"Pembelajaran karakter berbasis agama ini menjadi pondasi penting, terutama di tengah perubahan zaman seiring perkembangan teknologi informasi yang tidak terkendali,” kata Rektor USK Prof Marwan di Darussalam, Banda Aceh, Sabtu.
Di hadapan Majelis Senat Akademik Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (MSA PTN BH) se-Indonesia, Ia menjelaskan pendidikan karakter di perguruan tinggi tersebut berdasarkan nilai-nilai historis kampus sehingga lahirlah pendidikan karakter berbasis agama.
Ia mengatakan USK mengawali pendidikan karakter ini pada penerimaan mahasiswa baru lewat Unit Pengembangan Program Pendamping Mata Kuliah Agama Islam (UP3AI) untuk pembinaan karakter agama islam.
Sementara bagi agama lain, USK memberikan kebebasan bagi mereka untuk dibina oleh pemuka agamanya masing-masing yang difasilitasi USK.
Rektor mengatakan pada semester I mahasiswa dikenalkan cara membaca Al Quran dan semester II pendidikan agama ditingkatkan.
"Mereka dibina untuk praktik ibadah termasuk di antaranya tata cara shalat dan praktik mengurus jenazah. Dalam dua tahun ini Pendidikan karakter berbasis agama tersebut telah diintegrasikan dalam kurikulum," katanya.
Rektor mengakui program pendidikan tersebut telah memberi manfaat yang luas terhadap perubahan prilaku mahasiswa.
USK juga melakukan pendampingan atau mentoring terhadap mahasiswanya guna memastikan seluruh program pendidikan berjalan baik.
"Mentoring ini dilakukan oleh kakak letting yang tergabung dalam UP3AI. Mentoring ini untuk memastikan, pendidikan karakter ini tidak sekadar teoritis. Tapi benar-benar diaplikasikan dalam prilaku mahasiswa USK yang sesuai dengan agama serta adat yang berlaku di Aceh,” kata Rektor.
Forum tersebut dihadiri 145 anggota MSA dari 21 PTN BH seluruh Indonesia. Mereka hadir di USK untuk mengikuti Sidang Paripurna MSA PTN BH guna membahas kesiapan perguruan tinggi dalam menghadapi tantangan dunia pendidikan saat ini di era masyarakat 4.0.
Pakar Penerbangan Indonesia Dr.-Ing H Ilham Akbar Habibie mengatakan pendidikan karakter sangatlah penting di tengah arus digitalisasi saat ini.
Dalam kesempatan tersebut ia juga menekankan pentingnya penguasaan teknologi untuk menuju kemandirian bangsa.
“Teknologi sebagai alat, kalau kita tidak bisa menguasai teknologi maka akan sulit untuk menuju Indonesia emas di tahun 2045 nanti,” katanya.
Baca juga: Majelis Senat PTN-BH Se-Indonesia bahas digitalisasi di USK
Baca juga: Majelis Senat PTN-BH Se-Indonesia bahas digitalisasi di USK