Tapaktuan, 15/10 (Antaraaceh) - Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan produksi perikanan budidaya seluruh Indonesia pada tahun 2014 mencapai 16,891 juta ton atau mengalami peningkatan 30 persen dibandingkan tahun 2013.
Sementara, sasaran produksi perikanan budidaya pada tahun 2015 ditargetkan 17,9 juta ton, tahun 2016 19,45 juta ton, tahun 2017 22,79 juta ton, 2018 26,71 juta ton dan 2019 31,31 juta ton. Sedangkan untuk produksi ikan hias tahun 2015 ditargetkan 1,7 miliar ekor, tahun 2016 1,9 miliar, tahun 2017 102 miliar, tahun 2018 102 miliar, dan tahun 2019 102 miiar ekor.
Penegasan itu disampaikan Direktur Prasarana dan Sarana Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Dwika Herdikiawan dalam sambutannya pada acara Rapat Koordinasi Pengembangan kawasan minapolitan Kabupaten Aceh Selatan, di Tapaktuan, Rabu.
“Seluruh target produksi ikan budidaya tersebut, akan dihasilkan atau dikembangkan oleh masyarakat kelompok tani seluruh Indonesia melalui program minapolitan,” ujarnya.
Menurutnya, pasca ditetapkan Peraturan Menteri (Permen) Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.12/MEN/2010 tentang minapolitan pada tahun 2011, 24 kabupaten/kota yang tersebar seluruh Indonesia telah menjalankan program tersebut.
Kemudian pada tahun 2012 menyusul 68 kabupaten/kota lagi dan pada tahun 2013 menyusul 124 kabupaten/kota lagi serta pada tahun 2014 123 kabupaten/kota lagi termasuk Kabupaten Aceh Selatan di dalamnya.
“Dengan lahirnya program minapolitan tersebut diharapkan adanya konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan yang jelas dan terfokus berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas serta adanya percepatan (akselerasi) pembangunan sektor perikanan dan kelautan di kabupaten/kota,” jelasnya.
Menurutnya, hal itu bertujuan meningkatkan produktivitas dan kualitas produk kelautan dan perikanan, meningkatkan pendapatan nelayan dan pembudidaya ikan serta pengolah ikan yang adil dan merata, dan untuk mengembangkan kawasan minapolitan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di daerah.
Adapun sasaran produksi perikanan budidaya melalui program minapolitan tahun 2015-2019 seluruh Indonesia adalah rumput laut, udang, kerapu, kakap, bandeng, ikan mas, nila, gurame, patin, lele, bawal bintang, kekerangan, kepiting/rajungan serta jenis ikan lainnya.
Untuk Kabupaten Aceh Selatan sendiri, kata Dwika Herdikiawan, kawasan minapolitan yang telah di tetapkan oleh Pemkab setempat di wilayah Kluet Raya yang meliputi 5 kecamatan yakni Kecamatan Pasie Raja, Kluet Utara, Kluet Tengah, Kluet Utara dan Kluet Selatan dengan potensi luas lahan mencapai 5.593 hektare dan lahan pemanfaatan mencapai 26,24 hektare dinilai sangat strategis dan menjanjikan.
“Sesuai program yang telah ditetapkan oleh Pemkab Aceh Selatan, di wilayah minapolitan tersebut komoditas unggulannya adalah ikan Nila dan Mas. Dimana capaian produksi komoditas unggulan tersebut tahun 2013 mencapai 202,7 ton. Sehingga potensi tersebut kami nilai sangat strategis untuk dikembangkan secara lebih luas lagi melalui program minapolitan,” ujarnya.
Sementara itu, Bupati Aceh Selatan HT Sama Indra SH mengatakan program pembangunan daerah khususnya di bidang kelautan dan perikanan melalui pengembangan kawasan minapolitan berbasis perikanan budidaya tersebut, sangat sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Aceh Selatan tahun 2013-2018.
