Banda Aceh, 2/5 (Antara) - Badan Pusat Statistik menyatakan Provinsi Aceh mengalami deflasi sebesar 0,08 persen karena dipicu penurunan sejumlah harga barang dan jasa pada April 2014.
"Deflasi yang terjadi di Aceh secara umum disebabkan penurunan harga pada sejumlah kelompok kebutuhan masyarakat," kata Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Aceh Hermanto di Banda Aceh, Jumat.
Ia mengatakan dari sejumlah kota besar di Aceh, deflasi tertinggi terjadi di Kota Banda Aceh mencapai 0,15 persen. Kota Lhokseumawe deflasi sebesar 0.01 persen.
Kemudian, Meulaboh, ibu kota Kabupaten Aceh Barat, mengalami deflasi sebesar 0.06 persen. Dengan demikian, secara agregat atau rata-rata terjadi deflasi di Provinsi Aceh mencapai 0,08 persen.
Di Kota Banda Aceh, kata, dia, deflasi secara umum disebabkan penurunan harga kelompok bahan makanan sebesar 1,82 persen. Serta Kelompok sandang sebesar 0,41 persen.
Sedangkan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 1,02. Begitu juga kelompok kesehatan dengan deflasi sebesar 0,33 persen.
"Inflasi juga dialami kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 0,30 persen. Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar juga mengalami inflasi 0,15 persen. Serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau inflasi sebesar 0,01 persen," kata dia.
Hermanto menyebutkan dari 95 jenis barang dan jasa yang mengalami perubahan harga di Kota Banda Aceh April lalu, 49 jenis di antaranya menunjukkan kenaikan harga dan 46 lainnya mengalami penurunan,
"Apabila dilihat dari 23 kota di Sumatra, tujuh kota mengalami inflasi, dan 16 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Pangkal Pinang sebesar 1,57 persen dan deflasi tertinggi di Tanjung Pinang sebesar 0,87 persen," kata Hermanto.

Pewarta:

Editor : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2014