Konflik gajah liar masih terus berlarut di wilayah Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, hingga menyebabkan sebanyak 15 unit rumah penduduk rusak sejak Juli 2019.

Camat Pintu Rime Gayo Edi Iwansyah Putra, Selasa, mengatakan kerusakan rumah penduduk oleh amukan satwa bertubuh besar itu baru-baru ini juga masih terjadi.

Baca juga: Soal konflik gajah diharap ada penanganan tuntas oleh pemerintah

Ada sebanyak 4 rumah warga di wilayah Kampung Rime Raya yang dirusak dalam sepekan terakhir.

"Seminggu lalu ada tiga rumah yang dirusak di Dusun Belang Petona, Kampung Rime Raya. Kemarin satu rumah di Dusun Sejahtera, Kampung Rime Raya," kata Edi Iwansyah Putra.

Baca juga: Aceh Utara wilayah konflik gajah-manusia tanpa korban

Edi menuturkan bahwa sejak Juli 2019 persoalan gajah liar memasuki wilayah pemukiman warga di sana tak kunjung usai.

Selain kerusakan rumah penduduk, kawanan satwa dilindungi itu juga telah merusak puluhan hektare lahan perkebunan warga di sejumlah desa.

Baca juga: WWF dorong pengembangan ekowisata gajah liar di kawasan konflik gajah

"Di Kampung Pantanlah ada 4 rumah rusak, Negeri Antara 3 rumah, Arul Gading 1 rumah, dan di Rime Raya ada 7 rumah. Itu sejak Juli seluruhnya rumah penduduk yang dirusak oleh gajah," tutur Edi.

Saat ini kata dia kawanan gajah liar juga masih tetap bertahan di lima desa yakni Kampung Rime Raya, Musara Pakat, Musara Lime Lapan, Singah Mulo, dan Arul Gading.

"Di Pantanlah sudah tidak lagi karena sudah nyebrang sungai masuk ke kampung lain," ujarnya.

Warga disebut masih menghentikan sementara upaya penggiringan karena kawanan gajah mulai memberikan perlawanan.

Warga juga menemukan ada gajah beranak diantara kawanan yang memicu hewan tersebut semakin reaktif memberikan perlawanan jika dilakukan penggiringan oleh warga.

"Ada anak gajah baru sekitar 6 hari. Jadi kita hentikan sementara penggiringan karena gajah mulai melawan. Terakhir kita ada lima hari penggiringan di lima kampung ini dibantu warga dengan tim CRU," tutur Edi.

Menurutnya untuk saat ini warga di lima desa hanya berjaga-jaga mengantisipasi agar kawanan gajah tidak memasuki perkampungan.

Namun jika kawanan gajah hanya berada di areal perkebunan warga akan membiarkannya saja.

"Kita konsultasi dengan pihak BKSDA untuk sementara dilakukan pengamanan di wilayah masing-masing kampung agar gajah jangan sampai ke pemukiman. Jadi jaga kampung masing-masing," ujarnya.

Untuk upaya penanganan selanjutnya kata Edi pihaknya saat ini telah meminta BKSDA agar membantu melakukan penggiringan dengan gajah jinak.

"Kalau BKSDA setuju dalam waktu dekat akan menerjunkan gajah jinak dari Sare," kata Edi.

Selain itu dia juga berharap agar persoalan konflik gajah ini mendapat perhatian seirus dari Pemerintah Aceh.

Edi mengatakan kawanan gajah liar yang ada di wilayah tersebut selama ini terhubung langsung dengan wilayah Kabupaten Aceh Tengah dan Bireuen.

"Kita di sini usir gajahnya masuk ke wilayah Aceh Tengah atau Bireuen. Di sana usir juga masuk lagi ke wilayah kita. Begitu terus terjadi," tutur Edi.

"Jadi inikan untuk kesekian kalinya kami memohon agar ada perhatian dari Pak Gubernur untuk penyelesaian konflik gajah ini. Karena ini sudah menyangkut antar kabupaten maka Pak Gubernur kita harapkan mengambil langkah-langkah penangananya," ucapnya lagi.

Teks foto : Rumah warga di Kampung Rime Raya, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, dirusak kawanan gajah liar. ANTARA/HO

Pewarta: Kurnia Muhadi

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019