Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mengemukakan di tengah pandemi COVID-19, operasional industri minyak sawit tetap berjalan normal sehingga dapat melakukan ekspor dan memenuhi kebutuhan dalam negeri, khususnya menghadapi puasa dan lebaran 2020.

Berdasarkan stok yang tersedia di akhir Februari, pasokan minyak sawit untuk kebutuhan puasa dan lebaran akan cukup tersedia, kata Mukti Sardjono
Direktur Eksekutif GAPKI dalam siaran pers yang diterima ANTARA di Banda Aceh, Selasa.

Baca juga: GAPKI dukung Pemerintah putus mata rantai penyebaran COVID-19

Konsumsi dalam negeri Februari 2020 naik sekitar 50 ribu ton dari konsumsi bulan Januari. Kenaikan yang besar terjadi pada biodiesel sebanyak 70 ribu ton (12 persen) sedangkan untuk pangan turun 15 ribu ton.

namun, kata dia, konsumsi dalam negeri 2-3 bulan menjelang lebaran biasanya naik karena industri minyak goreng, margarin, biskuit dan lain-lain mulai memproduksi ekstra untuk persiapan menghadapi puasa dan lebaran.

Baca juga: Industri sawit khawatir corona hingga Juni bisa tekan harga CPO

Mukti menyatakan pasokan dalam negeri terutama adalah memenuhi kebutuhan minyak makan yang merupakan salah satu bahan pokok, dan pemenuhan surfaktan sebagai bahan aktif pada sabun dan gliserin sebagai bahan hand sanitizer yang saat ini banyak diperlukan dalam upaya mencegah penularan COVID-19.

Pada bgaian lain ia menyatakan, dalam situasi ekonomi dunia yang melemah, sampai dengan Februari 2020, industri minyak sawit menyumbang devisa sebesar 3,5 miliar dolar AS, sehingga neraca perdagangan Indonesia 2020 surplus 1,9 miliar dolar.

Baca juga: GAPKI bantu APD untuk tiga rumah sakit

Ini dihasilkan dari pendapatan ekspor non migas sebesar 4 miliar dolar dan pengeluaran devisa untuk impor migas sebesar 2,1 miliar dolar.

Sesuai dengan SOP pengelolaan perkebunan kelapa sawit, kegiatan pokok dalam sistem produksi minyak sawit, baik di kebun mau pun jarak aman terjaga.

Selain itu, pelaksanaan pekerjaan baik di kebun dan pabrik maupun kegiatan di perumahan karyawan telah menerapkan protokol pencegahan COVID-19, katanya.

Dibandingkan dengan bulan Januari 2020, produksi sawit (CPO dan PKO) bulan Februari turun 5,4 persen.

Sementara pada periode yang sama ekspor produk sawit naik sekitar 140 ribu ton, demikian juga konsumsi dalam negeri naik sekitar 30 ribu ton.

Kenaikan ekspor terjadi hanya pada produk turunan CPO sedangkan pada produk PKO dan oleokimia turun. Secara year on year (YoY), terjadi penurunan ekspor yang cukup signifikan untuk bulan Januari-Februari 2020 dibandingkan Januari-Februari 2019 yaitu sekitar 20 persen.

Ekspor ke China Januari-Februari 2020 adalah 500 ribu ton lebih rendah, ke Afrika 250 ribu ton, ke India 188 ribu ton lebih rendah dari ekspor Januari - Februari 2019.

Penurunan ekspor ke China sangat mungkin disebabkan oleh outbreak COVID-19. Sementara penurunan di Afrika mungkin disebabkan oleh harga yang tinggi.

Sedangkan penurunan di India diperkirakan karena adanya keraguan importir untuk membuat kontrak pembelian untuk pengiriman Februari karena adanya rencana penetapan kuota impor minyak olahan kelapa sawit oleh Pemerintah India.

Harga CPO KPB FOB Februari 2020 pada level 600 dolar turun dari harga bulan Januari yang berada pada level 700 dolar dengan stok akhir Februari 4000 ribu ton, turun sekitar 500 ribu ton dari stok akhir Januari.

Berdasarkan stok yang tersedia di akhir Februari, pasokan minyak sawit untuk kebutuhan puasa dan lebaran akan cukup tersedia.

Pewarta: Antara

Editor : Heru Dwi Suryatmojo


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020