Sekretaris Daerah Aceh Taqwallah menyatakan penyelenggaraan Musabaqah Qiraatil Kutub (MQK) merupakan salah satu cara pemerintah untuk menjaga tradisi membaca Kitab kuning, baik di kalangan santri dayah maupun di masyarakat.
"Seiring perkembangan zaman, penggunaan kitab kuning sebagai literatur utama mulai berkurang, karenanya membaca kutub at-turats atau kitab gundul yang juga sering disebut dengan kitab kuning sebagai tradisi dayah perlu untuk dilestarikan," katanya di Banda Aceh, Sabtu malam.
Di sela-sela membuka MQK ia menjelaskan, penyelenggaraan kegiatan di tingkat provinsi tersebut merupakan upaya meningkatkan kembali perhatian dan kecintaan para santri terhadap kitab kuning.
"Kami berharap ajang ini dapat memotivasi santri untuk mempelajari, mendalami, dan memahami kitab kuning dengan baik dan melalui kegiatan ini juga dapat mendorong santri untuk memiliki kemauan kuat dalam meningkatkan semangat penguasaan kandungan isi kitab kuning," katanya.
Menurut dia jika membaca kitab kuning tersebut tidak menjadi perhatian bersama, dikhawatirkan generasi mendatang akan meninggalkan kitab-kitab gundul saat mendalami ilmu-ilmu Islam.
Musabaqah Qiraatil Kutub Tahun 2019 ini juga bertujuan meningkatkan peran dayah atau langgar sebagai lembaga pendidikan Islam yang mencetak kader ulama untuk menjawab berbagai persoalan umat dalam bidang agama.
"Musabaqah ini harusnya juga dapat memotivasi para santri untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, sehingga nanti akan muncul prestasi para santri yang mungkin selama ini tidak pernah kita dengar informasinya," kata Taqwallah.
Musabaqah Qiraatil Kutub pertama tersebut diikuti oleh santri dari seluruh kabupaten dan kota se-Aceh.
Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh Usamah Elmadny mengatakan pemerintah mengagendakan akan menjadikan kegiatan tersebut sebagai agenda dwi-tahunan yang akan digelar di kabupaten dan kota lain di Aceh.
Usamah menyebutkan sedikitnya 500 orang berpartisipasi dalam kegiatan yang melombakan 10 cabang lomba tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019
"Seiring perkembangan zaman, penggunaan kitab kuning sebagai literatur utama mulai berkurang, karenanya membaca kutub at-turats atau kitab gundul yang juga sering disebut dengan kitab kuning sebagai tradisi dayah perlu untuk dilestarikan," katanya di Banda Aceh, Sabtu malam.
Di sela-sela membuka MQK ia menjelaskan, penyelenggaraan kegiatan di tingkat provinsi tersebut merupakan upaya meningkatkan kembali perhatian dan kecintaan para santri terhadap kitab kuning.
"Kami berharap ajang ini dapat memotivasi santri untuk mempelajari, mendalami, dan memahami kitab kuning dengan baik dan melalui kegiatan ini juga dapat mendorong santri untuk memiliki kemauan kuat dalam meningkatkan semangat penguasaan kandungan isi kitab kuning," katanya.
Menurut dia jika membaca kitab kuning tersebut tidak menjadi perhatian bersama, dikhawatirkan generasi mendatang akan meninggalkan kitab-kitab gundul saat mendalami ilmu-ilmu Islam.
Musabaqah Qiraatil Kutub Tahun 2019 ini juga bertujuan meningkatkan peran dayah atau langgar sebagai lembaga pendidikan Islam yang mencetak kader ulama untuk menjawab berbagai persoalan umat dalam bidang agama.
"Musabaqah ini harusnya juga dapat memotivasi para santri untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya, sehingga nanti akan muncul prestasi para santri yang mungkin selama ini tidak pernah kita dengar informasinya," kata Taqwallah.
Musabaqah Qiraatil Kutub pertama tersebut diikuti oleh santri dari seluruh kabupaten dan kota se-Aceh.
Kepala Dinas Pendidikan Dayah Aceh Usamah Elmadny mengatakan pemerintah mengagendakan akan menjadikan kegiatan tersebut sebagai agenda dwi-tahunan yang akan digelar di kabupaten dan kota lain di Aceh.
Usamah menyebutkan sedikitnya 500 orang berpartisipasi dalam kegiatan yang melombakan 10 cabang lomba tersebut.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019