Rumah Sakit Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh menerima hibah seunit mesin anestesi dan ventilator dari PT Awal Semangat Karya Medika, dengan tujuan mempermudah kerja medis di FKH dan meningkatkan kompetensi lulusannya.
Dekan FKH Unsyiah Muhammad Hambal di Banda Aceh Rabu mengatakan pihaknya akan menggunakan mesin tersebut sesuai dengan teori yang dipelajari di buku, sehingga anestesi tidak lagi menggunakan cara manual, tapi sudah diatur dengan mesin yang bisa mengontrol pernapasan, detak jantung dan lainnya.
"Sehingga mahasiswa di sini yang koas bisa menggunakan alat tersebut sesuai dengan teori yang didapatkan dan hasil yang lebih maksimal. Mengingat alat ini sangat canggih untuk ukuran sekarang pada dunia kedokteran hewan," katanya.
Baca juga: Unsyiah Banda Aceh dapat bantuan laboratorium lean manufacturing dari Toyota
Hambal menerima langsung hibah tersebut dari CEO ASK Medika Mirjawal. Ia juga melakukan penandatanganan kerjasama dengan PT ASK Medika dan RWD Life Science, yang merupakan perusahaan bidang anestesi dan peralatan fisiologis serta bedah.
Menurut dia dengan terbiasanya mahasiswa menggunakan mesin yang cukup canggih maka ketika mereka menjadi dokter nantinya akan terbiasa juga dengan teknologi dari RWD Life Science. Katanya, dalam kesepakatan itu mereka juga akan melakukan riset bersama.
Baca juga: Menristekdikti diminta fasilitasi perdamaian kasus dosen Unsyiah
"Sehingga nantinya bisa mempublikasi hasil riset untuk kemajuan teknologi di Indonesia," katanya.
Setelah serah terima, alat tersebut langsung diuji oleh drh Erwin, yang menyebutkan bahwa kelebihan mesin tersebut memiliki apnea dan sangat kompatibel untuk dokter hewan.
"Mesin RWD ini adalah mesin anestisi yang dilengkapi ventilator. Ada dua fitur, non rebreathing dan ada rebreathing system. Dimana non rebreathing kita gunakan untuk hewan kecil misalnya kucing dengan berat sekitar tiga kilogram," katanya.
Kata dia, mesin itu bisa digunakan untuk hewan berat di bawah tujuh kilogram dan juga hewan dengan berat 15 kilogram ke atas. Begitu juga dengan adanya ventilator dapat menangani pasien dengan gangguan misalnya hernia diafragmatika dan gangguan lainnya. Ventilator dan anestisi tersebut berkaitan, karena hewan yang sudah dibius biasanya memerlukan nafas buatan.
"Ventilator ini fungsinya sebagai pemacu nafas seandainya dia terhentinya nafasnya. Jadi ventilator ini akan membantu dia tetap bernafas, sehingga operasi bisa berjalan dengan lancar," katanya.
Sementara itu, Mirjawal mengatakan pihaknya punya kepedulian terhadap dunia kedokteran hewan. Katanya mesin anestisi itu sudah banyak distribusikan, dan telah teruji kualitasnya sehingga mereka menghibahkan ke beberapa FKH di Indonesia.
Kata dia, pihaknya telah bekerjasama dengan RWD Life Science yang berada di Shenzhen China, selama empat tahun. Kemudian ia berinisiatif menggandeng perusahaan itu untuk melakukan hibah demi peningkatan dunia kedokteran hewan di Indonesia.
"Salah satunya FKH Unsyiah. Karena saya lulusan Unsyiah, jadi di sini yang pertama. Namun tidak cuma dengan Unsyiah, setelah ini juga akan kita lakukan hibah dengan FKH IPB dan FKH UGM," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020
Dekan FKH Unsyiah Muhammad Hambal di Banda Aceh Rabu mengatakan pihaknya akan menggunakan mesin tersebut sesuai dengan teori yang dipelajari di buku, sehingga anestesi tidak lagi menggunakan cara manual, tapi sudah diatur dengan mesin yang bisa mengontrol pernapasan, detak jantung dan lainnya.
"Sehingga mahasiswa di sini yang koas bisa menggunakan alat tersebut sesuai dengan teori yang didapatkan dan hasil yang lebih maksimal. Mengingat alat ini sangat canggih untuk ukuran sekarang pada dunia kedokteran hewan," katanya.
Baca juga: Unsyiah Banda Aceh dapat bantuan laboratorium lean manufacturing dari Toyota
Hambal menerima langsung hibah tersebut dari CEO ASK Medika Mirjawal. Ia juga melakukan penandatanganan kerjasama dengan PT ASK Medika dan RWD Life Science, yang merupakan perusahaan bidang anestesi dan peralatan fisiologis serta bedah.
Menurut dia dengan terbiasanya mahasiswa menggunakan mesin yang cukup canggih maka ketika mereka menjadi dokter nantinya akan terbiasa juga dengan teknologi dari RWD Life Science. Katanya, dalam kesepakatan itu mereka juga akan melakukan riset bersama.
Baca juga: Menristekdikti diminta fasilitasi perdamaian kasus dosen Unsyiah
"Sehingga nantinya bisa mempublikasi hasil riset untuk kemajuan teknologi di Indonesia," katanya.
Setelah serah terima, alat tersebut langsung diuji oleh drh Erwin, yang menyebutkan bahwa kelebihan mesin tersebut memiliki apnea dan sangat kompatibel untuk dokter hewan.
"Mesin RWD ini adalah mesin anestisi yang dilengkapi ventilator. Ada dua fitur, non rebreathing dan ada rebreathing system. Dimana non rebreathing kita gunakan untuk hewan kecil misalnya kucing dengan berat sekitar tiga kilogram," katanya.
Kata dia, mesin itu bisa digunakan untuk hewan berat di bawah tujuh kilogram dan juga hewan dengan berat 15 kilogram ke atas. Begitu juga dengan adanya ventilator dapat menangani pasien dengan gangguan misalnya hernia diafragmatika dan gangguan lainnya. Ventilator dan anestisi tersebut berkaitan, karena hewan yang sudah dibius biasanya memerlukan nafas buatan.
"Ventilator ini fungsinya sebagai pemacu nafas seandainya dia terhentinya nafasnya. Jadi ventilator ini akan membantu dia tetap bernafas, sehingga operasi bisa berjalan dengan lancar," katanya.
Sementara itu, Mirjawal mengatakan pihaknya punya kepedulian terhadap dunia kedokteran hewan. Katanya mesin anestisi itu sudah banyak distribusikan, dan telah teruji kualitasnya sehingga mereka menghibahkan ke beberapa FKH di Indonesia.
Kata dia, pihaknya telah bekerjasama dengan RWD Life Science yang berada di Shenzhen China, selama empat tahun. Kemudian ia berinisiatif menggandeng perusahaan itu untuk melakukan hibah demi peningkatan dunia kedokteran hewan di Indonesia.
"Salah satunya FKH Unsyiah. Karena saya lulusan Unsyiah, jadi di sini yang pertama. Namun tidak cuma dengan Unsyiah, setelah ini juga akan kita lakukan hibah dengan FKH IPB dan FKH UGM," kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020