Banda Aceh (ANTARA) - Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Aceh Sabri Basyah mengatakan bahwa produksi Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit di Aceh masih di bawah angka rata-rata nasional yakni dua ton per hektare/tahun.
"Jumlah rata-rata CPO secara nasional sekitar 3,5 ton/hektare/tahun, sedangkan produksi CPO Aceh rata-rata 2 ton/hektare/tahun, jadi masih di bawah nasional," kata Sabri Basyah, di Banda Aceh, Selasa.
Sabri menyampaikan, jika produksi CPO Aceh hanya 2 ton per hektare/tahun, maka CPO yang dihasilkan lebih kurang hanya 1 juta ton per tahun dari total luas perkebunan kelapa sawit 500 ribu hektare.
"Artinya, kalau bisa mengejar angka rata-rata nasional saja, kita punya 1,5 juta ton CPO per tahun, bahkan seharusnya lebih," ujarnya.
Sabri melihat, rendahnya produksi CPO tersebut karena persoalan kebun masyarakat yang menanam sendiri sawitnya, kemudian bibit yang digunakan kemungkinan besar kurang bagus atau jarang pemupukan. Dengan kata lain bukan bibit dari balai, sehingga budidayanya belum sempurna.
Karena itu, menurut Sabri, adanya program kemitraan bersama pemerintah saat ini akan membantu proses budidaya sawit terus membaik dengan bahan tanaman atau bibitnya yang bagus, sehingga produktivitas sawit Aceh ke depan bisa lebih tinggi.
"Jadi kemitraan ini untuk memperbaiki produktivitas sawit yang rendah, karena dengan budidaya baik, bibit yang bagus, manajemen yang bagus, maka itu bisa mengejar ketertinggalan Aceh dari angka rata-rata nasional," kata Sabri.
Selain itu, lanjut Sabri, pemerintah juga harus memberikan legislatif yang jelas terhadap kebun sawit rakyat, karena selama ini mereka belum memiliki legislatif meski sudah mempunyai kebun sendiri.
"Sebenarnya pemerintah ini memberikan aturan saja yang bagus kepada masyarakat, kalau dikasih aturan yang baik, suasananya kondusif maka itu akan cukup membantu produktivitasnya," demikian Sabri.
Produksi CPO sawit Aceh masih di bawah angka rata-rata nasional
Selasa, 15 Juni 2021 12:38 WIB