
Semoga diaspal
Adapun jumlah penduduk Alur Mentawak setahu Ariyanto lebih kurang 500 kepala keluarga/KK, terdiri dari Lorong I sebanyak 115 KK, Lorong II 100 KK lebih dan Lorong III 300 KK lebih.
Menurut Ariyanto sebentar lagi Alur Mentawak resmi berdiri sendiri sebagai desa pemekaran dari Desa Seumadam, Kecamatan Kejuruan Muda.
Kode desa kampung ini sudah keluar dari Kemendagri RI dan selangkah lagi menjadi desa definitif. Saat ini Alur Mentawak dijabat oleh Pj datok penghulu (kades) dari kecamatan setempat. Dengan demikian bakal ada pemilihan datok penghulu (Pildatok) yang baru.
“Setelah pemekaran kampung, harapan kami jalan TMMD ini nanti bisa dilanjutkan ketahap pengerasan ya, selanjutnya diusulkan untuk diaspal seperti kampung lain gitu,” harap perwakilan petani di perbatasan Aceh-Sumut itu.
Pelaksanaan sasaran fisik TMMD di Alur Mentawak ini sudah ditinjau Tim Pengawas dan Evaluasi (Wasev) dari Inspektorat Jenderal Angkatan Darat (Itjenad) Mabes TNI AD. Tim Wasev langsung turun ke lokasi TMMD mengecek dan mengevaluasi sejauh mana progres pelaksanaan kegiatan.
“Harapan kita pelaksanaan TMMD ini hasilnya maksimal sesuai harapan komando atas,” kata Ketua Tim Wasev Kolonel Kav Husnizon di Aceh Tamiang, Jumat (21/10).
Dandim 0117/Aceh Tamiang Letkol Czi Alfian Rachmad Purnamasidi mengatakan akses jalan penghubung di Alur Mentawak, Kecamatan Kejuruan Muda sepanjang 3.750 meter dan lebar 6 meter sudah tuntas dikerjakan.
Selanjutnya pembangunan dua unit jembatan 5x4 meter di Kampung Selamat, Kecamatan Tenggulun. Selaian itu sasaran tambahan yakni pembuatan lapangan voli dan pengecatan dua unit musala sudah selesai dikerjakan.
“Untuk saran non fisik berupa penyuluhan stunting, pertanian, dan penyuluhan wawasan kebangsaan, hukum, dan narkoba juga sudah kami lakukan sebelumnya,” tegas Alfian R Purnamasidi.
Diketahui Aceh Tamiang baru saja dilanda banjir besar hingga melumpuhkan arus transportasi Medan-Banda Aceh selama sepekan. Dandim menyatakan, untuk bencana banjir yang terjadi disaat program TMMD sedang berjalan tak menyurutkan semangat Satgas TMMD untuk menyelesaikan pekerjaan.
“Kebetulan saat banjir datang progres pelaksanaan TMMD sudah mencapai 90 persen, sehingga tidak menjadi hambatan di lapangan karena kita sudah mulai sejak tanggal 11 Oktober 2022 dan terus memacu pekerjaan sesuai target,” terang Alfian.
“Hari ini program TMMD telah rampung 100 persen, di antaranya insfrasruktur pembangunan jalan tembus sepanjang 3.750 x 6 meter di Alur Mentawak yang menjadi perbatasan Aceh-Sumut,” tegas Dandim usai penutupan program TMMD tersebut.
TMMD Reguler ke 115 yang mengusung tema "TMMD Dedikasi Terbaik Membangun NKRI" ditutup Kepala Staf Ahli (Kapoksahli) Brigjen TNI Mohammad Syech Ismed.
Prosesi penutupan TMMD ditandai dengan penandatangan naskah serah terima dari Dansatgas TMMD Letkol Czi Alfian R Purnamasidi kepada Bupati Aceh Tamiang Mursil berlangsung di Lapangan Mayonif Raider Khusus 111/Karma Bhakti Tualang Cut, Aceh Tamiang, Rabu (9/11).
Brigjen Mohammad Syech Ismed mengapresiasi Kodim 0117/Aceh Tamiang karena sudah merampungkan program TMMD Reguler ke 115 meski bertepatan dengan bencana alam banjir di daerah itu.
Bupati Aceh Tamiang Mursil mengatakan Pemkab Aceh Tamiang mendukung TNI dalam hal mempercepat akses perekonomian dan pembangunan melalui program TMMD Reguler 2022 untuk menciptakan infrastruktur dan kemanunggalan TNI dengan rakyat.
TMMD ini, ujar Mursil kiranya dapat dirasakan hasilnya oleh masyarakat pedesaan, melalui karya nyata TNI bersama rakyat membuat seluruh warga kampung percaya dan yakin bahwa TMMD akan terus membawa perubahan secara menyeluruh dalam pembangunan di wilayah pedesaan.
"Untuk tujuan pokok dari TMMD sendiri kita tahu yaitu kemanunggalan TNI dengan rakyatnya, mulai dari pembangunan infrastruktur maupun non infrastruktur," kata Mursil di kantornya, Senin (14/11).
Menurut Mursil sasaran TMMD tahun ini sangat bagus, ada pembangunan jalan sekitar 3.750 meter, kemudian ada dua unit jembatan. Di mana, jembatan tersebut dinilai Mursil penting sekali karena menghubungkan industri baru di Aceh Tamiang.
"Sebagaimana diketahui kemarin kita ada meresmikan pabrik kelapa sawit (PKS) baru, jembatan yang akan dibuat nanti akses menuju PKS jadi dapat menunjang perekonomian dan TMMD ini terlibat dalam peningkatan perekonomian di Aceh Tamiang," jelas Mursil.