Puluhan penyandang disabilitas mengikuti simulasi evakuasi gempa bumi guna meningkatkan kesiapsiagaan berkebutuhan khusus dalam menghadapi bencana.

Simulasi diikuti 50 penyandang disabilitas dipusatkan di Kampus Universitas Iskandar Muda, Banda Aceh, Rabu.

Simulasi diawali gempa berkekuatan besar. Kemudian, penyandang disabilitas, baik tuna netra maupun pengguna kursi roda yang berada dalam gedung dipandu ke luar dan berkumpul di ruang terbuka.

Baca juga: Pelajar Aceh simulasi evakuasi mandiri bencana gempa dan tsunami

Ayu Agustina, penyandang disabilitas pengguna kursi roda, mengatakan simulasi tersebut mengajarkan diri menyelamatkan diri ketika terjadi gempa.

"Simulasi ini harus sering dilakukan agar selalu ingat saat melakukan evakuasi mandiri, sehingga kesiapsiagaan terhadap bencana selalu terbangun di dalam diri para penyandang disabilitas," kata Ayu Agustina.

Baca juga: Hasil simulasi, Daerah ini simpan potensi gempa 8,5 Magnitudo

Senada juga dikemukakan Erlina Marlinda. Penyandang disabilitas pengguna kursi roda tersebut mengaku mendapat informasi bagaimana melakukan evakuasi mandiri ketika terjadi gempa saat berada di dalam bangunan.

"Namun, kami yang menggunakan kursi roda belum mendapat informasi sepenuhnya ketika terjadi gempa dalam ruangan. Kalau yang tuna netra atau tuna rungu bisa menyelamatkan diri di bawah meja. Kalau kami, bagaimana," kata Erlina.

Selain itu, Erlina juga menyoalkan interaksi relawan tanggap bencana terhadap penyandang disabilitas. Interaksi jangan disamakan antara satu disabilitas dengan disabilitas lainnya.

Perlakuan terhadap disabilitas tidak boleh sama. Interaksi pengguna kursi roda tentu berbeda dengan tuna netra. Begitu juga tuna netra dengan tuna rungu dan lainnya, tentu tidak sama," kata Erlina Marlinda.

Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Berkebutuhan Khusus Aceh (FKMBKA) Syarifruddin mengatakan simulasi dan pelatihan evakuasi mandiri tersebut digelar untuk meningkatkan kemampuan penyandang disabilitas dalam menghadapi bencana.

"Kami para penyandang disabilitas merupakan kelompok rentan, jadi perlu belajar evakuasi mandiri ketika terjadi bencana. Kegiatan ini juga bagian dari refleksi 15 tahun gempa dan tsunami Aceh," kata Syarifuddin.

Penyandang disabilitas netra tersebut mengkritisi sikap pemerintah yang dinilainya tidak peduli terhadap masyarakat berkebutuhan khusus. Buktinya, penyandang disabilitas tidak dibantu saat simulasi bencana.

"Kami ingatkan kepada pemerintah jangan pernah mengatakan melawan lupa membangun siaga. Kepada kami yang disabilitas ini, pemerintah tidak pernah buat pelatihan evakuasi mandiri," kata Syarifuddin.

Pewarta: M.Haris Setiady Agus

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2019