Banda Aceh (ANTARA) - Karunia dari yang maha kuasa, provinsi paling barat Indonesia ini dianugerahi keindahan alam beserta isinya. Tanahnya subur, hutan terbentang luas, sungai yang asri dan satwa kunci bisa hidup berdampingan di bawah paru-paru dunia Gunung Leuser.
Provinsi yang juga dikenal dengan sebutan tanah rencong ini memiliki banyak destinasi wisata yang menarik. Mulai pantai, tempat bersejarah, wisata budaya, religi, arung jeram dan banyak objek lainnya.
Wisata serupa juga dapat dan terbilang mudah dijumpai di berbagai belahan daratan Indonesia. Hanya saja penampakan dan nilainya saja yang berbeda-beda.
Aceh, kini memiliki objek wisata perpaduan antara hutan, sungai dan satwa liar. Anugerah itu mungkin hanya ada satu-satunya di negeri seribu pulau ini.
Pesona wisata perpaduan itu terhimpit dari tiga kabupaten sekaligus yaitu Aceh Tengah, Bener Meriah dan Bireuen. Kemudian dikenal dengan daerah aliran sungai (DAS) Peusangan.
Hulu Krueng (sungai) Peusangan adalah Danau Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah, sementara anak sungainya mengaliri air ke Bener Meriah, Bireuen, Aceh Utara hingga Kota Lhokseumawe.
Luas DAS Krueng Peusangan mencapai 238.550 hektare, panjang sungai utamanya dari pinggir laut Bireuen hingga ke Danau Lut Tawar mencapai 128 kilometer.
Krueng Peusangan sendiri berada di tengah hutan dengan keasriannya alam yang masih terjaga. Bahkan satwa liar seperti gajah juga mudah ditemui di kawasan tersebut.
Di sana, juga terdapat tempat khusus menangani konflik gajah Sumatera yang kemudian dinamai Conservation Respons Unit (CRU) DAS Peusangan, karena letaknya lebih kurang 300 meter dari sungai itu.
Letaknya berdekatan, kondisi tersebut kemudian dimanfaatkan pengelola CRU DAS Peusangan menjadi salah satu objek wisata dengan menawarkan konsep kolaborasi menikmati tantangan rafting dan berteman dengan gajah.
Wisata Rafting dan Gajah
Berwisata tentunya tidak asyik kalau tanpa perjuangan, rintangan tentunya menjadi nilai lebih untuk memacu adrenalin. Sehingga kepuasan dan kebahagiaan itu benar-benar terasa lengkap.
Apalagi, wisata yang ingin dijajal itu menjual perpaduan antara sungai, alam dan gajah. Kalau tanpa rintangan sudah pasti masih ada kekurangan cerita dari petualangannya.
Wisata CRU Krueng DAS Peusangan berada di tengah hutan yang secara geografis masuk dalam administrasi Desa Negeri Antara, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Bener Meriah.
Menuju ke sana tak semudah berjalan dari bundaran Lambaro Aceh Besar menuju ke Masjid Raya Baiturrahman yang menjadi icon tanah rencong, karena jalannya sudah dilapisi mulusnya aspal hotmix.
Ke CRU DAS Peusangan, pengunjung harus menghadapi jalanan kerikil dengan tanjakan tajam yang tak bisa dilewati mobil mewah seperti BMW dan sejenis lainnya.
Pengelola CRU DAS Peusangan, Riki mengatakan, jarak tempuh dari pintu masuk menuju ke CRU sendiri lebih kurang 6 kilometer, dan yang sedikit menantang sekitar 4 kilometer sebelum tiba di lokasi.
"Biasanya, kalau ada wisatawan kita menjemput mereka dari pintu pertama masuk sampai ke lokasi, pulangnya juga kita antar sampai ke tempat penjemputan selanjutnya," kata Riki.
CRU DAS Peusangan sendiri menawarkan dua atraksi wisata menarik yaitu bermain dengan gajah jinak dan tantangan menjelajahi sungai menggunakan perahu karet yang dikenal rafting atau arung jeram.
Riki menerangkan, pengunjung yang bertamu dapat menentukan paket wisata yang disuguhkan tim CRU dan Komunitas Bentang Adventure. Untuk rafting mereka memberikan beberapa pilihan diantaranya famili, semi ekspedisi, dan paket ekstra.
Arung jeram family hanya mengarungi sungai sekitar 5 kilometer dengan biaya Rp150 ribu per kepala, kemudian semi ekspedisi berjarak 19 kilometer dengan harga Rp200 ribu per orang.
Selanjutnya, juga terdapat paket ekstra dengan jalur ekstrem dari perbatasan Bener Meriah-Aceh Tengah hingga ke perbatasan Bener Meriah-Bireuen sepanjang 21 kilometer. Tarifnya cukup Rp350 ribu per orang sudah termasuk makan dan transportasi.
Selain itu, CRU DAS Peusangan ini juga mempunyai paket wisata bermain dan sekaligus mandi bersama gajah. Jika wisatawan hanya mengambil keseruan ini hanya dibebankan Rp60 ribu saja sampai puas.
Namun, lanjut Riki, ada tawaran wisata yang paling menarik di sana, yaitu elephant rafting, di mana wisatawan dapat sekaligus bermain dengan gajah dan mengarungi sungai, tarifnya juga murah hanya Rp250 ribu per orang.
"Jadi khusus untuk paket elephant rafting ini wisatawan akan bermain dan mandi dengan gajah jinak dulu, setelah itu baru dilanjutkan dengan rafting," ujarnya.
