Pergerakan nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi dibayangi imbal hasil (yield) Amerika Serikat yang cenderung meningkat.

Terpantau, pergerakan rupiah pada Selasa pagi ini bergerak melemah sebesar 21 poin atau 0,15 persen menjadi Rp14.036 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya Rp14.015 per dolar AS.

"Dolar AS menguat seiring kenaikan tingkat imbal hasil obligasi Amerika Serikat," kata Kepala Riset Monex Investindo Future Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa.

Ia mengemukakan kenaikan imbal hasil (yield) obligasi di AS menjadi sinyal bullish bagi dolar AS, karena yield yang tinggi ini akan membuat kupon di lelang obligasi berikutnya juga akan naik. Kondisi itu membuat permintaan dolar AS menjadi tinggi.

"Semakin tinggi yield obligasi, maka nilai tukar dolar AS cenderung semakin menguat. Sedangkan jika yield obligasi menurun, maka nilai tukar cenderung melemah," katanya.

Kendati demikian, menurut dia, rupiah masih akan cenderung stabil. Saat ini, jarak imbal hasil untuk obligasi AS dan Indonesia untuk tenor 10 tahun masih lebih dari 400 basis poin, sehingga masih atraktif.

Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail menambahkan pelaku pasar hari ini akan mencermati data PDB Indonesia yang direncanakan akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

"Konsensus memproyeksikan PDB kuartal tiga 2019 tumbuh sebesar lima persen secara tahunan dan Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan tumbuh sebesar 5,05 persen, angka yang sama dengan pertumbuhan PDB kuartal kedua lalu," katanya.

 

Pewarta: Zubi Mahrofi

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019