Aktivis lingkungan Walhi Sumatera Selatan mencatat hasil pemantauan lapangan dalam kurun waktu lima tahun (2015-2020) terdapat 1,012 juta hektare lahan terbakar sebagai dampak kekeringan musim kemarau dan ulah manusia.
"Lahan yang terbakar itu terdiri atas kawasan hutan, lahan gambut, lahan perkebunan baik milik masyarakat maupun perusahaan," kata Manager Kampanye Walhi Sumsel Puspita Indah Sari di Palembang, Jumat.
Lahan yang mengalami kebakaran tersebut, berdasarkan pemantauan di lapangan, sebagian terjadi berulang.
Berdasarkan fakta lapangan tersebut, pihaknya mengajak masyarakat, pemerintah daerah, dan pihak perusahaan yang berada di kawasan rawan terbakar untuk melakukan tindakan pencegahan yang lebih baik agar pada musim kemarau ke depannya bisa dihindari terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Permasalahan karhutla di provinsi ini sudah seharusnya diatasi secara serius dengan melakukan tindakan yang bisa mengatasi akar masalah bukan tindakan standar yang dilakukan selama ini seperti pembasahan dari darat dan udara ternasuk melakukan modifikasi cuaca/hujan buatan.
Jika akar permasalahan yang dapat memicu terjadinya karhutla tidak diatasi dengan baik, kebakaran hutan dan lahan akan selalu terjadi pada musim kemarau dengan luasan yang lebih besar, katanya.
Dia menjelaskan, salah satu akar permasalahan yang dapat memicu terjadinya karhutla pada setiap musim kemarau, tidak dikelola dan dimanfaatkannya dengan baik lahan gambut.
Lahan gambut yang tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan baik, pada musim kemarau akan mengalami kekeringan dan mudah terbakar, kemudian pada musim hujan tergenang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi serta gagal panen, ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021
"Lahan yang terbakar itu terdiri atas kawasan hutan, lahan gambut, lahan perkebunan baik milik masyarakat maupun perusahaan," kata Manager Kampanye Walhi Sumsel Puspita Indah Sari di Palembang, Jumat.
Lahan yang mengalami kebakaran tersebut, berdasarkan pemantauan di lapangan, sebagian terjadi berulang.
Berdasarkan fakta lapangan tersebut, pihaknya mengajak masyarakat, pemerintah daerah, dan pihak perusahaan yang berada di kawasan rawan terbakar untuk melakukan tindakan pencegahan yang lebih baik agar pada musim kemarau ke depannya bisa dihindari terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Permasalahan karhutla di provinsi ini sudah seharusnya diatasi secara serius dengan melakukan tindakan yang bisa mengatasi akar masalah bukan tindakan standar yang dilakukan selama ini seperti pembasahan dari darat dan udara ternasuk melakukan modifikasi cuaca/hujan buatan.
Jika akar permasalahan yang dapat memicu terjadinya karhutla tidak diatasi dengan baik, kebakaran hutan dan lahan akan selalu terjadi pada musim kemarau dengan luasan yang lebih besar, katanya.
Dia menjelaskan, salah satu akar permasalahan yang dapat memicu terjadinya karhutla pada setiap musim kemarau, tidak dikelola dan dimanfaatkannya dengan baik lahan gambut.
Lahan gambut yang tidak dikelola dan dimanfaatkan dengan baik, pada musim kemarau akan mengalami kekeringan dan mudah terbakar, kemudian pada musim hujan tergenang berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi serta gagal panen, ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Aceh 2021