Sebanyak 237.000 hektar hutan di Kabupaten Aceh Timur masih cukup asri dibandingkan hutan dataran rendah di Pulau Sumatera yang hampir musnah.

“Selain hutan dataran, populasi satwa liar di Aceh Timur mewakili 25 persen populasi gajah Sumatera dan 10 persen badak Sumatera yang tersisa di dunia. Begitu juga dengan orangutan Sumatera dan harimau Sumatera populasinya juga cukup banyak,” kata Ketua Dewan Pembina FKL Rudi Putra, ketika mengisi FGD Virtual Penyusunan Sumber Area Produksi Komoditas Terverifikasi dengan Pendekatan Yurisdiksi di Idi, Rabu.

Ia juga mengatakan Aceh Timur merupakan kabupaten yang sangat kaya di Aceh dengan produksi yang kompleks, diantaranya hasil produksi perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kelapa, kakao dan pinang serta kopi robusta.

“Namun yang tidak kalah pentingnya, Aceh Timur merupakan sumber indukan udang windu terbaik di dunia yang menjadi sumber benur bagi banyak wilayah lain di Indonesia bahkan sampai ke luar negeri,” kata Rudi.

Dikatakannya, tantangan dalam konservasi di Aceh Timur adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sehingga dapat mendukung perlindungan kawasan hutan dan keragaman hayati yang ada.

“Bila kesejahteraan meningkat yang disertai dengan sistem proteksi yang kuat akan menjamin kelestarian alam,” katanya.

Begitu juga dengan kendala yang dihadapi adalah rendahnya produktivitas produksi perkebunan.

 “Salah satu faktornya adalah konflik gajah yang sangat tinggi merusak lahan-lahan produktif, maka dari itu pemerintah kabupaten setempat bersama mitra (FKL, BKSDA dan KPH-III) telah menginisiasi pembangunan 24 kilometer barier gajah, CRU, tim mitigasi konflik serta akan memasang pagar listrik tegangan rendah untuk mengatasi konflik ini,"katanya lagi.

Sementara itu, Asisten Administrasi Umum Setdakab Aceh Timur T Reza Rizki, dalam sambutan FGD Virtual di Aula Serbaguna Idi, mengatakan, salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dan mendapat apresiasi adalah merubah jenis produksi dari jenis yang disukai gajah dengan jenis-jenis lain yang tidak disukai.

“Ada beberapa jenis tanaman yang tidak disukai gajah antara lain merica, cengkeh, sereh wangi, sereh dapur, vanili, jernang, jeruk, salak, madu dan jenis komoditas lainnya. Jenis-jenis ini tidak membutuhkan lahan yang luas tetapi nilai ekonominya sangat tinggi. Produksi jenis-jenis ini telah sampai ke tahap pemasaran dengan kemasan yang menarik,” kata T Reza Rizki.
 
Forum FGD membuktikan bahwa di masa pandemi COVID-19 dan terlebih lemahnya ekonomi global, Aceh Timur menjadi wilayah penting di Aceh dan dunia internasional khususnya di sektor konservasi.

“Tugas ke depan adalah bagaimana memperbaiki tata kelola lingkungan, tata kelola komunitas berbasis lahan, dan meningkatkan produktivitas pekebun kecil dan perusahaan,” demikian T. Reza Rizki. 

 

Pewarta: Hayaturahmah

Uploader : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020