Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia memberikan dukungan kepada ARC Unsyiah untuk mengembangan koperasi dan UMKM berbasis produk turunan nilam di Aceh.
“UKM yang dibangun berdasarkan potensi lokal harus terus dikembangkan seperti nilam dan sesuai arahan presiden, saat ini kita harus melirik produk UMKM yang memiliki keunggulan komparatif, yaitu keunggulan yang diminati oleh masyarakat,” kata Menkop UKM, Teten Masduki dalam kegiatan FDG pengembangan koperasi dan UMKM berbasis produk turunan nilam melalui zoom meeting, Kamis.
Ia menjelaskan nilam merupakan salah satu potensi lokal yang dapat dikembangkan dan jika pengembangan bisnis nilam diperkuat, Indonesia bisa menjadi market leader di dunia.
Ia mengatakan penerapan teknologi produksi juga harus terus ditingkatkan ketika ingin membangun koperasi dan UMKM dan untuk pengembangannya harus menjadi fokus.
Ia sangat mengapresiasi ARC Unsyiah yang telah mengembangkan riset yang cukup baik sehingga minyak nilam bisa punya produk turunan yang sangat banyak dan Ia berharap ARC Unsyiah konsisten berinovasi dan pengembangan terhadap tanaman nilam.
“ARC akan bisa menjadi role model koperasi inovatif di Indonesia, yang bisa membangkitkan pertumbuhan ekonomi masyarakat”, ujarnya.
Ketua ARC Unsyiah, Syaifullah Muhammad mengatakan, selama ini Indonesia adalah pengekspor terbesar untuk tanaman nilam. Pengembangan koperasi dan UMKM berbasis nilam di Indonesia ini sangat penting dilakukan agar nilai tambah dari produk nilam yang selama ini hanya dinikmati oleh dunia Internasional, bisa kita nikmati sendiri.
Syaifullah juga menambahkan, selama ini nilam Aceh diekspor ke Singapura, kemudian difraksinasi di Singapura, lalu diimpor kembali ke industri dalam negeri dan saat ini hal tersebut tidak perlu lagi kita lakukan, karena kita mampu melakukannya sendiri.
“Proses inovasi teknologi yang sudah ada di Unsyiah sudah sangat memadai. Kita mampu memproses nilam dengan kemurnian yang tinggi dan bisa menghasilkan sendiri puluhan produk-produk turunan nilam,” katanya.
Rektor Unsyiah, Prof Samsul Rizal mengatakan dalam tiga tahun tersebut Unsyiah telah membina dan memberikan pelatihan kepada petani nilam yang selama ini keberadaannya sudah hampir hilang di Aceh.
“Kita berharap kejayaan petani nilam Aceh bisa kembali terangkat melalui jalinan kerjasama yang kita kembangkan selama ini,” katanya.
Ia juga menambahkan Unsyiah juga melakukan pendampingan untuk Desa Inovasi dan Wisata Nilam, Ranto Sabon di Aceh Jaya. Gampong tersebut menjadi desa pertama dan satu-satunya di Indonesia yang berfokus pada budidaya dan edukasi nilam.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020
“UKM yang dibangun berdasarkan potensi lokal harus terus dikembangkan seperti nilam dan sesuai arahan presiden, saat ini kita harus melirik produk UMKM yang memiliki keunggulan komparatif, yaitu keunggulan yang diminati oleh masyarakat,” kata Menkop UKM, Teten Masduki dalam kegiatan FDG pengembangan koperasi dan UMKM berbasis produk turunan nilam melalui zoom meeting, Kamis.
Ia menjelaskan nilam merupakan salah satu potensi lokal yang dapat dikembangkan dan jika pengembangan bisnis nilam diperkuat, Indonesia bisa menjadi market leader di dunia.
Ia mengatakan penerapan teknologi produksi juga harus terus ditingkatkan ketika ingin membangun koperasi dan UMKM dan untuk pengembangannya harus menjadi fokus.
Ia sangat mengapresiasi ARC Unsyiah yang telah mengembangkan riset yang cukup baik sehingga minyak nilam bisa punya produk turunan yang sangat banyak dan Ia berharap ARC Unsyiah konsisten berinovasi dan pengembangan terhadap tanaman nilam.
“ARC akan bisa menjadi role model koperasi inovatif di Indonesia, yang bisa membangkitkan pertumbuhan ekonomi masyarakat”, ujarnya.
Ketua ARC Unsyiah, Syaifullah Muhammad mengatakan, selama ini Indonesia adalah pengekspor terbesar untuk tanaman nilam. Pengembangan koperasi dan UMKM berbasis nilam di Indonesia ini sangat penting dilakukan agar nilai tambah dari produk nilam yang selama ini hanya dinikmati oleh dunia Internasional, bisa kita nikmati sendiri.
Syaifullah juga menambahkan, selama ini nilam Aceh diekspor ke Singapura, kemudian difraksinasi di Singapura, lalu diimpor kembali ke industri dalam negeri dan saat ini hal tersebut tidak perlu lagi kita lakukan, karena kita mampu melakukannya sendiri.
“Proses inovasi teknologi yang sudah ada di Unsyiah sudah sangat memadai. Kita mampu memproses nilam dengan kemurnian yang tinggi dan bisa menghasilkan sendiri puluhan produk-produk turunan nilam,” katanya.
Rektor Unsyiah, Prof Samsul Rizal mengatakan dalam tiga tahun tersebut Unsyiah telah membina dan memberikan pelatihan kepada petani nilam yang selama ini keberadaannya sudah hampir hilang di Aceh.
“Kita berharap kejayaan petani nilam Aceh bisa kembali terangkat melalui jalinan kerjasama yang kita kembangkan selama ini,” katanya.
Ia juga menambahkan Unsyiah juga melakukan pendampingan untuk Desa Inovasi dan Wisata Nilam, Ranto Sabon di Aceh Jaya. Gampong tersebut menjadi desa pertama dan satu-satunya di Indonesia yang berfokus pada budidaya dan edukasi nilam.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2020