Pemerintah Provinsi Aceh menyatakan telah melakukan tes cepat COVID-19 terhadap 2.400 orang warga setempat, sedangkan targetnya 25 ribu warga.
"Sudah kita lakukan (tes cepat, red.) 2.400 orang, kira-kira baru 10 persen kalau target 25 ribu orang," kata Pelaksana Tugas Gubernur Aceh Nova Iriansyah di Banda Aceh, Kamis.
Namun, kata dia, apabila alat untuk tes cepat mencukupi maka Pemerintah Aceh akan melakukan hal serupa terhadap 30 ribu hingga 40 ribu warga di provinsi yang memiliki total penduduk lima juta jiwa lebih tersebut.
Baca juga: Gubernur imbau perantau Aceh tak mudik cegah virus corona
Ia mengatakan pemerintah akan langsung melakukan tes cepat kepada masyarakat Aceh, apabila telah mendapatkan alat yang memadai untuk tes tersebut.
Namun, Gubernur Nova tidak memerinci jumlah positif atau negatif dari 2.400 hasil tes cepat tersebut.
"Rapid test (tes cepat) itu tes untuk memetakan potensi penularan (COVID-19, red.), bukan tes final," kata dia.
Baca juga: DPRA bentuk satgas pengawasan COVID-19
Ia menjelaskan tes cepat untuk pemetaan penularan COVID-19.
Apabila dalam tes tersebut, hasilnya terindikasi positif maka belum tentu positif COVID-19.
Selanjutnya, tim medis perlu mengonfirmasikan hasil dari tes cepat tersebut dengan tes sampel lendir (swab) dari tenggorokan pasien melalui laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR).
"Di situ baru dilihat positif atau negatif (COVID-19, red.). Karena banyak kejadian ketika 'rapid test' hasilnya positif, tapi ketika hasil swabnya ternyata negatif," katanya.
Di Provinsi Aceh juga telah memiliki dua laboratorium PCR, yakni di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dan milik Kementerian Kesehatan RI di Lambaro Kabupaten Aceh Besar.
Namun, kedua laboratorium PCR tersebut tidak dapat berfungsi, karena belum memiliki cairan reagen atau senyawa kimia untuk melakukan tes swab.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020
"Sudah kita lakukan (tes cepat, red.) 2.400 orang, kira-kira baru 10 persen kalau target 25 ribu orang," kata Pelaksana Tugas Gubernur Aceh Nova Iriansyah di Banda Aceh, Kamis.
Namun, kata dia, apabila alat untuk tes cepat mencukupi maka Pemerintah Aceh akan melakukan hal serupa terhadap 30 ribu hingga 40 ribu warga di provinsi yang memiliki total penduduk lima juta jiwa lebih tersebut.
Baca juga: Gubernur imbau perantau Aceh tak mudik cegah virus corona
Ia mengatakan pemerintah akan langsung melakukan tes cepat kepada masyarakat Aceh, apabila telah mendapatkan alat yang memadai untuk tes tersebut.
Namun, Gubernur Nova tidak memerinci jumlah positif atau negatif dari 2.400 hasil tes cepat tersebut.
"Rapid test (tes cepat) itu tes untuk memetakan potensi penularan (COVID-19, red.), bukan tes final," kata dia.
Baca juga: DPRA bentuk satgas pengawasan COVID-19
Ia menjelaskan tes cepat untuk pemetaan penularan COVID-19.
Apabila dalam tes tersebut, hasilnya terindikasi positif maka belum tentu positif COVID-19.
Selanjutnya, tim medis perlu mengonfirmasikan hasil dari tes cepat tersebut dengan tes sampel lendir (swab) dari tenggorokan pasien melalui laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR).
"Di situ baru dilihat positif atau negatif (COVID-19, red.). Karena banyak kejadian ketika 'rapid test' hasilnya positif, tapi ketika hasil swabnya ternyata negatif," katanya.
Di Provinsi Aceh juga telah memiliki dua laboratorium PCR, yakni di Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) dan milik Kementerian Kesehatan RI di Lambaro Kabupaten Aceh Besar.
Namun, kedua laboratorium PCR tersebut tidak dapat berfungsi, karena belum memiliki cairan reagen atau senyawa kimia untuk melakukan tes swab.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020