Kapolres Aceh Barat Daya, AKBP Moh Basori, mengajak para ulama pimpinan pondok pesantren di wilayah hukumnya untuk sama-sama mempererat tali silaturahim, sehingga terjalin persatuan dan kesatuan dalam menjaga keutuhan bangsa.

“Begitu juga organisasi kepemudaan, mahasiswa dan pengurus partai politik saya minta untuk aktif memberikan pencerahan kepada warga terkait persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga ke depan tidak terjadi perpecahan di kalangan masyarakat,” katanya di Blangpidie, Rabu.

Kapolres Basori menyampaikan hal itu dihadapan para pimpinan pondok pesantren se-Abdya, Ormas, mahasiswa, dan pengurus partai politik di sela-sela kegiatan silaturahmi dan diskusi sambil minum kopi pagi di cafee hotel Lauser Blangpidie.

Acara kopi morning dan diskusi pagi sengaja dilaksanakan oleh Sat Bimas Polres Abdya mengingat masih menyisakan berbagai macam persoalan di kalangan masyarakat Abdya pasca pelaksanaan pemilihan umum legislatif (pileg) dan pemilihan Presiden Republik Indonesia.

“Pemilu sudah lama usai, wakil rakyat sudah terpilih, kita juga sudah memiliki presiden, tapi masih ada juga menyisakan berbagai macam persoalan di lapangan dan bahkan ada juga masyarakat belum bisa move on dari proses pemilu itu,” ujarnya.      

Oleh karena itulah, Kapolres Basori mengajak para ulama, OKP, Ormas, mahasiswa dan tokoh-tokoh masyarakat untuk ikut serta menyampaikan pesan-pesan persatuan dan kesatuan bangsa, sehingga, masyarakat terhindari dari sifat iri dengki, dendam dan fitnah.

“Mari semua anak bangsa kita perkuat kembali persatuan dan kesatuan dalam menjaga keutuhan bangsa kita. Sudah saatnya kita membangun negeri tanpa adanya perpecahan,” tutur Basori.

Pada kesempatan itu, Kapolres Abdya juga menyampaikan beberapa persoalan besar di Tanah Air sedang dihadapi oleh negara saat ini. Baik persoalan tingkat kemiskinan yang kesejahteraan masyarakat masih belum merata, maupun terkait radikalisme.

“Terminologi radikalisme ini sebuah pemahaman seseorang atau sekelompok orang yang ingin mencapai tujuan dengan cara mengunakan kekerasan,” ungkap Kapolres.

Makna kekerasan yang disebutkan tersebut bisa jadi dalam bentuk verbal maupun aktual yang langsung dilakukan di lapangan, baik dengan cara menebarkan fitnah, kebencian maupun yang bersifat ancaman.

“Biasanya pelaku-pelaku kekerasan dan radikalisme ini berkamuflase, dimana ketika dia melakukan tindakan dan kekerasan mengatasnamakan agama. Ada juga yang sedikit-sedikit mengkafirkan saudara-saudara seiman dan se-aqidah,” ungkapnya.

Kapolres berharap ke seluruh peserta diskusi pagi tersebut agar ikut serta memberikan pencerdasan kepada warga, sehingga masyarakat Abdya tetap hidup harmonis, dan terhindari dari perpecahan.    

 

 

Pewarta: Suprian

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019