Puluhan gajah liar yang memasuki wilayah perkampungan warga di dua desa di Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, hingga hari ini dilaporkan masih bertahan di sana, walau pihak terkait bersama warga setempat terus berupaya melakukan penggiringan ke luar.
Camat Pintu Rime Gayo, Edi Iwansysah Putra, kepada wartawan, Senin, menyampaikan bahwa kawanan gajah liar tersebut telah merusak puluhan hektare lahan perkebunan warga, yakni di Desa Pantanlah dan Desa Negeri Antara.
Baca juga: Gajah liar rusak empat rumah warga di Bener Meriah
Selain itu, kata Edi, baru-baru ini juga ada sebanyak 4 unit rumah warga di Desa Pantanlah mengalami kerusakan akibat amukan kawanan hewan bertubuh besar ini.
"Titiknya di dua desa itu. Saat ini masih berada di lahan perkebunan masyarakat. Tanamannya ada kopi ada pinang. Kebetulan banyak tanaman pinang masyarakat yang masih muda, jadi mungkin gajah ini suka memakannya," tutur Edi Iwansyah Putra.
Baca juga: Kawanan gajah liar serang gajah jinak di Bener Meriah
Edi mengatakan kawanan gajah liar tersebut mulai memasuki wilayah perkampungan warga setempat sejak sepekan lalu.
"Kalau menurut laporan masyarakat sekitar 20 ekor gajah yang terlihat, itu di Desa Negeri Antara. Kalau di Desa Pantanlah 17 ekor," sebutnya.
Dia menjelaskan selama ini warga setempat bersama pihak terkait hanya melakukan upaya penggiringan menggunakan bunyi mercun agar kawanan hewan dilindungi tersebut menjauh dari wilayah perkampungan.
Baca juga: 32 gajah liar rusak belasan hektare kebun warga di Bener Meriah
Namun, Edi mengatakan, pihaknya dalam hal ini kerap terkendala anggaran untuk penyediaan mercun, karena jumlah yang diperlukan tidak sedikit.
"Karena aktifitas gajah di sini rutin, kita tidak bisa memprediksi apakah sebulan sekali, seminggu sekali. Sedangkan alat utama untuk melakukan pengusiran adalah mercun. Pemda pun tidak ada anggaran khusus untuk itu," ujarnya.
Selain itu, kata Edi, personel yang bekerja untuk melakukan penggiringan pun sangat terbatas.
Menurutnya, walau masyarakat setempat selalu bersedia untuk membantu dalam melakukan penggiringan, lagi-lagi ketersidaan mercun sebagai alat utama kerap menjadi kendala, karena terbatasnya anggaran.
"Makanya kita harap BKSDA Provinsi Aceh untuk bisa pro aktif dalam masalah ini. Juga membantu pengadaan mercun agar selalu stanby di desa," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
Camat Pintu Rime Gayo, Edi Iwansysah Putra, kepada wartawan, Senin, menyampaikan bahwa kawanan gajah liar tersebut telah merusak puluhan hektare lahan perkebunan warga, yakni di Desa Pantanlah dan Desa Negeri Antara.
Baca juga: Gajah liar rusak empat rumah warga di Bener Meriah
Selain itu, kata Edi, baru-baru ini juga ada sebanyak 4 unit rumah warga di Desa Pantanlah mengalami kerusakan akibat amukan kawanan hewan bertubuh besar ini.
"Titiknya di dua desa itu. Saat ini masih berada di lahan perkebunan masyarakat. Tanamannya ada kopi ada pinang. Kebetulan banyak tanaman pinang masyarakat yang masih muda, jadi mungkin gajah ini suka memakannya," tutur Edi Iwansyah Putra.
Baca juga: Kawanan gajah liar serang gajah jinak di Bener Meriah
Edi mengatakan kawanan gajah liar tersebut mulai memasuki wilayah perkampungan warga setempat sejak sepekan lalu.
"Kalau menurut laporan masyarakat sekitar 20 ekor gajah yang terlihat, itu di Desa Negeri Antara. Kalau di Desa Pantanlah 17 ekor," sebutnya.
Dia menjelaskan selama ini warga setempat bersama pihak terkait hanya melakukan upaya penggiringan menggunakan bunyi mercun agar kawanan hewan dilindungi tersebut menjauh dari wilayah perkampungan.
Baca juga: 32 gajah liar rusak belasan hektare kebun warga di Bener Meriah
Namun, Edi mengatakan, pihaknya dalam hal ini kerap terkendala anggaran untuk penyediaan mercun, karena jumlah yang diperlukan tidak sedikit.
"Karena aktifitas gajah di sini rutin, kita tidak bisa memprediksi apakah sebulan sekali, seminggu sekali. Sedangkan alat utama untuk melakukan pengusiran adalah mercun. Pemda pun tidak ada anggaran khusus untuk itu," ujarnya.
Selain itu, kata Edi, personel yang bekerja untuk melakukan penggiringan pun sangat terbatas.
Menurutnya, walau masyarakat setempat selalu bersedia untuk membantu dalam melakukan penggiringan, lagi-lagi ketersidaan mercun sebagai alat utama kerap menjadi kendala, karena terbatasnya anggaran.
"Makanya kita harap BKSDA Provinsi Aceh untuk bisa pro aktif dalam masalah ini. Juga membantu pengadaan mercun agar selalu stanby di desa," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019