Dengan beberapa pilihan tersebut, membuat traveler bisa menentukan sendiri, hanya ingin bermain dengan gajah saja, rafting atau kemudian ingin mencoba keduanya.
Little Africa
Hamparan rumput hijau yang dilengkapi beberapa pepohonan di tengah hutan tanah Gayo itu sangat menyejukkan mata memandang. Indah, terlihat rapi dan bersih.
Di tengah padang sabana itu tampak mamalia besar tengah mencari makanan. Mereka adalah Oxin, Septi dan Mega, gajah betina jinak yang tinggal di CRU DAS Peusangan.
Pemandangan itu sungguh seperti sedang menonton televisi melihat gajah hutan Afrika yang hidup di hutan khatulistiwa, atau galeri dan ekoton antara hutan dan sabana.
Seketika, dua mahot (pelatih) menghampiri dan menaiki gajah betina tersebut, mengarahkan mereka turun ke sungai bersama puluhan muda-mudi yang sedang menikmati suasana alam di sana.
Ada yang tertawa, ketakutan saat bermain dan memandikan gajah, bahkan sebagian asyik berselfie ria dengan makhluk yang lembut itu.
"Asyik, ini pertama sekali bertemu dengan gajah pertama kali juga pegang gajah, ini pengalaman paling berharga bagi Salwa," ujar Duta Wisata Indonesia 2021 Salwa Nisrina Authar.
Matahari terus naik tepat di atas kepala, perahu pun telah standby di titik start, dan gajah kembali ke padang sabana mencari makanannya.
Para mentor dari Bentang Adventure memberikan arahan kepada pengunjung terkait aturan mengarungi sungai DAS Peusangan. Karena jalur rafting ini mempertemukan banyak titik deras dengan bebatuan besar.
Koordinator Bentang Adventure, Riki menyampaikan wisata perpaduan seperti ini hanya ada satu-satunya di Aceh. Karena itu tempat ini dijuluki sebagai Little-Afrika nya Aceh.
Riki menyampaikan, di kawasan tersebut banyak terdapat gajah liar dan sering dilakukan penggiringan. Biasanya, dalam satu kawanan antara 20 sampai 30 ekor. Sering bertemu saat mereka mengarungi sungai.
Bertemu gajah liar saat rafting, kata Riki, memang berharap pada keberuntungan, karena kehadirannya kedatangan mereka tidak dapat dipastikan kapan dan di mana.
"Memang banyak wisatawan selama ini berharap bisa melihat gajah saat rafting, tapi itu hanya keberuntungan, karena mereka muncul tiba-tiba saja," kata Riki.
Dalam waktu belum terlalu lama ini, lanjut Riki, keberuntungan itu datang ke wisatawan asing asal Amerika Serikat ikut rafting. Kala itu mereka bertemu gajah liar sedang mandi di pinggir sungai.
Kalau sempat bertemu, traveler jangan panik karena mereka tidak akan ngamuk selagi wisatawan tidak mengganggu habitat mereka.
"Kita hanya menikmati alam yang Allah SWT berikan, jadi sama-sama berbagi tempat. Jadi mereka mandi di pinggir sungai, kita jalan saja mengarungi dan tidak akan diganggu. Momen itu lah yang disebut Little Afrika nya Aceh," ujarnya.
Selama ini, wisata CRU DAS Peusangan belum banyak dikunjungi wisatawan nusantara maupun mancanegara, hal itu karena memang masih kurang diketahui masyarakat luas.
Dukungan untuk Bangkit
Sebagai bentuk dukungan untuk membangkitkan pariwisata yang belum tersohor ini, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh mulai mengenalkannya melalui event-event yang dirancang khusus untuk mempromosikan CRU DAS Peusangan ini.
Sejauh ini, Disbudpar Aceh sudah menggelar dua kali berturut-turut event wisata adventure di CRU DAS Peusangan itu. Dengan menghadirkan orang-orang yang memiliki jangkauan luas agar informasi lebih cepat tersampaikan.
Event wisata terbaru yang digelar Disbudpar Aceh di sana pada 24-25 September 2022. Kali ini memboyong komunitas milenial, jurnalis muda, hingga para duta wisata provinsi Aceh.
Diharapkan, kedatangan mereka bisa mengkampanyekan objek wisata ini sampai ke mancanegara, baik dilakukan melalui media sosial maupun media mainstream. Hasilnya informasi mengenai wisata CRU DAS Peusangan kini mudah didapatkan.
Perwakilan Disbudpar Aceh, Ellita menegaskan pemerintah terus mendukung event yang bertujuan mempromosikan destinasi wisata, sehingga bisa meningkatkan kunjungan orang ke tanah rencong.
"Wisata CRU DAS Peusangan ini benar-benar luar biasa indah karena pengunjung bisa bermain dengan gajah sekaligus ikut rafting, ini potensi pariwisata yang harus kita bangkitkan bersama," kata Ellita.
Kabid Olahraga Disparbud Kabupaten Bireuen Akmal Fajri bersyukur dan berterima kasih kepada pemerintah provinsi yang terus membantu mempromosikan pariwisata di daerah itu.
Karena, kata Akmal, dengan banyaknya event wisata, maka secara otomatis pariwisata semakin bangkit karena akan dikenal oleh banyak kalangan, dan merangsang mereka data berkunjung.
"Jangan bosan-bosan melaksanakan segala bentuk event di sini, apakah itu di bidang wisata atau kebudayaan, pemerintah Bireuen selama membuka pintu selebar-lebarnya, semoga pariwisata Aceh semakin hebat" demikian Akmal Fajri.