Banda Aceh (ANTARA) - Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh mencatat angka kebakaran lahan dan hutan (karhutla) di provinsi tersebut mencapai 3,09 ribu hektare sejak Januari hingga 26 Juli 2024, meningkatkan dari tahun sebelumnya sekitar 1,93 ribu hektare.
"Untuk tahun ini sudah 3,09 ribu hektare, karena cuacanya lebih kering, jadi lebih luas," kata Plh Kepala DLHK Aceh Muhammad Daud di Banda Aceh, Senin.
Muhammad Daud mengatakan berdasarkan informasi yang diterima dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) wilayah Aceh memang masuk ke dalam daerah yang berpotensi tinggi karhutla pada Juni-Agustus tahun ini.
"Menurut BMKG, hal itu bisa terjadi imbas musim kering tahun ini lebih panjang dibandingkan tahun sebelumnya," ujarnya.
Ia menyebutkan adapun sejumlah wilayah yang luas terjadi karhutla tahun ini antara lain Aceh Besar 256 ha, Aceh Selatan 569 ha, Aceh Tengah 531 ha, Aceh Tengah 597 ha. Data ini akumulasi di Sipongi Januari hingga 26 Juli 2024.
Adapun kejadian karhutla yang masih terus ditangani adalah wilayah Aceh Tengah dan Aceh Barat. Untuk wilayah Aceh Barat tepatnya berada di Kecamatan Meureubo, Bubon, dan Johan Pahlawan.
Baca: Kapolres Abdya ingatkan warga tidak bakar sampah saat kemarau
"Di sana Aceh Barat masih jadi fokus penanganan untuk pemadaman karena kebakaran di lahan gambut, sulit padam dibandingkan kebakaran di lahan mineral," katanya.
Karena itu, lanjut dia, DLHK bersama Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) terus melakukan upaya pencegahan meliputi kegiatan sosialisasi melalui pemasangan spanduk imbauan dan melakukan pemantauan rutin di tiap lokasi rawan karhutla.
"Kami mengupayakan pencegahan karena kalau sudah terbakar penanganannya sampai berhari-hari," ujarnya.
Tak hanya itu, Pemerintah Aceh melalui DLHK bekerja sama dengan Sustainable Use of Peatland and Haze Mitigation in ASEAN (SUPA) project sudah berhasil membentuk 10 Desa Masyarakat Peduli Gambut (DPMG) di Aceh.
Sejak pembentukan DMPG tersebut, tingkat karhutla di lahan gambut menurun karena lahannya sudah dikelola menjadi pertanian dengan catatan muka air gambut tetap dipertahankan.
"Alhamdulillah semenjak ada DPMG, karhutla di lahan gambut turun karena lahan-lahannya sudah dikelola. Kebiasaan kebakaran di tanah gambut terjadi pada lahan yang terbengkalai," demikian Muhammad Daud.
Baca: 12 Ha lahan gambut di Nagan Raya terbakar, sebagian kebun sawit