Kawanan gajah liar kembali merusak dua unit rumah warga di Kampung Rime Raya, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah.

Camat Pintu Rime Gayo Edi Iwansyah Putra mengatakan kawanan satwa bertubuh besar itu kembali mendatangi pemukiman penduduk pada Selasa malam.

"Tadi malam kejadiannya. Rumah yang dirusak adalah rumah yang sama dengan dua hari lalu. Tapi ini lebih parah," kata Edi Iwansyah Putra, Rabu.

Menurutnya hewan dilindungi tersebut kembali mendatangi lokasi yang sama saat pernah merusak satu unit rumah warga di Dusun Sejahtera, Kampung Rime Raya, pada dua hari lalu.

Dengan ini maka tercatat sudah 16 rumah warga di wilayah kecamatan tersebut yang pernah dirusak oleh kawanan gajah liar terhitung sejak Juli 2019.

Sejak Juli 2019 kawanan gajah kembali memasuki wilayah perkampungan penduduk di sejumlah desa di Kecamatan Pintu Rime Gayo.

Persoalan konflik gajah di daerah ini terus berulang setiap tahunnya. Sementara sudah bertahun-tahun lamanya masalah ini tak juga menemui solusi untuk mengakhiri konflik yang terjadi.

Baca juga: Konflik gajah terus berlarut di Bener Meriah, 15 rumah rusak sejak Juli 2019

Selain kerusakan rumah penduduk, gajah-gajah liar ini juga telah merusak puluhan hektare lahan perkebunan warga di sana.

Sementara saat ini kata Edi Iwansyah Putra kawanan gajah liar juga masih tetap bertahan di lima desa di kecamatan itu yakni di Kampung Rime Raya, Musara Pakat, Musara Lime Lapan, Singah Mulo, dan Kampung Arul Gading.

Baca juga: Lagi, kawanan gajah liar rusak tiga rumah warga di Bener Meriah

"Di Pantanlah sudah tidak lagi karena sudah nyebrang sungai masuk ke wilayah kampung lain," tutur Edi.

Perkembangannya saat ini kata Edi gajah-gajah liar itu juga mulai memberikan perlawanan saat dilakukan upaya penggiringan oleh warga.

Karena itu warga terpaksa menghentikan sementara upaya penggiringan dan berharap BKSDA Aceh menerjunkan gajah jinak untuk dapat menghalau kawanan gajah liar tersebut.

Warga juga menyebut ada anak gajah diantara kawanan sehingga memicu hewan tersebut semakin reaktif memberikan perlawanan jika dilakukan penggiringan oleh warga.

"Ada anak gajah baru sekitar 6 hari. Jadi kita hentikan sementara penggiringan karena gajah mulai melawan. Terakhir kita ada lima hari penggiringan di lima kampung ini dibantu warga dengan tim CRU," tutur Edi.

Menurutnya untuk saat ini warga di lima desa itu hanya berjaga-jaga mengantisipasi agar kawanan gajah tidak mendekati rumah-rumah penduduk.

Namun jika kawanan gajah hanya berada di areal perkebunan warga akan membiarkannya saja.

"Kita konsultasi dengan pihak BKSDA untuk sementara dilakukan pengamanan di wilayah masing-masing kampung agar gajah jangan sampai ke pemukiman. Jadi jaga kampung masing-masing," kata Edi.

Dia menuturkan upaya penanganan selanjutnya adalah meminta pihak BKSDA Aceh untuk menerjunkan gajah jinak guna melakukan upaya penggiringan.

"Kalau BKSDA setuju dalam waktu dekat akan menerjunkan gajah jinak dari Sare," ujarnya.

Selain itu Edi juga berharap agar persoalan konflik gajah ini mendapat perhatian seirus dari Pemerintah Aceh.

Edi mengatakan kawanan gajah liar yang ada di wilayah tersebut selama ini terhubung langsung dengan wilayah Kabupaten Aceh Tengah dan Bireuen.

"Kita di sini usir, gajahnya masuk ke wilayah Aceh Tengah atau Bireuen. Di sana usir juga, masuk lagi ke wilayah kita. Begitu terus terjadi," tutur Edi.

"Jadi untuk kesekian kalinya kami memohon agar ada perhatian dari Pak Gubernur untuk penyelesaian konflik gajah ini. Karena ini sudah menyangkut antar kabupaten, maka Pak Gubernur kita harapkan mengambil langkah-langkah penanganannya," ucapnya lagi.

Pewarta: Kurnia Muhadi

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019