Washington (ANTARA) - PBB pada Rabu (17/4) menggambarkan serangkaian penembakan roket yang paling akhir di Ibu Kota Libya, Tripoli, sebagai "pertempuran paling sengit" sejak bentrokan meletus, dan dengan keras mengutuk pemboman tersebut.
Sejulah roket menghantam Permukiman Abu Salim dan Kabupaten Algarat serta Salahuddin di ibu kota Libya pada Selasa.
Serangan tersebut terjadi di tengah pertempuran sejak panglima Pasukan Libya Timur Khalifa Haftar, yang berusaha menghimpun kekuatan di seluruh negeri itu, melancarkan operasi militer pada awal April untuk merebut Tripoli, tempat pemerintah yang diakui PBB bermarkas.
"Tripoli menyaksikan pertempuran paling sengit sejak bentrokan meletus dengan melibatkan pemboman roket secara membabi-buta ke permukiman yang sangat padat di ibu kota Libya," kata Stephane Dujarric, Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, dalam satu taklimat di Markas PBB, sebagaimana dikutip Kantor Berita Turki, Anadolu --yang dipantau Antara di Jakarta, Kamis pagi.
Meskipun Dujarric mengumandangkan laporan bahwa lima orang tewas dalam bentrokan tersebut, dewan loka Abu Salim melaporkan kematian keenam.
Juru bicara PBB itu juga mengutip pernyataan Wakil Khusus Sekretaris Jenderal PBB di Libya Ghassan Salame --yang mengutuk serangan tersebut "dengan sekeras-kerasnya".
"Tanggung-jawab atas semua tindakan yang bisa menjadi kejahatan perang sekarang terletak bukan hanya pada orang yang melakukan serangan membabi-buta, tapi juga berpotensi pada orang yang memerintahkannya," kata Dujarric saat mengumandangkan pernyataan Salame.
"Dalam 24 jam belakangan ini, kita juga telah menyaksikan peningkatan paling tinggi dalam sehari orang yang meninggalkan rumah mereka lebih dari 4.500," ia menambahkan.
Jumlah seluruh orang yang telah kehilangan tempat tinggal akibat konflik tersebut sekarang ialah 25.000.
Sumber: Anadolu Agency
PBB kutuk bentrokan paling akhir di Tripoli
Kamis, 18 April 2019 10:13 WIB