“Salah satu misi dari RPJM tersebut adalah memperkuat ekonomi kerakyatan dengan memaksimalkan peran dunia usaha dan lembaga keuangan, sehingga saling berkontribusi dan mendukung pembangunan ekonomi Aceh Selatan serta memproduktifkan pengelolaan lahan untuk pengembangan usaha sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan,” kata Bupati.
Oleh karena itu, sambungnya, untuk mempercepat terlaksananya misi tersebut diperlukan konsepsi pengembangan ekonomi yang terintegrasi, efisien, berkualitas dan akselerasi tinggi sesuai dengan makna atau tujuan dari lahirnya program minapolitan tersebut.
Ia mengatakan, Kabupaten Aceh Selatan memiliki kekayaan sumberdaya alam terutama potensi perikanan yang sangat besar yang dapat dijadikan dasar atau pondasi bagi pembangunan daerah.
“Namun selama ini kegiatan ekonomi yang memanfaatkan kekayaan sumberdaya alam berbasis perikanan, baru dalam bentuk pengembangan sistem produksi, bukan dalam konteks pengembangan yang terintegrasi dari hulu ke hilir,” ujarnya.
Sebab, kata Bupati, berdasarkan pengalaman selama ini menunjukkan bahwa, pembangunan subsistem budidaya/produksi perikanan saja atau tidak disertai dengan pengembangan Industri hulu dan industri hilir perikanan, serta jasa-jasa pendukungnya yang dilaksanakan secara harmonis dan simultan, maka dinilai tidak mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah maupun kesejahteraan masyarakat secara signifikan.
“Karena itu, kami menilai pengembangan kawasan minapolitan di daerah ini merupakan sebuah langkah atau program sangat tepat, untuk mewujudkan misi RPJM dan menjawab semua permasalahan yang dihadapi dalam upaya mendorong percepatan pembangunan Aceh Selatan ke depan,” paparnya.
Bupati mengatakan, pihaknya merasa bangga dan sangat berterimakasih atas dipilihnya Kabupaten Aceh Selatan menjadi salah satu daerah pengembangan kawasan minapolitan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan.
“Kami atas nama Pemkab dan masyarakat Aceh Selatan merasa bangga, karena telah mendapatkan kepercayaan untuk turut serta dalam mendukung peningkatan produksi ikan budidaya untuk mencapai target nasional yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui penetapan sebagai kawasan minapolitan,” tegasnya.
Rasa kebanggaan pihaknya, kata Bupati, semakin bertambah karena Kabupaten Aceh Selatan menjadi satu-satunya kabupaten di pantai barat-selatan Provinsi Aceh yang dipilih untuk pengembangan kawasan minapolitan percontohan tahun 2014.
Untuk menyukseskan program tersebut, Bupati meminta dukungan dari seluruh lapisan masyarakat di daerah itu, termasuk juga dari lintas sektor serta dari seluruh stakeholders terkait baik instansi vertikal, Pemerintah pusat dan daerah dan kalangan dunia usaha lainnya.
“Komitmen dan dukungan tersebut sangat dibutuhkan agar program dan kegiatan percepatan peningkatan produksi didukung dengan sarana produksi, permodalan, teknologi, sumberdaya manusia, prasarana yang memadai, dan sistem manajemen yang baik,” tandas Bupati.
Pihaknya, kata Bupati, sangat berharap bahwa implementasi kawasan minapolitan percontohan di Kabupaten Aceh Selatan yang dimulai pada tahun 2014, dapat mendorong peningkatan produksi perikanan budidaya serta meningkatkan daya saing secara berkelanjutan.
“Obsesi ini tentunya didasari oleh beberapa pertimbangan antara Lain, potensi perikanan budidaya air tawar yang masih sangat besar, khususnya di lokasi pengembangan kawasan minapolitan dalam wilayah Kluet Raya dan minat masyarakat untuk menekuni usaha budidaya ikan air tawar yang semakin meningkat saat ini di Kabupaten Aceh Selatan,” pungkasnya.

Pewarta:

Editor : Salahuddin Wahid


COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2014